Bab 8 - Terkuak
“Pagi, Cantik,” sapa Indra. Cindy memang cantik dan berlaku lembut pada setiap temannya.
“Pagi, Raja Gombal,” balasnya. Mereka memasuki tempatnya menimba ilmu bersama.
“Eh, Cin. Udah liat belom? Nih, di story-nya Dira. Kalian beneran musuhan? Lo beneran ngelupain genk lo?” Indra memperlihatkan ponselnya pada Cindy.
Cindy tidak berniat untuk melihat, ia sudah capek dengan kebohongan yang dilakukan oleh mantan sahabatnya itu. “Biarin, aja. Bukannya anjing menggonggong kafilah berlalu, ya?” cetus Cindy.
“Waaahh.... Sadis, Mamen.” Indra melakukan gaya seperti anak hiphop yang menepuk dada kirinya dengan tangan kanan.
“Biasa, aja, dong, reaksinya,” protes gadis yang menggunakan jepit rambut di sebelah kanan rambutnya itu.
Mereka telah memasuki kelas XI Akuntansi1. Kelas yang berada di lantai 1, paling ujung dan sepi dibanding kelas yang lain. karena Akuntansi memang terkenal dengan murid-muridnya yang kalem.
Berbeda dengan murid satu itu, yang bernama Indra Adiguna. Tidak seperti nama belakangnya Adiguna, dia benar-benar tidak berguna karena melapor pada Dira apa yang ia ucapkan pada Indra tadi halaman sekolah.
“Eh, Dir. Lo kenapa bikin story kayak gitu? Lo beneran udah ninggalin Cindy emang?” tanyanya antusias untuk mengetahui fakta yang telah beredar.
Cindy langsung duduk di bangkunya, tanpa memperhatikan depannya yang sedang asik wawancara, seperti pembawa berita pada reporter.
“Ralat, ya, bukan gue sama Ghea yang ninggalin genks-aksa,” liriknya pada Cindy. “karena ada perebut teman aja jadi kita bubar,” imbuhnya. Dira melirik Nina yang saat itu baru masuk kelas.
Nina yang sudah duduk di meja akan berdiri menghampiri Dira, namun tangan kirinya ditahan oleh Cindy. Perempuan berambut sebahu itu mengedip-ngedipkan matanya agar tidak usah meladeni perkataan orang yang berada di depannya.
Cindy yakin, dalam hidup, sekuat apapun bangkai ditutupi pasti akan tercium juga baunya. Seperti perselingkuhan yang mereka lakukan. Ia tidak perlu gembar-gembor jika kekasihnya menjalin kasih bersama mantan sahabatnya, cukup diam dan waktu yang akan menjawab semuanya.
Saat istirahat, semua orang melirik Cindy dan Nina. Mereka berbisik jika Nina, si murid baru adalah perebut Cindy dari Dira dan Ghea. Bukan tidak mungkin salah satu dari mereka mengeluarkan kata-kata yang tidak enak didengar.
“Eh, liatin dah anak baru itu,” tunjuk salah satu murid Perkantoran yang kelasnya di ujung dari kelas Akuntansi. “dia, ‘kan, yang dimaksud itu?” sambungnya
Cindy yang mendengar langsung mengeratkan genggaman tangannya pada lengan Nina, dan menepuknya pelan. Mereka baru akan tiba di kantin saat segerombolan murid ada di depan kantin sedang melihat igs Ghea yang mengatakan jika Genks-aksa telah bubar karena orang baru.
Nina yang emosi sudah tidak tahan dengan kejadian ini, dia hendak melawan mereka semua, namun Cindy menahannya. Ia mengatakan jika bak-baik saja. Api tidak boleh dilawan dengan api. Kemarahan tidak boleh dilawan dengan kemarahan. Memang tidak mudah, tapi ia yakin jika bisa melewati ini semua.
“Enak banget, ya, jadi Cindy. Keluarga yang sayang ke dia, apalagi pacar yang setia ada di sisinya terus. Cuma sahabat yang sudah tergantikan dengan orang baru.” Sindiran itu datang dari tetangga Dira yang rumahnya ada di depan rumah Dira, Cecille.
“Oh, anak baru itu yang ngerebut Cindy dari Genks-aksa? Untung ngerebut temen, ya, bukan pacar,” celetuk Nindi yang duduk di sebelah Cecille.
