Bintang Utara

Rumahku, keluargaku, adalah bintang utara bagiku. Setiap kali aku tersesat, aku akan melihat bintang utara dan kembali kejalanku. Bintang utara tidak pernah berubah ataupun berpindah. Mereka akan tetap disana memberi arah.

Risa POV

Malam ini bintang terlihat lebih banyak dari biasanya, semakin banyak semakin indah.
“Kakak sedang apa?” Tanya adik bungsuku, Risma.
“Melihat bintang.” Jawabku seadanya sambil tersenyum kearah adik bungsuku.
“Kakak sangat suka bintang yah?” Tanyanya lagi. Aku mengangguk membenarkan. “Masuk yuk, udara malam tidak bagus. Disini dingin.” Ajakku yang langsung dipatuhi oleh adik kecilku ini. Di dalam rumah ada Rasya yang sedang asyik bermain PlayStation dengan teman-temannya.
“Rasya, mainnya jangan terlalu kemalaman. Besok kalian harus sekolah”
“Iya. Tenang aja kak.” Ucapnya disambut dengan teriakan gembira karena berhasil mengalahkan temannya.
“Apa Ayah sudah menelpon? Apa dia tidak pulang lagi malam ini?”
“Dia tidak menelpon. Entahlah” Jawabnya acuh. Akupun memilih masuk ke kamar menemani Risma tidur. Setelah dia tidur, aku kembali ke kamarku, merebahkan tubuhku ditempat tidur.
    Aku terfikir Ayah, sudah beberapa hari ini Ayah jarang pulang. Jika pulang pun sudah larut malam, dan berangkat pagi-pagi sekali. Padahal kami sangat membutuhkannya, terutama Risma. Setelah Ibu meninggal, keadaan rumah jadi tidak baik. Aku bisa menerima aku yang menggantikan Ibu mengerjakan pekerjaan rumah, tapi Ayah? Dia tak pernah ada waktu untuk kami. Rasya, dia semakin liar dan tak belajar dengan benar. Dan Risma, ia selalu menangis, setiap malam dalam tidurnya.

Ibu.. Aku merindukanmu...

***

Risa telah selesai menyiapkan sarapan pagi, kedua adiknya pun telah duduk dengan memakai seragam sekolah mereka. Lalu mereka melihat Ayah melewati mereka begitu saja. Risma yang melihatnya segera menghampirinya.
“Ayah!”
“Oh, Risma. Ada apa? Apa kau butuh uang jajan?” Tanyanya membuat Risma terdiam. Risa dan Rasya pun seolah tak percaya. Tidak bisakah Ayahnya melihat sorot kerinduan di mata Risma?
“Tidak Ayah. Ayo kita sarapan bersama.” Ajaknya sambil memegang kedua tangan ayahnya. Namun Ayah menolak dengan alasan harus segera pergi ke kantor, "Kalian makan saja, Risa antarkan Risma ke sekolahnya dulu. Ayah berangkat!" Pesannya. Lalu pergi begitu saja. Bahkan dia tidak mengecup kening mereka satu persatu seperti biasa yang dia lakukan setiap kali dia berangkat terburu-buru.

