1 - 4 - 3
"Iish! Gak ada bagus-bagusnya sih lo jadi Adek!!" Teriakku kesal kemudian memutuskan sambungan telpon dengan adik laki-laki ku.
Aku memintanya untuk mengantarku ke tempat seminar yang harus ku datangi minggu pagi ini. Tapi dia menolak dengan alasan ada janji dengan pacarnya. What the..?! Benar-benar menyebalkan. Jadi sekarang bagaimana??
Aku menghentakan kaki ku karena kesal. Kalau naik angkutan umum pasti telat dan macet. Hish!
"Mau kemana Ann?"
Aku tersentak mendengar suara itu. Dengan seenaknya jantungku berdegup kencang saat aku melihat wajahnya. Sejak kapan pria ini berada di hadapanku dengan motor gede nya? Aih kenapa sih dia tampan sekali! Apalagi naik motor gini kan kece banget.
"Hey? Malah bengong. Kamu mau pergi? Ini kan hari minggu. Apa ada acara?"
Aku tersadar dari lamunanku. "Eh-itu.. Iya.. Err hari ini aku ada seminar. Aku sudah meminta adikku untuk mengantarku tapi dia menolak karena ada janji dengan pacarnya. Kalau aku naik bis atau angkutan umum aku pasti telat. Padahal.." Aku sontak menghentikan cerocosanku yang tak bermutu itu. Bodohnya kamu Ann! Lihat dia sedang tersenyum sekarang. Aih manisnyaa. Eh?
"Kamu gak berubah ya tetep aja cerewet. Ayo"
"Hehe. Maaf Kak.. Iya ini mulut gak punya rem sih jadi kalo ngomong ya gak bisa berhenti-" Kalimatku terhenti saat Kak Andi menarikku ke dekat motornya.
"Ayo naik. Aku antar" Ucapnya. Aku masih terdiam seperti orang bodoh. Aku tersadar saat ia menepuk puncak kepalaku.
"Kebanyakan bengong deh. Katanya udah telat?"
Ya Tuhan! Sepagi ini aku di kasih malaikat setampan ini. Mimpi apa aku semalam yah? Dengan semangat aku mengangguk lalu naik ke motornya. Jantungku kembali berdegup kencang. Aku sedekat ini dengannya. Ya Tuhan. Tapi aku ragu untuk menyentuhnya.
"Gak pegangan? Kalo jatoh jangan salahin aku loh"
Dengan ragu aku pun memutuskan berpegangan pada pundaknya saja. Aku bisa dengar decakan Kak Andi. Aih tak tahu saja dia kalau jantungku sudah mau meledak sekarang. Huh!
Ia mulai menstarter motornya lalu melajukannya dengan kencang. Otomatis tubuhku terpental ke belakang, refleks aku memeluknya.
"Kak Andi!" Teriakku kesal.
"Makanya pegangan yang bener" Ucapnya. Yah dan sekarang aku benar-benar memeluknya. Ya Tuhan semoga jantungku baik-baik saja.
Setelah beberapa menit dengan laju motor di atas normal akhirnya aku sampai tepat waktu. Hari ini aku menjadi moderator dalam sebuah seminar motivasi.
"Makasih ya Kak. Aku jadi gak telat" Ucapku tulus dengan senyum mengembang.
Ia hanya mengangguk sambil tersenyum. Kenapa aku merasa dia sering tersenyum ya akhir-akhir ini? Jadi baik banget pula sama aku. Sering bantu aku kalau aku lagi butuh pertolongan. Padahal dia dulu cuek pake banget. Walaupun dia nge-kost di sebelah aku, dia gak pernah tuh nyapa aku. Masa iya aku nyapa duluan? Kan gengsi. Dulu aku hanya melihatnya lewat jendela kost ku diam-diam mengagumi wajah tampannya. Tapi sekarang..
"Tuh kan bengong lagi. Udah sana masuk. Banyak yang liatin" Ucapnya menyadarkanku.
