Four Hour With You

"Aku tidak tahu apa ini bisa di sebut cinta, tapi 4 jam bersamamu adalah hal indah yang tak kan terlupakan."
****


Akhirnya setelah menunggu hampir satu jam bus jurusan Tasik - Bekasi datang juga. Aku dan temanku Aris akan pergi ke Subang tempat kami bekerja.

Aku duduk di kursi penumpang untuk tiga orang, di sebelah kanan ku duduk seorang bapak-bapak berjenggot dan berkumis tebal. Dan sepertinya dia tertidur. Well aku tidak peduli.

"Ris kok kamu malah duduk di belakang sih? Sini aja." Kataku pada Aris yang malah memilih duduk terpisah denganku.

"Enggak ah aku mau disini aja." Ujarnya.

Aku pun tak terlalu menggubrisnya, aku kembali duduk dengan tenang sampai dua orang pria masuk dan mencari tempat duduk.

"Duh dimana ya.. Eh sini aja nih sob. Duh sama cewek lagi. Asyik," ucap salah seorang yang kini duduk di sampingku. Sedangkan temannya duduk tepat di belakangnya.

Pria itu sekilas terlihat dingin dan jutek tapi perilakunya tadi menunjukan dia orang yang banyak bicara dan friendly. Lihat saja, dia bahkan sudah tersenyum ramah padaku. Aku pun membalasnya lalu kembali duduk tanpa suara.

Rasa kantuk menyerangku dengan hebat mungkin akibat obat yang aku makan sebelumnya. Sengaja, karena kadang aku suka mabuk kendaraan.

Aku benar-benar tertidur sampai bapak kondektur membangunkanku dan membuat aku terkejut. Mungkin tidurku terlalu pulas. Aku pun mengambil uang untuk membayar ongkos perjalanan. Saat aku berniat untuk kembali tidur, pria di sampingku bertanya sesuatu padaku.

Jika aku tidak salah, dia menanyakan asalku dari mana. Aku menjawab seadanya. Selain malas aku benar-benar mengantuk. Efek samping obatnya benar-benar hebat.

"Mau kemana?" dia bertanya lagi.

"Mau ke Subang. Berangkat kerja."

"Oh.. Kerjanya di pabrik? Udah berapa lama disana?"

"Iya. Udah mau dua tahun."

"Wih keren. Kalau aku mah orang nya gak betahan, bentar-bentar pengen pulang. Kalau sekarang aku kerjanya di bengkel, di Bekasi."

Aku hanya ber-oh-ria saja. Aku tidak mengerti yang dia maksud bengkel itu seperti apa. Karena aku mengantuk aku hanya menjawab seperlunya saja.

"Aku mah belum pernah kerja di pabrik. Gimana ya rasanya. Waktu itu pernah sekali, baru enam bulan udah pengen pulang."

Lah katanya belum pernah tapi pernah. Gimana sih ni orang .

"Eh kalau laki-laki mah gak boleh gitu atuh, harus betahan. Masa bentar-bentar pulang, bentar-bentar pulang."

"Ya abis gimana, aku nya gampang bosen lagih."

Pria di sampingku terus berceloteh bertanya ini itu yang aku jawab seadanya. Kadang dia bernyanyi. Entah sudah berapa album. Aku benar-benar mengantuk, sungguh. Tapi aku takut saat tidur kepalaku malah jatuh ke pundak pria ini atau ke pundak bapak berejenggot. Hii mengerikan.

Sayup-sayup aku mendengar nyanyian yang dia nyanyikan. Entah lagu apa bahasanya pun terdengar aneh menurutku.

"Aku pengen pentol pentol pentol pentol pentol..."

Aku mengerutkan kening, setidaknya itulah yang telingaku dengar. Hm tapi sepertinya aku tak asing dengan lagu aneh itu. Entahlah.

Saat sampai di jalan tol dia menunjuk ke luar jendela dan berkata kalau pemandangan di sana sangat indah. Memang aku juga mengakuinya, di sana ada sawah dan perkebunan teh. Sangat luas. Dan itu ada di sepanjang jalan.

"Di sana pasti bagus buat main india-indiaan. Kuch kuch hota hai.." Ucapnya sambil menyanyikan sepotong lagu india paling populer sepanjang masa. Aku tersenyum geli mendengarnya.

"Suka india nggak?" tanya nya lagi.

"Iya suka," jawabku.

Dengan semangat dia juga bilang dia sangat menyukai Bollywood. Katanya kalau hari jum'at dia nggak jum'atan tapi nonton film india di salah satu channel tv Indonesia yang suka menayangkannya. Ck. Ya ampun.

