5. LUPUS
Lupus
| A constellation located in the deep Southern Sky. Its name is Latin for wolf |
Cassie memutuskan mendatangi rumah Lista yang berada di depan rumahnya. Saat itu sudah pukul tujuh malam. Orang tua Cassie sempat melarang Cassie keluar rumah, mengingat apa yang sudah terjadi kepada Cassie, si anak bungsu di keluarga itu tadi sore.
Cassie bersikeras ingin menemui Lista dan pada akhirnya orang tua Cassie mengijinkan anak perempuan mereka untuk pergi ke rumah Lista. Setelah sampai dirumah Lista, Cassie diberondong pertanyaan dari kedua orang tua dan Kakak perempuan Lista. Cassie menjawab jika dia sudah merasa lebih baik. Ara menyuruh Cassie untuk masuk ke kamar Lista di lantai atas.
Begitu sampai di lantai atas, Cassie langsung membuka pintu bertuliskan Lista's room. Cassie mengedarkan pandanganya mencari sosok Lista. Dia menghela napas panjang begitu melihat Lista sibuk di meja kebesaranya dengan earphone menutupi kedua telinga Lista. Cassie merasa sedikit kesal, dia sudah merasa khawatir sejak tadi karena Lista dipukul beberapa kali saat mereka diculik sore tadi. Cassie kira Lista akan terus-terusa merengek karena merasa sakit di badannya akibat dipukul tadi. Namun lihatlah sekarang, gadis itu malah sibuk berpacaran dengan PCnya, kepala Lista bergerak ke kanan dan kiri. Sesekali Lista menyenandungkan lagu yang ia dengar melalui earphonnya. Cassie melangkah mendekat lalu menepuk bahu Cassie. Lista terlonjak kaget. Begitu dia menoleh, keinginan Lista untuk memaki orang yang sudah mengganggu aktifitasnya sirna. Lista pikir Ara lah yang menepuk bahunya tadi. Namun ternyata sahabatnya.
Cassie melipat tangan didepan dada, Lista langsung nyengir mendapat tatapan tajam dari Cassie.
"Hei, Sie." Sapa Lista dengan nada kaku. Lista tahu arti tatapan itu.
Cassie menghela napas. Dia melangkahkan kakinya menuju pintu balkon kamar Lista. Dia membuka pintu tersebut, membuat angin malam berhembus masuk kedalam kamar Lista.
"Gue khawatir sama keadaan lo. Tapi lihat lo udah mulai pacaran sama PC lo,gue yakin lo udah baik-baik aja." Cassie menoleh kebelakang, menatap Lista yang berjalan menghampirinya.
"Is everything okay?"
Cassie mengangkat bahu. Dia berjalan kedekat pagar pembatas. Angin malam meniupkan helaian rambut hitam Cassie.
"Apakah semua bisa dikatakan baik-baik saja jika hidup lo dibayang-bayangi ancaman."
"Lo diancam?"
"Cewek pirang tadi nyuruh gue ngasih kotak itu."
"Jangan dikasih, Sie. Itu kan satu-satunya petunjuk lo."
"Jadi apa yang dicurhatkan dua cewek dimalam yang dingin ini?"
Cassie dan Lista menoleh kesumber suara tersebut. Cassie mendengus, sementara Lista cemberut. Altair berdiri di sebelah kiri balkon kamar Lista, balkon kamar Auriga. Kedua tangan Altair bertumpu pada pagar balkon, sementara tubuhnya menghadap Lista dan Cassie. Lista melihat dibelakang Altair, ada Auriga yang duduk dikursi sisi sebelah kanan balkon.
Cassie tak habis pikir dari semua orang di Jakarta kenapa harus Altair yang menyelamatkan dia dan Lista saat diculik tadi. Apalagi Altair juga tetangga Cassie. Kenapa dunia begitu sempit. Cassie menggeleng.
"Bukan urusan lo." Jawab Lista dengan nada ketus.
Sebenarnya dia ingin berterimakasih pada Altair karena sudah menyelamatkannya dan Cassie tapi setelah pulang dari kantor polisi untuk memberi keterangan, Altair tak henti-hentinya mengganggu Cassie dan Lista dengan serentetan pertanyan. Cassie dan Lista sudah lelah dengan pertanyaan dari polisi, kenapa mereka harus menanggapi pertanyaan Altair yang tidak ada hubungan apa-apa selain saksi dan penyelamat.