***

Risa terlihat tergesa-gesa mengendarai sepedanya menuju kantor Ayahnya. Beruntung dia melihat Ayahnya berada di luar. Tapi, dia sedang bersama wanita lain. Risa mendekat untuk mendengar apa yang mereka bicarakan. Sulit dipercaya, Ayahnya meminta wanita itu menjadi Ibu bagi anak-anaknya. Padahal Ibu mereka belum lama meninggal. Semudah itukah Ayahnya menemukan pengganti? Risa membatin.
“Ayah!” Risa menghampiri Ayahnya yang terlihat sedikit terkejut.
“Risa, apa yang kamu lakukan disini? Kamu belum pulang?” Ayah bertanya seperti itu karena Risa masih memakai seragam sekolahnya.
“Ayah, Rasya bolos sekolah dan dia terlibat perkelahian.” Ayahnya terkejut, baru kali ini anak laki-lakinya berbuat seperti itu.
“Sekarang ia berada di kantor polisi, mereka meminta Ayah untuk menemuinya agar Rasya bisa di bebaskan.” Jelas Risa dengan nada sedikit kesal.
“Baiklah. Ayah mengerti. Risa kenalkan..”
“Tidak usah. Aku pergi dulu” Risa tak mempedulikan wanita itu dan memilih pergi, tapi kemudian ia berbalik menatap Ayahnya. “Kami tidak memerlukan Ibu baru, Ayah.” Ucapnya kemudian langsung menaiki sepedanya dan melesat pergi.

Risa sampai di rumah. Dia duduk dengan kesal. Lalu ia ingat Risma, apa adiknya sudah pulang? Setelah mencari ke sekeliling rumah, ternyata dia memang tidak ada. Risa pun bergegas ke sekolah mencari Risma, dan benar saja. Ia duduk di ayunan sendirian dengan tatapan kosong. Bahkan Ayahnya lupa menjemput adik bungsunya. Hal ini membuatnya semakin kesal. Ya Tuhan.. Risa segera menghampiri adiknya dan memeluknya.
“Risma, maafkan kakak.” Ucapnya dengan terisak.
“Kenapa kakak menangis? Dimana Ayah? Aku menunggunya lama sekali.” Ucapnya yang membuat Risa semakin ingin menangis mengingat Ayah mereka sedang bersama wanita lain. “Ayah tidak akan datang, mulai besok kakak yang akan menjemputmu. Ayo kita pulang” Risa beranjak sambil menuntunnya, tapi ia menahannya dan malah menangis.
“Hey, kenapa menangis?” Risa berlutut untuk mensejajarkan tubuhnya dengan adiknya.
“Apa Ayah sudah lupa sama Risma? Apa Ayah benci Risma? Kak, Risma kangen Ibu dan Ayah..”

    Tuhan, melihatnya menangis seperti itu membuat hatiku lebih sakit. Batin Risma.

