04 · Wendy dan Roti

🍓

Tagliatelle yang dimasak sama Lisa ternyata dibumbui pake saus tomat dan parutan keju mozarela!

Aku yang habis keluar dari shower dengan keadaan luwe bin laper, otomatis langsung ngiler seketika. Sekarang jam dua siang, pas banget jam-jamnya orang kelaperan. Mantap.

"Ini Ci, dah aku siapin sepiring." Lisa oh Lisa, dirimu memang asisten—ehh temen—yang super pengertian!

"Suwun yo (makasih ya)," sambutku sebelum nggulung pasta dengan sepenuh jiwa.

Set-set-set, hap! Mmmmmm, enak.

"Kurang apa, Ci?" tanya Lisa. Aduh, ndak sopan. Bisa-bisanya dia nanyain orang yang lagi makan.

"Kurang banyak porsinya!" Aku ngejawab dengan mulut penuh. Lisa malah cengegesan. Oalah dasar cah edan!

Setengah jam kami habiskan bercanda tawa dan riang gembira, nyantap pasta tagliatelle yang sukses dibikin dari nol. Aku yang masih laper, nutup makan siang itu dengan mencocol sisa campuran saus tomat dan keju pake potongan roti baguette. Enak juga!

Karena jam tiga sore kita masuk shift dinner, Lisa jadi ndak sempet pulang. Dia numpang mandi di sini, numpang siap-siap juga.

Selagi Lisa make kamar mandi, aku juga siap-siap di kamarku sendiri. Pas kuintip dalem closet baju, entah kenapa pandanganku berhenti di jaket faux fur tebel yang udah sukses bikin aku keringetan sampe pliket (lengket) tadi.

Oke, fix jaket ini udah nggak bisa dipake lagi. Aku langsung cemplungin jaket bulu itu ke dalem laundy bag. Sekarang, waktune aku galau mau milih outer apa.

Sebenere, kerja di dapur itu ndak wajib dandan heboh. Sing penting rapi dan bisa gerak bebas. Apa lagi, di Celes itu kita udah disiapno seragam koki dan safety shoes sendiri. 

Nah karena itu, aku ngerasa nek pas kerja aku harus polosan pake seragam putih-putih dan apron item, rambut digelung jepit jedai dan sepatu yang itu-itu ae, maka di luar dapur adalah satu-satune kesempatanku untuk dandan cantik. 

Dan hari ini, akhire aku milih pakai coat putih panjang lelesane (bekasnya) Ariana Grande yang didapetin mamiku dari auction dua bulan lalu.

"Udah siap, Ci?" tanya Lisa yang wis lengkap dengan hoodie polos dan celana kerjanya. Weleh, ngeliat dia rasane aku jadi ngebanting. Apa anak ini tak kasih baju sing apik an (yang lebih bagus) aja ya?

"Ayo." Aku njawab sambil ngambil tas tangan berisi hape. 

Biarin wes, Lisa kelihatane seneng ambek style dia sing simpel dan nyaman itu. Toh dia juga wis laku. 

Kami pun capcus ke hotel naik mobil merah unyu-unyuku. 

🍓

Kerja jadi koki pastry di Celestial Hotel membuatku tiap hari ndak pernah absen nyentuh terigu.

Sebenernya, di dapur ini itu tuh ada tiga koki inti; Pak Seno, yang megang seafood sekaligus menjabat sebagai sous chef, aku yang megang pastry dan dessert, sama Vion yang megang pasta—tapi yang terakhir ini udah ciao dari dapur Celes. 

Denger punya denger, katanya ortu Vion meninggal karena kecelakaan pesawat. Innalilah. Berhubung Vion udah ndak ada, jadilah menu pasta ditutup gitu aja, close order.

Nah, untuk masalah per-pasta-an ini, kayake kamu udah mulai paham toh alurnya kemana, hubungannya sama Lisa yang sering ngungsi ke apartemenku buat sinau (belajar) masak pasta itu apa?

Yap. Lisa 'diwarisi' buku sakti menu-menu pasta yang disajikan di Celestian Hotel dari Vion. Dan katae Lisa, dia mau surprise-in Chef Raka dengan cara fasih masak pasta di luar kepala, sebelum dia buka omongan ke si chef itu kalo dia minat jadi penggantine Vion. So sweet and thoughtful toh?

Oke mari kita lanjut. Selain koki inti, ada juga beberapa staf yang ndak bertugas megang kompor.

Chef Raka, contohnya, yang jadi chef alias kepala dapur yang mimpin kelancaran eksekusi dapur ini setiap hari; meriksa pesenan, baca orderan, merintah ini-itu macem mandor.

Terus ada Lisa, Cook Assistant (dan calon koki pasta, sssttt) yang bantu-bantu plating dan finishing ngehias makanan, jadi kaki tangan Pak Seno sama aku kalo lagi butuh helping hand, goreng-goreng yang perlu digoreng, nyiapno bahan masakan, de-el-el, de-es-be.

Terakhir, ada si kembar Pram dan Pras, yang jadi Kitchen Porter alias babu, he-he. Kalo kata Chef Raka nih, mereka itu ibarat kayak running man yang harus rela disuruh ini-itu. Biasanya tugas yang berat-berat tuh dilibas mereka semua, mulai dari cuci piring, ganti gas, ngisi galon, sampe bantuin si Lisa prepare dan potong-potong juga.