Aku melihat sekeliling dan benar saja bukan hanya teman-temanku tapi hampir semua wanita menatap aku dan Kak Andi. Pasti karena Kak Andi tampan deh. Hih ngeselin.
"Kamu udah sarapan? Dari pagi banyak bengong"
Tuh kan dia perhatian lagi, tapi aku belum sempat sarapan. Orang kesiangan gini gimana sempet mikirin makan.
"Ann.."
"Eh iya Kak?" Duh kok aku bengong lagi sih..
"Pasti belum makan kan? Tunggu disini bentar aku beliin makanan dulu" Kak Andi turun dari motornya bermaksud membelikanku makanan.
"Eh kak gak usah. Gak papa entar aku beli sendiri. Janji deh bakal makan" Cegahku.
Dia menatapku dan aku balas menatapnya untuk meyakinkannya. Lalu ku dengar helaan nafas darinya.
"Ya udah. Aku gak mau lihat kamu pingsan pas di panggung. Udah cepet masuk. Moga sukses ya!" Ucapnya tersenyum manis dan menepuk puncak kepalaku.
Aku yakin wajahku memerah sekarang. Ku anggukan kepalaku tanpa menatapnya lalu berlalu dari hadapannya.
Eh? Kok dia tahu aku mau tampil di panggung sekarang? Aku membalikan tubuh untuk melihatnya. Dia masih disana menatapku lalu tersenyum sambil melambaikan tangannya.
Aihh manisnyaa, demi apapun yang ada di dunia ini dia pria paling tampan yang pernah ku temui. Lagi-lagi aku tersipu, ah sudahlah aku tak peduli dia tahu dari mana.
Aku pun segera masuk ke gedung seminar untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Tapi langkahku segera di hentikan oleh teman-temanku.
"Ann tadi lo di anter siapa? Kece gila Ann!" Fio menggoyang-goyangkan tubuhku.
"Itu cowok lo? Ganteng banget Ann sumpahh! Lo jahat deh gak bilang punya cowok seganteng itu." Seru Lulu heboh. Ia terdiam sebentar lalu seperti teringat sesuatu dia menatapku tak percaya. "Eh dia itu kan pangeran yang tinggal di sebelah kamar kost lu kan? Ciyeee" Godanya.
"Yang bener Ann? Itu cowok lo? Iii beruntung banget sih lo!" Kali ini Rere ikutan heboh.
Aku menghela nafas frustasi. "Tau ahh udah minggir sanaa! Gue belum persiapan. Awas awas!" Usirku menerobos kerumunan teman-temanku lalu menemui Pak Adrian pembicara di seminar kali ini.
Seminar telah di mulai. Aku sebagai moderator mendampingi Pak Adrian di depan. Aku cukup profesional dalam hal ini karena aku sudah terbiasa. Saat aku melihat ke arah penonton aku melihat Kak Andi menjadi salah satu peserta seminar. Aku lupa kalau seminar ini untuk umum.
Ia tersenyum saat aku melihat ke arahnya. Tiba-tiba semua yang ada di otakku nge blank. Aku berusaha kembali fokus pada acar seminar agar aku tak di permalukan disini. Akhirnya aku bisa menyelesaikannya dengan sukses tanpa melihatnya selama seminar.
Saat aku keluar aku sudah tak melihatnya. Apa dia sudah pergi yah? Hm. Aku mengedarkan pandanganku dan ku dapati Kak Andi sedang mengobrol bersama wanita. Senyuman tak lepas dari wajahnya. Siapa ya? Apa dia pacarnya? Ada sedikit rasa kecewa disini. Tapi siapa aku berani mengharapkannya? Aku cukup tau diri untuk bersanding dengannya.
Aku berjalan dengan langkah gontai. Tak berniat minta di jemput ataupun naik angkutan umum. Aku sedang ingin berjalan kaki. Hingga aku sampai di taman. Aku mengistirahatkan kaki ku yang lelah.
"Capek?"