***

Risa POV

“Rasya!” Aku memanggilnya saat dia memasuki rumah dengan wajah babak belur.
“Apa Ayah menemuimu di kantor?”
“Tidak.” Jawabnya yang membuatku heran. “Ayah tidak menemuiku. Ia mengirim seorang wanita untuk membebaskanku” Jawabnya dengan nada kesal. Ayah benar-benar keterlaluan. Sejenak kupalingkan wajahku.
“Apa kau tahu tentang wanita itu?” Tanyaku ragu. Tapi Rasya menganggukkan kepalanya menandakan ia juga mengetahui apa yang aku ketahui.
“Aku tidak membutuhkan Ibu baru!” Rasya berteriak sambil memukul kursi. Aku tahu perasaannya, ia sangat menyayangi Ibu. Ia menjadi seperti inipun karna Ibu tidak bersama kami lagi.
“Kau benar. Kita tidak butuh Ibu baru. Kita sudah memiliki Ibu.” Aku memandang foto Ibu yang tersenyum cantik. “Aku tidak percaya Ayah secepat itu melupakan Ibu untuk wanita lain. Padahal Ibu belum lama meninggal.” Risma turun dari kamarnya mengambil foto Ibu, dan duduk disampingku. Kami merindukan Ibu, sangat merindukannya.
“Ayah pulang!” Terdengar suara Ayah yang baru memasuki rumah.
“Kalian belum tidur? Kalian sedang apa, hm?” Tanyanya.
“Ayah...” Belum sempat aku bicara, Ayah menanyakan keadaan Rasya. Dan bertanya apa ada wanita yang menemuinya di kantor polisi. Dan malah asyik menanyai tentang wanitanya. Aku menahan nafas sejenak tidak percaya apa yang Ayah katakan. Rasya yang emosional bangun dan membentak Ayah kalau dia tidak menginginkan Ibu baru. Ayah sontak kaget mendengarnya.
“Kamu lebih mecintai wanita itu daripada anak-anakmu sendiri! Iya kan?!”
“Rasya! Jaga ucapanmu! Siapa yang kau panggil kamu? Aku ayahmu sendiri!”
“Ayah? Aku merasa tidak memiliki Ayah!”
PLAK!
Ayah menampar Rasya, Risma sangat ketakutan hingga menjatuhkan foto Ibu hingga pecah. Ayah sendiri terlihat kaget dan menyesal. Ia mencoba berbicara dengan terbata-bata. Aku menenangkan Risma dengan memeluknya dan menyuruhnya ke kamar tapi ia tidak mau, ia memilih bersembunyi di balik tubuh ku.
“Bahkan sekarang, Ayah berani memukulku.” Ucap Rasya masih memegang pipinya yang terasa sakit.
“Rasya.. A.. Ayah...”
“Cukup Ayah! Yang Rasya katakan memang benar. Kali ini Ayah sudah keterlaluan. Ayah tidak lagi peduli pada kami, Ayah lebih mementingkan pekerjaan daripada menyelamatkan Rasya. Anak Ayah sendiri. Ayah fikir kenapa Rasya sampai berbuat hal seperti itu?! Risma selalu menunggu Ayah untuk tidur bersama, untuk makan bersama. Tapi Ayah tidak pernah ada! Bahkan hari ini Ayah lupa menjemput Risma dan membiarkannya sendirian!” Aku mulai menangis. Tidak tahan dengan semua ini. Ayah nampak terkejut, dan berusaha meraih Risma, namun Risma terlalu takut pada Ayahnya kali ini.
“Ayah... Apa Ayah tidak mencintai Ibu lagi? Secepat itukah Ayah melupakannya? Bahkan baru dua minggu lalu Ibu pergi, tapi Ayah.. Ayah malah menjalin hubungan dengan wanita lain! Ayah keterlaluan!” Aku kembali terisak tak bisa menahan tangis.
“Risa.. Ayah..”
“Aku benci Ayah!” Risma mengeluarkan suaranya. Semua orang kaget mendengarnya.
“Risma..” Belum sempat Ayah berbicara, Rasya memotongnya lagi.
“Ayah, jika Ayah mencintai kami. Ayah tinggalkan wanita itu dan tinggalah disini. Tapi jika Ayah tidak bisa meninggalkan wanita itu, Ayah pergi dari rumah ini!” Ayah terlihat sangat terkejut dengan perlakukan ketiga anaknya ini. Termasuk aku, tapi aku setuju dengan apa yang dikatakan adik laki-laki ku. Aku yakin Ayah pasti memilih kami dan meninggalkan wanita itu.
“Sekarang Ayah pilih. Kami, atau wanita itu?! Jika Ayah tidak pergi, maka kami yang akan pergi.” Ancam Rasya. Ayah terlihat bimbang, bahkan setelah semua ini, ia masih bimbang. Aku sangat terkejut saat Ayah memilih melangkah pergi. Apa kami tidak begitu berharga untuknya? Dia lebih memilih wanita itu dari pada kami?!
        “Maafkan ayah anak-anak. Ayah akan pergi” Ucapnya tanpa menatap kami lalu melangkah keluar. Kami bertiga sontak menangis.. Apa kami juga harus kehilangan seorang Ayah?