Intine gitu lah. Semua punya job desk sendiri—ehh bukan desk yo, soale kita ndak kerja di meja macem gitu. Kita stand-by di depan kompor dan meja alumunium, yang namae itu station.

Jadi ada station pasta (yang wis tutup), ada station seafood, dan ada station dessert punyaku. Ada juga sih station plating tempat Lisa ngehias makanan juga, tuh di meja alumunium panjang di tengah ruangan. Gitu lah, pokoknya. Station tempat kita masak.

Ting!

Bunyi bel menandakan pesanan keluar dari dapur. Aku baru aja selesai nggarap choco mousse andalan. Karena ndak ada pesenan dessert lagi, aku lanjut ngecek oven yang berisi adonan kue bakal tart untuk kujadikan stok kafe.

O iya, aku lupa bilang ya, selain ada hotel dan resto, ada juga Celestial Cafe di lantai dua. Aku yang bertanggung jawab atas menu bakery dan stok roti-rotian di kafe Celes itu.

"Ci, aku baru inget!" Lisa berucap saat dia baru saja kembali dari cold room, ngebawa dua lobster gede.

"Opo o (kenapa) Lis?" tanyaku yang sibuk ngintip-ngintip isi oven.

"Nanti pas mau surprise-in si Chef, kita main resto-restoan aja gimana?" Lisa berbisik seakan-akan lagi ngomongin rahasia negara.

"Hah, piye (gimana)?" 

"Jadi nanti, kita bikin dia duduk di dining room, terus suruh mesen pasta apa aja yang ada di menu. Random aja, semua juga boleh. Sekalian buat ngetes aku dan—"

"LISA, LOBSTERNYA MANA??" jerit Pak Seno dari ujung dapur.

Aku cekikikan ngeliat si asisten diteriaki begitu rupa. Siapa suruh, waktunya kerja malah bahas strategi perang.

"Sana Lis, kita lanjut nanti aja," usirku secara halus.

Lisa tertawa tipis sambil mengangguk, lantas pergi menunaikan tugasnya menjadi pengantar lobster.

Sumpah, aku ndak paham apa yang ada dipikiran orang-orang pintar macam Lisa.

Gimana dia bisa-bisanya mikirin stategi ini-itu buat ngedapetin apa yang dia mau, nganalisis sebab-akibat sampai ngitung outcome yang kira-kira keluar dari tindakan itu, padahal fisiknya sing kecil itu juga lagi aktif gerak ke sana-sini.

Ckckck. Hebat yo, punya kapasitas otak seperti itu. Lah aku, boro-boro strategi.

Hidupku lempeng-lempeng ae. Lurus terus gas pol rem blong. Biasane pun kalo aku ada masalah, pikiran, dan beban kehidupan, semua itu cuma selewat aja mampir di hidupku, terlupakan gitu aja tanpa pernah aku pikirno bener-bener.

Dibawa santai saja kawan. Ndasku (kepalaku) gampang mumet soale.

"Meja nomor delapan belas; lobster thermidor dua, seafood platter satu, garlic butter clam satu. Wendy, dessert-nya minta cheesecake semua! Lisa, bantu garap garlic clam-nya, bisa?" Suara Chef Raka yang lantang itu nyita perhatian kami semua.

"Ya, Chef."

"Siap," jawabku santai sambil mulai jalan ke sudut dapur, ngambil cheesecake di lemari es showcase. Santai karena order-an cuma satu macem, sementara Lisa dan Pak Seno ada tiga—eh, empat—order-an yang semuanya harus dibikin from the scratch.

Semenjak menu pasta ditutup, pesanan menu seafood otomatis jadi membludak.

Semua main dish fokus ke situ, pesanan terjun deras macem banjir bandang, bikin Pak Seno keteteran, dan Lisa otomatis diakuisisi penuh jasane sama mereka.

Bahkan, kadang Pram dan Pras juga kena getahnya.

"Pras! Bantu aku ambilin kerang, bisa?" Lisa ngasi instruksi sambil manasin mentega di atas wajan. Nah kan, udah kubilang.

"PRAM! SIAPKAN BAHAN SEAFOOD PLATTER!" jerit Pak Seno tak kalah kencang. Wuaduh, mulai deh.

Dulu, ketika menu pasta masih dibuka, beban kerja mereka ndak seberat ini. Sekarang, hampir tiap malam mereka keteteran.

Bisa kulihat, keadaan ini sedikit banyak bikin Lisa jadi ngerasa terpicu, wajib nguasain semua menu pasta sebaik-baiknya dalam kurun waktu secepatnya. Dia bakal jadi pahlawan, cieh.

Hahhh, apapun deh. Aku cuma berharap semua lancar-lancar ae. Aku yo seneng kalo Lisa naik jabatan jadi koki inti, seneng juga ditemeni hampir tiap hari di apartemen.

Perkiraanku, ndak sampe sebulan lagi, si Lisa bakal ndedep (menghadap) chef sekaligu tunangane itu buat ngajuin diri.

Wes, goodluck ya, Otak Lobster!

🍓

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top