"Ih gak boleh gitu atuh A, masa nggak jum'atan tapi malah nonton india. Gak baik tahu, mending jum'atan dapet pahala," ucapku dan dia hanya terkekeh.

"Iya.. Nanti Neng sama Aa india-indiaan di sana tuh kaya Shahrukh Khan sama Kajol. Yang itu loh yang lagunya Suraj hua madam, jane jaane laga. Tau gak?"

Mau tidak mau aku pun terkekeh. Pria ini sangat lucu. Pikirku.

Kami terus mengobrol, walaupun aku ngantuk berat aku berusaha menahannya mati-matian. Masa aku ninggalin ni cowok ngecoblak sendiri? Tapi akibat obrolan-obrolan kecil ini kami menjadi sedikit akrab.

Beberapa saat kemudian bapak-bapak di sampingku yang tertidur kepalanya terus menerus jatuh ke arahku yang membuatku beringsut sedikit menjauh dan tentunya aku agak berhimpit dengan pria di sampingku.

"Eh maaf A.." Kataku sopan. Duh jadi serba salah. Bukannya apa-apa. Masalahnya bapak-bapak ini punya kumis sama jenggot yang gondrong, terus tidurnya ngiler pula. Basah di sana-sini. Siapa yang gak risih coba? Ihh jorok banget!! Aku terus beringsut menjauh dan agak condong ke kiri. Pria itu malah terkekeh melihatku yang jijik dengan bapak-bapak di sampingku.

"Hayoo itu ilernya kena hayoo.." godanya malah terdengar senang dengan penderitaanku.

"Ihh apaan sih.. Nyebelin." Aku merenggut dan dia kembali terkekeh.

"Ciyeee elo! Yang lagi ketawa-ketawa. Ciyee!" Kata temannya yang di belakang heboh. Dia pun membalas candaan temannya. Yah pria.

Akhirnya aku bisa bernapas lega setelah si bapak berjenggot berganti posisi tidur menjadi menyandarkan kepalanya ke jendela, jadi kepalanya gak perlu jatoh-jatoh lagi ke pinggir. Fiuh!

Untuk beberapa saat keheningan terjadi dan rasa kantuk menyerangku lagi. Tapi aku tidak mau tertidur nanti takutnya kepalaku malah jatuh ke pria di sampingku. Hii maluin.

"Kenapa Neng?" tanya nya yang mungkin melihatku sedikit gelisah. Bagaimana enggak? Aku ngantuk gini tapi gak bisa tidur. "Pusing? Mau muntah? Nih ada kantung keresek. Sok gak papa." Ucapnya sedikit rusuh dan perhatian.

"Eh.. Enggak enggak. Enggak kok nggak pusing. Nggak pengen muntah juga." Kataku karena memang enggak.

"Terus kenapa? Ngantuk?" tanya nya lagi.

Ya bener banget. Tapi aku gak berani jawab. Hiks.

"Kalo ngantuk tidur aja nih di sini, sok gak papa kok." Ucapnya menepuk bahunya menyuruh aku tidur disana sambil tersenyum. Manisnyaa. Eh?! Oh Tuhan! Pria ini perhatian banget. Tapi tentu saja aku menolak. Gila saja! Memang dia siapa? Aku bahkan tak mengenalnya.

"Eh enggak makasih." tolak ku sopan.

Kami kembali terdiam dan dia terus saja melihatku membuatku risih dan membuang pandanganku ke arah jendela yang berarti ke arah bapak berjenggot. Ugh ini terpaksa! Habis, bagaimana? Aku malu di lihatin terus!

"Kok lihatnya kesana terus?" tanya nya. Ugh pake nanya lagi nih orang gak tau gue malu apa?!

"Suka ya sama bapak-bapak nya? Hayoo ngaku? Bilang aja. Entar aku bilangin sama bapak nya."

"Eh? Iih enggak! Apaan sih enggak kok!"

"Yang bener? Itu di lihatin terus. Ciyeee suka sama bapak-bapak berjenggot ciyeee.."

"Ihh enggak.. Amit-amit deh." tukasku tidak suka.

Dia malah tertawa dan asyik meledekku. Ya ampun.

Tidak terasa kami sampai di sebuah SPBU dan artinya akan segera keluar dari jalan tol. Seperti biasa selalu banyak pedagang asongan yang naik saat bus berhenti.

"Mizone mizone..!!" seru salah satu pedagang asongan minuman.