Suara itu lagi. Aku mendongak. Wajah malaikat itu kembali ku lihat. Kenapa kau ciptakan pria setampan ini Ya Tuhan. Aku menunduk tak mau menatapnya. Karena tiba-tiba ada rasa sakit menggerayap di dadaku. Rasa sakit karena mengharapkannya. Yang aku tahu ia tak akan bisa ku miliki.
"Kenapa? Bukankah acaranya berjalan lancar? Kenapa wajahmu lesu begitu?"
Ia hendak menyentuh wajahku tapi aku memalingkannya. Aku menghela nafas sesaat lalu menatapnya.
"Kenapa Kakak baik banget sama aku?" Tanyaku pelan. Ia terdiam menatapku.
"Makasih karena Kakak udah baik sama aku. Tapi aku bisa saja menyalah artikan kebaikan dan perhatian Kakak selama ini. Jadi mulai sekarang Kakak gak usah peduliin aku lagi, tolong jangan buat aku berharap lebih" Aku tahu mungkin ini seperti pengakuan untuk itu aku tak berani menatapnya. Aku tak mendengar apapun darinya. Dengan lesu aku berjalan melewatinya.
"Ann" Panggilan lembut itu membuatku berhenti melangkah.
"One four three"
Ucapannya selanjutnya membuatku tak mengerti hingga aku berbalik menatapnya.
"Maksudnya?"
Ia tersenyum manis. "Jika kau sudah tahu apa maksudku, temui aku disini besok dan beri aku jawaban." Ucapnya tak ku mengerti lalu pergi begitu saja.
Bukankah tadi aku yang mau meninggalkannya duluan? Tapi sekarang malah dia yang pergi meninggalkanku. Haish! Menyebalkan! Tapi, apa sih maksudnya one four three? Kenapa juga aku harus memberinya jawaban? Besok? Disini? Apa sih maksudnya?
Aarrgh ini membingungkan! Siapapun tolong akuu!
Aku berusaha mencari tahu maksud dari kata dan angka itu. Bertanya kepada semua orang sampai ke Mbah google.
Hari sudah malam tapi aku belum menemukan jawabannya. Aku juga tidak mendengar pintu kamar kost nya berdecit, berarti ia tidak pulang kesini. Apa ia pulang ke rumahnya? Ah tidak mungkin. Kan jauh. Ah sudahlah aku tak peduli. Yang terpenting skarang aku harus tahu maksud dari tiga angka sialan itu. Aku kembali mencari tahu tapi nihil.
Apa sih maksudnya? Desahku frustasi. Hingga tanpa sadar aku tertidur.
"Ann! Ann!" Aku mendengar seseorang mengetuk pintu kostanku.
Siapa sih pagi-pagi begini? Rutukku dalam hati. Dengan setengah sadar aku membuka pintu.
"Astaga! Jam segini lo masih molor? Lo lupa lo harus ketemu pujaan hati lo? Kak Andi pasti nunggu lo Ann!" Seru wanita di hadapanku heboh. Lulu rupanya. Ya aku menceritakan semuanya padanya kemarin. Meminta bantuannya.
Lalu aku tersadar. Kak Andi? "Jam berapa Lu?" Tanyaku rusuh sendiri mondar-mandir tak jelas. "Gue belum nemuin jawabannya. Gimana nih?" Seruku fruatasi.
Lulu menyeringai tak jelas. Aku menatapnya heran. "Gue tahu maksud dari tiga angka itu." Ucapnya sok misterius.
Tapi ini kabar paling baik yang pernah aku dengar. "Apaan Lu? Cepetan kasih tahu gue" Desakku.
"Oke gini. Lo tenang dulu oke. Lu beruntung banget Ann"
Aku memutar bola mata kesal. "Lu.. Ayo dong jangan bikin gue penasaran gini.."
Dia tersenyum menggoda. Aku mengerutkan kening. "Dia suka sama lo Ann. Dia nembak lo."
Aku terdiam sesaat lalu menghela nafas panjang. "Becanda lo gak lucu banget Lu. Udah deh gue nyerah. Gue gak peduli." Ucapku pada akhirnya.