Cindy sudah muak dengan ocehan orang-orang yang mudah percaya dengan apa yang terlihat, bukan apa yang sebenarnya terjadi. Ia ingin marah, ingi teringa ke telinga mereka bahwa apa yang terlihat bukan apa yang sebenarnya terjadi. Nina tidak bersalah atas kejadian ini.
Mungkin benar istilah Don’t judge a book by it’s cover. Jangan menilai buku dari luarnya saja. Setiap orang memiliki sisi jahat dan baik, bagaimana cara dia mengelola sisi jahat yang ada pada dirinya.
Orang baik akan dimanfaatkan kebaikannya oleh orang jahat. Setidaknya janganlah terlalu baik pada setiap orang. Lakukan kebaikan sewajarnya agar orang lain mau menghargaimu.
Cindy dan Nina kembali ke kelas setelah kenyang dan cukup puas mendengar obrolan dari teman-teman mengenai sahabat dan dirinya.
Baru di depan kelas sudah heboh Indra mewawancari Ghea dan Dira seperti sebagai korban kebakaran api yang telah menghanguskan puluhan rumah dan benda-benda berharga. Mereka ditanyai mengapa tidak bersama lagi dengan Cindy.
Dengan entengnya Ghea menjawab jika mereka berdua lebih baik dibanding bertiga, karena ada orang baru yang merebut Cindy dari sisi mereka. Giliran Dira yang menjawab jika mereka sudah nyaman dengan berdua saja. Tanpa Cindy maupun Genks-aksa.
Mereka tidak tahu jika dari tadi Cindy berhenti di dekat kelas mendengarkan semuanya. Perempuan dengan rambut sebahu itu langsung masuk dan menarik lengan Indra yang ada di depan Dira agar minggir dari posisinya.
“Bukan sahabat namanya kalo ngerebut pacar sahabatnya! Lo koar-koar di sosmed, ke temen-temen semua biar pada tau, biar apa? Biar mereka ngedukung lo, hah? Gue diem karena gue ngerasa nggak guna koar-koar di sosmed minta pembelaan dari orang yang ngeliat story gue. Orang yang nggak suka gue juga bakal bersyukur kalo gue sama Eza putus dan gue pisah dari kalian. Tapi, dengan ini udah nunjukin sebaik apa kalian buat gue. Makasih.”
Cindy menekankan kata sebaik pada Dira agar dia mengerti apa yang sudah Cindy lakukan untuk kekompakan mereka selama ini.
Suasana kelas jadi hening, tidak ada yang berkomentar. Semua kaget mendengar pernyataan Cindy bahwa Dira telah merebut Eza dari dirinya. Pantas saja jika gadis yang memakai jepit rambut di sebelah kanan itu menjauh dari orang yang telah menyakiti hatinya. Orang yang dipercaya menjadi sahabat telah merebut kekasih hatinya.
Indra hanya diam di tempatnya berpijak. Meja nomor tiga dari depan itu telah kosong karena pemiliknya berpindah tempat ke meja pojok ujung, agar jauh dari mantan sahabatnya.
Dira tidak bisa berkata apa-apa lagi lantaran ia juga syok Cindy telah mengetahui jalinan kasih yang ia sembunyikan di belakang. Ia memang menjalaninya bersama Eza, karena lelaki itu sangat keren dan lembut dalam memperlakukan perempuan. Dira telah jatuh hati dengan lelaki dari kekasih sahabatnya.
Ghea yang terkejut segera menanyai pelaku pepacor, perebut pacar orang. Ia tidak menyangka jika sahabatnya rela merebut kekasih temannya sendiri. Dalam benaknya berpikir, apa tidak ada orang lain yang lain yang mau dengannya hingga pacar temannya sendiri diambil. “Dir, apa yang dibilang Cindy bener?”
Dira masih diam, ia terduduk kala Cindy berpindah tempat ke ujung.
“Dir, bener yang dibilang Cindy?” Ghea mencengkeram lengan perempuan yang duduk di sampingnya.
Dira masih terdiam dengan pikirannya yang memikirkan kesalahan yang telah ia perbuat. Seisi kelas saling berbisik jika ternyata Dira lah yang membuat masalah sendiri hingga Cindy meninggalkan pertemanan mereka.
“Gue nggak nyangka orang gue percaya ternyata malah makan temen sendiri!” ketus si gadis yang terkenal kalem dan lemah lembut itu. Ia meninggalkan Dira sendirian dan berpindah tempat duduk di depan Indra. Pemilik bangku di suruh untuk duduk bersama Dira.
Menuju End Gaesss.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top