***

Setelah kejadian saat itu mereka menjalani kehidupannya masing-masing. Risa dan kedua adiknya mulai terbiasa hidup tanpa ayah mereka. Ayah mereka tidur di hotel untuk sementara waktu, dan ia tetap menjalin hubungan dengan wanita yang dicintainya. Suatu saat ia membuat kesalahan fatal yang membuat perusahaannya harus mengganti rugi biaya yang besar hingga akhirnya ia dipecat. Ia mencoba menghubungi kekasihnya, namun ternyata ia juga mengkhianatinya. Bahkan ia akan segera menikah. Sekarang ia benar-benar kehilangan segalanya.
Disisi lain ketiga anaknya sedang bermain ular tangga bersama, dan tertawa bahagia. Tiba-tiba suasana menjadi hening. Mereka semua terdiam, mengingat dulu mereka sering bermain seperti ini bersama Ayah dan Ibunya. Yah, dulu. Mereka pernah bahagia.
“Aku merindukan Ayah..” Ucap Risma.
“Aku juga” Ucap Rasya yang disusul oleh Risa. Lalu mereka terdiam.
Ayah ketiga anak itu berjalan di trotoar jalan raya kota yang ramai meski di malam hari. Mengingat semua yang telah diperbuatnya. Dan yang terjadi padanya sekarang.
“Mungkin ini adalah hukuman untukku. Aku pantas mendapatkannya. Risa, Rasya, Risma.. Maafkan ayah. Maafkan ayah.. Ayah terlalu malu untuk kembali. Ayah tak pantas menjadi ayah kalian.” Batinnya.
“Ayah!” Terdengar suara Risma memanggilnya. Namun, ia berfikir itu hanya halusinasinya saja. Tidak mungkin gadis kecilnya disini sekarang.
“Ayah!” Suara itu nyata. Ia berbalik “Anak-anak..?” Gumamnya tak percaya.
“Ayah. Apa Ayah sudah memikirkan kesalahan Ayah?” Tanya Rasya. Ayah mereka terdiam.  “Kami tahu, Ayah telah kehilangan segalanya.” Tambah Rasya yang membuat Ayahnya menundukkan kepalanya. Ia malu, sungguh malu.
“Tapi, perlu ayah ketahui. Kami tidak membutuhkan semua itu. Kami tidak butuh Ayah yang sibuk mencari uang. Kami tidak membutuhkan limpahan harta dan kami tidak butuh Ibu baru.” Tambah Risa.
“Kami hanya membutuhkan Ayah. Meski tanpa pekerjaan ataupun ibu baru. Hanya ayah. Kami telah kehilangan Ibu, apa kami harus kehilangan Ayah juga?” Ucap Risma susah payah yang membuat Ayahnya menitihkan air mata.
“Bukankah Ayah sedang tersesat? Jika ya, Ayah harus mencari bintang utara untuk menemukan arah dan jalan yang benar. Agar Ayah bisa kembali. Ibu selalu berkata, Kami adalah bintang utara yang tak pernah berubah. Kami selalu berada ditempat yang sama. Jadi, Ayah harus mencari kami agar Ayah dapat kembali. Bukankah begitu, Ayah?” Penjelasan Risa membuat Ayahnya kembali menangis, menyesali perbuatannya.
“Maafkan Ayah, anak-anak.. Maafkan Ayah..” Isaknya. Risma berjalan dan memeluknya.
“Risma cinta Ayah” Ucap Risma tulus. Ayah berjongkok membelai anak bungsunya lalu mengecup keningnya penuh kasih sayang.  "Ayah juga mencintaimu, sayang." Risa dan Rasya tersenyum melihatnya lalu ikut memeluk sang Ayah yang mereka rindukan. Ayah yang sempat hilang dari bagian hidup mereka.
"Kami sangat menyayangi Ayah."
"Ayah juga menyayangi kalian. Terimakasih, telah memberikan petunjuk arah untuk ayah. Terimakasih telah menerima Ayah kembali."

Aku menemukan arti bintang utara yang kau maksud, istriku. Sekarang aku mengerti. Aku memiliki mereka, bintang utaraku.

******

FIN-

Haiii ini cerpen yang aku buat saat SMA dulu. Moga gak jelek-jelek amat yaa! Hihi.

Salam.

TinnyNajmi

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top