"Loh ko becanda sih? Gue serius Ann. Nih ya dengerin penjelasan gue. Gue udah nyari tahu semalaman di internet dan gue nemuin jawabannya. 1 4 3 itu maksudnya adalah I Love You. Angka satu untuk 'I' yang berarti satu huruf, 4 untuk 'Love' dan 3 untuk 'You'. Kak Andi suka sama lo Ann!"
Penjelasannya membuat jantungku berdetak abnormal. Memang sih masuk akal tapi.. Masa iya?
"Gue yakin seratus persen kalo Kak Andi suka sama lo. Dan kemaren dia nyatain perasaannya. Ayo Ann dia pasti nunggu lo. Dia bilang dia meminta jawaban dari lo kan?"
Aku mengangguk masih tanpa kata. Sulit sekali untuk percaya rasanya. Tapi memang benar Kak Andi meminta jawaban dariku. Benarkah dia menyukaiku?
"Ayo Ann.. Tunggu apa lagi?"
"Gue takut Lu.. Gimana kalo bukan itu maksudnya? Gue pasti malu banget Lu.."
Dia mendesah frustasi. "Lo gak percaya sama gue? Gini deh sekarang lo temuin Kak Andi. Terserah lo mau apa kalo udah nyampe disana. Lo gak boleh sia-sia in kesempatan ini Ann.. Jangan sampai lo nyesel nantinya. Kejar cinta lo Ann."
Lulu benar. Ini adalah kesempatanku. Persetan dengan arti dari tiga angka itu. Sekarang aku harus menemuinya.
"Thanks ya Lu" Kataku tulus lalu dengan kekuatan penuh aku berlari menuju taman. Semoga kamu masih disana Kak.. Tunggu Aku.
Akhirnya aku sampai. Aku mengatur nafasku yang terengah-engah lelah karena berlari tanpa henti. Aku mengedarkan pandanganku mencari sosok nya. Apa dia sudah pergi yah? Aku menunduk lesu dan berniat pergi lagi.
"Sudah tahu jawabannya?"
Sontak aku berbalik. Ku dapati pria yang selama ini mengisi hatiku. Pria yang sekian lama aku cintai. Andi Prameswara.
Jantungku kembali berdetak abnormal. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Haruskah aku menanyakannya? Kalau dia mencintaiku? Ya Tuhan rasanya tubuhku gemetar hebat. Aku meremas jari jemariku. Masih menunduk. Lidahku kelu. Haya hembusan angin yang terdengar.
"Aku pergi jika tak ada yang mau kau katakan"
Aku bisa mendengar derap langkahnya yang menjauh dari hadapanku. Tuhan.. Beri aku kekuatan.
Aku menutup mataku dan menguatkan hatiku. Dengan satu tarikan nafas aku berteriak.
"I Love You!"
Dadaku naik turun karena nafasku tidak teratur. Aku takut sekali. Bagaimana ini Ya Tuhan.. Saat membuka mata Kak Andi sudah berada di hadapanku memandangku dengan wajah datarnya. Tak ada ekspresi apapun disana.
Aku menunduk malu dan gugup seketika. Tubuhku lemas dan bergetar hebat. Rasanya aku ingin terjun ke jurang sekarang juga. Atau menceburkan diri ke laut lalu menghilang bersama buih. "Jadi, bukan ya.. M.. Maaf" Kataku lirih. Aku tak kuasa lagi berada disini. Dadaku penuh sesak. Menahan tangis mati-matian.
Aku harus pergi sekarang. Dengan cepat aku membalikan tubuhku dan berlari dari sana. Langkahku terhenti saat tanganku di cekal olehnya. Lalu tubuhku terhuyung dan menubruk dada bidangnya. Ia menarikku ke dalam pelukannya.
Seketika itu juga air mataku jatuh. Kenapa.. Kenapa dia melakukannya. Aku terus menangis menyembunyikan wajahku di dadanya. Miris sekali, aku menangis karenya tapi aku menangis di dadanya. Lucu sekali.