Pengeen. Aku haus. Sangat haus. Tapi aku malu! Aku malu teriaknya. Ya ampun.

"Bang mizone nya satu dong!" Ucap pria di sampingku.


Duh pengen.

Dia pun membelinya. "Mau gak?" tanya nya.

Mu banget.

"Eh enggak makasih."

Hiks. Sial.

"Beneran?"

"Iya nggak haus kok."

Haus banget Ya Allah..

"Eh beliin gue satu dong!" Ucap temannya yang di belakang.

"Beli aja sendiri bayar pake duit lo, gue gak punya duit."

"Ah dasar lo!" seru temannya.

Dia mulai membuka tutup botol dan perlahan meminumnya. Dan bodohnya aku! Aku malah ngelihatin dia minum! Sial. Kan ketahuan banget aku haus.

"Bang! Mizone nya satu lagi!" Serunya.

"Oh iya nih kebetulan sisa satu." Pedagang asongan itu memberikan sebotol mizone lagi padanya.

"Iya makasih ya Bang." Ucapnya.

"Nih," Dia menyodorkan minumannya padaku.

"Eh?! Enggak gak usah," tolakku yang sedikit terkejut.

"Udah ambil aja. Nih." Dia terus memaksa.

Duh! Sial. Sial. Dia pasti nyadar deh aku liatin pas dia minum. Hiks maluin banget sih lo Ran..

Dengan ragu, malu dan sedikit terpaksa aku menerimanya. Hanya saja aku tak langsung meminumnya. Biar gak keliatan haus banget gitu, padahal udah gak tahan. Ck.

"Minum dong jangan di pegang terus."

"Iya entar aja. Belum haus kok. Makasih ya."

Duh boong lagi. Tuhan haus banget parah.

Setelah beberapa saat akupun meminumnya namun tidak langsung aku habiskan.

Beberapa saat kami terdiam lagi.

"Neng turun dimana?" dia kembali bertanya.

"Di STS," jawabku pendek.

"Yah, bentar lagi kita pisah dong.." Ucapnya yang terdengar sedih di telingaku.

Aku tersenyum. Aku pun merasa menyayangkan pertemuan ini harus berakhir.

"Maaf ya tadi ngelihatin terus soalnya kamu mirip temen aku, mirip banget gak ada bedanya." Ucapnya.

Oh pantes, jadi aku mirip temannya toh. Hmm.. Kirain.. Eh? Mikir apa si kamu Ran?

"Sadang! Sadang! Persiapan Sadang!" teriak sang kondektur saat hampir tiba di STS. Akupun bersiap dan bangkit.

"Yah udah sampai yah, duh pisah dong. Gimana nih.. Gak papa deh kalau jodoh kita pasti ketemu lagi kok!" ucapnya lagi-lagi tersenyum.

Mau tidak mau akupun tersenyum. Ya ampun pria ini. Padahal kami baru bertemu empat jam yang lalu.

"Permisi," ucapku. Diapun memberiku jalan.

"Eh tunggh tunggu!" serunya.

Aku berhenti dan kembali menoleh padanya. "Kenapa?"

"Kita belum kenalan." Ucapnya yang mengulurkan tangan kanannya mengajakku bersalaman.

"Namanya siapa?"

Aku membalas uluran tangannya. "Rani." Ucapku.

"Rani," ulangnya dambil tersenyum. "Namaku Yudi, inget ya. Yudi! Y.U.D.I" Dia mengeja namamya sendiri. "Jangan lupa sama aku ya! Aku harap kita bisa ketemu lagi. Semoga kita berjodoh."

"Ciyeee!! Yang lagi perpisahan ciyeee!!" ejek temannya malah asyik sendiri.

"Hati-hati ya! Inget! Yudi!" Teriaknya saat aku berjalan turun dari bus. Aku tersenyum. Ada rasa kehilangan saat harus pergi.

Saat sudah turun aku bisa melihatnya berdiri dan masih memperhatikanku. Aku tersenyum malu. Pria ini benar-benar manis dan lucu.

Aku berjanji tidak akan membuang botol mizone ini. Aku berharap suatu saat Tuhan mempertemukanku dengannya lagi.

Singkat namun terkenang. Dia. Pria dengan pesonanya. Aku akan merindukannya. Semoga kita bisa bertemu lagi.

Selamat jalan..

Teman empat jam ku.

****

-FIN

Hoho gaje banget gak sih? Kkk ini kisah asli dari temenku. Ckckck.. Dedicated for you teh Rani Nurazizah. ^•^
Maaf jika ada typo! 😆

Regards!
TinnyNajmi

140816-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top