Chapter 4 - Miroku, Megumi, dan Tomohisa
Spesial buat agashii-san
.
.
.
Melihatnya berdiri di podium, membuatku sedikit merasa bangga.
Dialah Ketua OSIS Houou, Kitakado Tomohisa, orang yang sangat aku kagumi. Mungkin bukan hanya itu, aku jatuh cinta padanya.
Tapi...
Apa perasaanku kelak akan terbalas?
Apa dia akan menyadarinya?
.
.
.
"Shiraishi-san, apa kau sudah menyelesaikan pekerjaanmu?" Suara yang lembut itu bagai mengetuk pelan kalbu Megumi. Membuatnya tersadar dan segera menglihkan pandang pada pemuda berambut silver yang tengah duduk di kursi ketua miliknya.
Iris biru yang memukau itu membuat Megumi tidak tahan dan alhasil malah kembali beralih pada laptopnya. "E-Etto... sedikit lagi pasti selesai!"
"Souka."
Megumi sedikit mengintip kembali ke arah Tomohisa. Sosoknya yang kalem dan berkarisma itu perlahan menyeruput the di cangkir mewah dalam genggamannya. Netra yang sebelumnya terlihat begitu penat kini mulai rileks saat menatap kelopak-kelopak sakura yang berguguran di luar jendela.
Bak pangeran dalam negeri dongeng. Dan Megumi mendapati diri tengah terperangah akan keindahan itu.
Tomohisa menarik salah satu sudut bibirnya sebelum melirik Megumi. "Indah, kan?"
Jantung Megumi terasa hampir copot. Ah, dia benar-benar tertangkap basah menatap sang ketua OSIS seperti itu. Rasanya dia mau menghilang saja. "E-E..Etto..."
"Sakuranya, Shiraishi. Pernahkah kau terpikir sebuah sajak?" Tomohisa mengatupkan mata, menghirup aroma kamomil dari cangkirnya. "Begitu indah, namun mudah sekali menghilang hanya dengan tetes air hujan. Keindahan yang tak bertahan lama. Tidak abadi."
"S-Sakura hanya mekar sebulan dan akan gugur..." tuturan Megumi membuat Tomohisa kini melihat sosok itu sepenuhnya. "Tapi aku kagum, dia berusaha keras dalam setahun agar bisa menjadi indah. Memang tidak abadi, tapi..."
Tomohisa merekahkan senyumnya saat mendengar perkataan Megumi. "Tapi dia bisa membuat kagum satu dunia ini. Kau benar, Shiraishi-san..."
"M-Maaf aku menginterupsi!"
Terkekeh, Tomohisa hanya mampu melemparkan senyum menawan pada gadis berambut pendek itu. Andai saja dia memang benar-benar bisa menikmati secangkir tehnya dengan damai. Namun benaknya masih sibuk mencari cara. Untuk membelenggu Shishidou.
.
.
.
Megumi sedikit kecewa. Dia sengaja memperlambat kinerja agar bisa pulang bersama Tomohisa. Hanya mampu menghela napas, Megumi teringat akan kata-kata pemuda itu yang sedikit menohok hati.
"Aku harus bertemu dengan kepala sekolah, Shiraishi-san pulanglah duluan. Dan terima kasih atas kerja kerasnya hari ini."
Pupus sudah harapannya bisa jalan berduaan dengan Tomohisa. Hal tersisa yang mampu Megumi lakukan adalah cemberut. Tak adakah sehari saja keinginannya itu bisa terwujud?
Apakah Tomohisa benar-benar tidak akan membalas perasaannya? Apakah Megumi harus merelakan perasaannya tersebut? Tidak, Megumi tidak bisa semudah itu menyerah!
"Kuatkan dirimu, Mego. Kau tidak boleh menyerah! Suatu saat Kitakado-san pasti akan melihatmu. Yosh, jangan menyerah!" Megumi menepuk-nepuk pipinya, menyemangati diri. Sambil mendehamkan lagu kesukaannya ia kembali menyusuri jalanan.
Sampai lengan kanannya ditarik. "Ojou-chan manis, sedang apa malam-malam sendirian?" Wajah jelek itu membuat Megumi bergidik. Pasalnya dia sudah mengetahui jati diri orang tersebut adalah preman. "Main dengan paman, yuk." Jemarinya mengusap pelan pipi Megumi, membuatnya semakin jijik.
"Lepaskan aku!" hendak menampar si preman, tangan kiri Megumi malah ditahan. Habis sudah, kekuaatan seorang gadis seperti Megumi tak bisa dibandingkan dengan om-om setengah baya itu. "T-Tolong aku! Siapa saja!!"
"Jangan ribut! Ikut saja denganku."
Megumi meronta, mencoba melepaskan diri. "Tidak! Lepaskan aku! Tolong!" Kedua manik cokelatnya sibuk mencari sesosok eksistensi yang mungkin dapat memberikan secercah harapan. Berbalik ke belakang, mungkin saja ada orang. "Siapa pun itu!"
Angin tiba-tiba berhembus. Sungguh, baru saja Megumi ingin memutar kepalanya menuju preman tadi, ia tak menyadari seseorang telah menghantam sang pelaku. Dan seseorang itu, juga merupakan murid SMA dilihat dari pakaiannya.
Lengan Megumi ditarik oleh pemuda tinggi itu, dan segera di tempatkan di balik punggungnya. Megumi belum sempat melihat wajah lelaki tersebut, tapi punggungnya sangat lebar seolah bisa melindungi Megumi seutuhnya.
"A-Arigatou..."
"Belum saatnya berterima kasih." Ya, ucapannya itu benar. Karena preman tadi masih bisa bediri dan malah menyiapkan sebilah pisau. Apa preman zaman sekarang mainnya pakai pisau?! Benak Megumi sudah tidak karuan. Bukan hanya mengkhawatirkan dirinya saja, namun juga dengan pemuda itu.
"Mirokkun, eh... sepertinya lagi seru nih!" Datang lagi seorang berambut pirang. Dia juga murid SMA, jadi Megumi berasumsi bahwa orang itu pasti teman, rekan, atau mungkin sahabat pemuda tinggi itu—Miroku. "Kubantu, yah!"
Sampai Megumi mendapati lambang sekolah Shishidou pada saku jas seragam mereka. "S-Shishi... dou?" Ya, Megumi diminta oleh Tomohisa untuk tidak berurusan dengan murid sekolah itu. Mereka terlalu sering membuat onar di kota. Dengan kata lain, banyak rumor menyebut mereka sebagai sekolah pengacau.
Megumi mulai berasumsi bahwa Miroku dan temannya pasti meniatkan sesuatu terhadapnya. Dia harus lari. Dia tak boleh berurusan dengan Shishidou. Dengan cekatan, Megumi melepas genggaman Miroku di lengannya.
Dan dengan semampu kekuatannya, Megumi berlari dari penyelamatnya itu. Tapi batinnya masih terasa janggal. Apa memang dia harus melakukan itu?
.
.
.
To be continued...
Hey, ya! Chapter awal buat agashii-san akhirnya kelar. Duh, kok Megumi lari dari babang Miroku sih? Dan... DEMI APA MAZ TOMO GAK PEKAAAAA!
Oke, abaikan dan tetap tunggu kelanjutannya!
Psst.. Chapter selanjutnya bakal ada Yuzu, loh!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top