Aku merasakan usapan lembut di kepalaku. "Jangan menangis Ann.." Ucapnya lembut. Secara ajaib perlahan tangisanku berhenti. Ia melepaskan pelukannya lalu menatapku dengan senyum manisnya yang indah.
Ia mengusap air mataku dengan Ibu jarinya. "Maaf.. Membuatmu menangis." Ucapnya lembut seperti bisikan.
"Maaf.. Aku fikir.."
"I Love You too" Kalimat yang ku dengar selanjutnya seperti sebuah mantra.
Dia menatapku dengan mata beningnya. Aku terpaku, seperti terhipnotis oleh mantra dan pesonanya. Lagi-lagi dadaku bergemuruh hebat. Apa aku tak salah dengar. Aku menatapnya lekat mencari kebenaran di mata indahnya.
"J.. Jadi.. Arti tiga angka itu.." Rasanya sulit sekali aku berbicara.
Lagi-lagi dia tersenyum lalu menangguk. "Ya. Aku mencintaimu. Anna Andriana"
Air mataku kembali jatuh tapi kali ini tangisan bahagia. Aku menghambur pelukannya yang segera di balasnya.
"Maaf ya.." Bisiknya.
Aku menggeleng dalam pelukannya. Aku bahagia. Karena cintaku terbalaskan. Rasanya seperti mimpi saja. Heh bagaimana kalau ini mimpi?
Aku segera melepas pelukannya dan menatapnya. Ia menatapku bingung.
"Kak, ini bukan mimpi kan?" Tanyaku serius. Dan dua detik kemudian aku mendengar tawanya meledak.
"Kak! Aku serius ihh! Gimana kalau ternyata ini mimpi? Gimana kalau pas besok bangun aku masih belum mengatakan perasaanku? Aku gak mau kalau ini cuma mimpi! Kalau ini mimpi aku gak mau bangun selamanya. Aku mau.."
CUP!
Seketika aku diam. Sesuatu menempel di bibirku. Dia.. Mengecup bibirku.
"Apa ini masih terasa mimpi? Ataukah nyata?" tanya nya.
Aku tak menghiraukan pertanyaannya. Aku masih mematung persis orang bodoh. Rasa ini.. Nyata.
"Ann! Down to earth!"
Aku merasakan tubuhku di goyang-goyangkan olehnya.
"Hah? Apa?" Tanyaku bego.
Dia menghela nafas frustasi. "Ann dengar.. Ini bukan mimpi. Aku mencintaimu. Aku, kamu dan perasaan ini adalah nyata." Dia mengelus pipiku dengan sayang. Matanya lembut menatapku. Sekarang aku yakin kalau ini bukan mimpi. Ia nyata, aku nyata, dan perasaan ini nyata.
Aku tersenyum padanya. "One four three" Ucapku tersenyum lebar lalu kami terkekeh.
Kruuuukk.
Kami terdiam seketika. Aku nyengir lebar. "Lapar..." Dan Kak Andi terbahak.
Aku mencebik sebal. "Kakak sih bikin aku nangis.. Jadinya kan lapar.." Kataku. Ia pun berhenti tertawa.
"Iya.. Maaf ya sayang. Hari ini kamu boleh makan sesukamu" Ucapnya dengan senyum terus menghiasi wajah tampannya.
Mendadak aku tersipu karena panggilannya untukku. Ahh betapa indahnya hidup ini! Mencintai dan di cintai. Tak ada yang lebih indah dari dua hal itu.. Aku tahu aku beruntung di cintai olehnya. Aku beruntung memilikinya. Maka tak kan ku sia-sia kan dia dan perasaan ini. Selamanya.
***
-FIN
Holaaa aku kembali bawa short story, gaje banget? Emang. Hahaha! Semoga gak mengecewakan deh ya! Oh ya ini terinspirasi dari lagunya Henry Lau (Super Junior M) yang berjudul 1 - 4 - 3 (I Love You) hehehe. Moga suka deh!
Vomment yook!
Salam.
TinnyNajmi.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top