° Two °
"Bagaimana ya? Jika aku harus bercerita, masa kecilku sangatlah menyedihkan. Aku adalah anak kecil yang sakit-sakitan, bahkan saudara-saudaraku membenciku."
"Hanya dia seorang saja ... yang menghargaiku apa adanya."
***
Ah, aku sungguh bahagia! Setelah begadang semalaman, akhirnya pesawat buatanku jadi juga. Aku sangat bangga, buru-buru aku berlari ke taman belakang rumahku.
Langit birunya sangat cerah, waktu yang tepat untuk menerbangkan pesawat ini. Lihat saja, aku pasti bisa membuktikan kalau ciptaanku ini sangat keren.
Aku kemudian mengangkat pesawatku tinggi-tinggi, lalu menerbangkannya mengikuti arah angin. Wah, lihat, dia mulai terbang!
Namun-pesawat itu menabrak dinding dan tersangkut di sana.
Ah.
Gagal ... kah?
Senyuman bangga perlahan memudar dari wajahku. "Pe-pesawatku ...!" Perlahan-lahan sepasang netra hijauku berkaca-kaca, kemudian aku meneteskan air mata.
"Tsk, sudah kuduga mainan bodohmu itu tak berguna apa-apa! Kenapa aku memiliki adik bodoh sepertimu, sih?" Suara kakak terdengar dari dalam rumah. Aku benci sekali padanya, bukannya mendukungku, ia malah mengataiku.
Tangisanku semakin menjadi-jadi.
"Ah, jangan menangis. Pesawat ini buatanmu, 'kah?"
Lho, siapa?
Aku menengadahkan kepala, kemudian bertemu dengan sosok gadis berambut keperakan. Seorang Kaslana, kah? Aku kemudian mengelap air mataku.
Gadis itu memanjat tembok, lalu mengambil pesawat buatanku yang terangkut di sana. "Sayang sekali sayapnya patah, tapi sungguh, ini keren sekali! Kau yang membuatnya, 'kah?"
"H-hm! Aku yang membuatnya." Aku mengangguk antusias.
"Keren sekali! Baru kali ini aku bertemu dengan anak yang jenius sepertimu!" Netra biru gadis itu berbinar-binar, tampak sangat tertarik. "Kau pasti bisa jadi penemu jenius yang keren! Siapa namamu?"
"Otto ... Apocalypse."
"Namaku Kallen Kaslana. Ayo kita berteman, Otto!"
***
"Itulah kisah pertemuanku dengan Kallen. Seandainya dia masih hidup, aku pasti hanya akan melanjutkan hidupku sebagai penemu."
Gadis berambut hitam di hadapanku ini mendengarkan dengan saksama. "Apa yang terjadi padanya, kenapa dia mati?"
"Bukankah kau sudah pernah dengar?"
"Iyakah? Sepertinya aku lupa-kau tahu sendiri 'kan efek sampingku kalau menggunakan Void Archives berlebihan."
"...."
"Hei, aku penasaran, nih. Tinggal cerita saja, apa susahnya?" Sherry menggerutu sebal.
Aku menghela napas. Kalau diingat-ingat, ini adalah kali ketiga aku menceritakan kematian Kallen padanya. Tak apa-apa, lah. Toh, ini akan menjadi yang terakhir. "Intinya, Kallen mati karena melindungi seorang anak dan aku ingin menghidupkannya lagi."
"Ah, sewaktu ia ingin dihukum mati, 'kan?"
"Benar. Itu ternyata kau masih ingat."
"Aku ingat sedikit-sedikit."
Kami berdua kembali terdiam. Sepertinya sebentar lagi adalah waktu yang tepat untukku merencanakan rencana awal. Sejujurnya, aku agak tegang. Aku percaya diri pada rencanaku, tetapi-ada rasa tegang yang aneh ini. Kenapa? Aku tak tahu.
Sherry kemudian menepuk punggungku. "... Kau keren sekali, Otto."
"Aku akan kembali ke World Serpent setelah ini. Semoga rencanamu berjalan dengan lancar."
Aku tersenyum tipis. Rupanya dia cukup peka. "Terima kasih ... Sherry."
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top