"Ketus amat sih. Gue kan cuma tanya, siapa tahu gue bisa ikut gabung." Goda Altair.
"Idihhh..."
Altair tertawa. Auriga menutup majalah yang dia baca. Lalu berdiri, sementara Altair masih adu mulut dengan Lista. Sebelum masuk ke dalam kamarnya, ekor mata Auriga melihat sebuah mobil van berwarna hitam. Mata Auriga membelalak. Dia segera berlari menerjang Altair, Altair mengumpat.
"Tiarap. Awas!" Teriak Auriga sambil melompat ke balkon Lista. Mata Lista membelalak, melihat tubuh Auriga terbang kearahnya apalagi mendengar teriakan Auriga.
Cassie juga ikut kaget tapi refleks dia mengikuti perintah Auriga untuk tiarap kelantai. Selanjutnya Cassie bisa mendengar desingan peluru yang melesat mengenai kaca jendela kamar Lista. Jantung Cassie berdetak dengan ritme lebih cepat dari biasanya. Matanya terpaku. Sekali lagi dia mendengar bunyi peluru, Cassie menutup telinga dengan kedua tangannya. Matanya terpejam. Dia mendengar suara umpatan Altair.
Altair melihat ke bawah untuk menemukan siapa yang telah menembakan peluru sampai dua kali. Dia melihat sebuah mobil van berwarna hitam terparkir di sebrang rumahnya. Kaca mobil bagian belakang dibuka sedikit, Altair melihat moncong pistol laras panjang dimasukkan kedalam lalu berlahan kaca mobil tersebut dinaikan. Altair melompat dari balkon kamar Auriga untuk menghampiri mobil van tersebut tapi mobil itu sudah melaju meninggalkan tempat itu sebelum Altair mencapainya. Altair kembali mengumpat.
Sementara itu Lista dan Cassie sama-sama shock. Napas keduanya sama-sama tak beratur karena kejadian tadi. Lista terpaku melihat atap balkon kamarnya. Gara-gara ditabrak Auriga yang melompat ke arahnya tadi, Lista jadi jatuh terlentang.
"Are you okay?"
Lista menoleh kesampingnya, ia melihat Auriga bangkit dari posisi tengkurap. Lista mengerjab mata begitu merasa tangan Auriga berpindah dari bahunya dan belakang kepalanya. Pantas saja Lista tidak merasakan sakit dikepala meskipun sudah jatuh terlentang di lantai kramik. Sekarang jantung Lista malah berdetak tak beraturan. Ia merasa seluruh darahnya berkumpul diwajah. Hal tersebut diakibatkan karena ia menyadari, jika wajahnya dan Auriga begitu dekat tadi.
Karena tidak mendapatkan respon dari Lista, Auriga beralih pada Cassie yang sudah terjatuh di lantai dengan napas memburu.
"Cassie, are you okay?" Lista segera bangkit dari posisi tidurnya, ia menatap Cassie yang badannya sudah bergetar. Dia segera berdiri mendekat pada Cassie. Lista memeluk Cassie berusaha menenangkan sahabatnya itu.
"Sie, calm down. Okay?"
"I can't Lis, you saw they came, right. Gue gak bisa tenang begitu aja." Jawab Cassie mulai terisak.
"Jadi apa yang sebenarnya mereka incar dari lo?" Cassie dan Lista mendongak, mereka mendapati Altair sudah berdiri di balkon kamar Lista, "tadi sore lo udah diculik dan sekarang lo hampir kena tembak. Gue yakin tadi sore itu bukan penculikan biasa."
Apalagi ada Michel. Pikir Altair dalam hati.
Auriga muncul dari dalam kamar Lista. Lista sempat ingin protes karena Auriga sudah masuk kamarnya tanpa seijin pemiliknya. Tapi begitu ia melihat Auriga membawa tisu yang sudah ada dua pluru diatasnya. Kalimat makian untuk Auriga tertelan kembali di mulutnya. Auriga menujukkan dua butir pluru. Jenis pluru senapan laras panjang.
"Lis, lo kenapa? Gue tadi denger triakan dikamar lo."
Lista menoleh kedalam kamarnya. Ia melihat Ara sudah masuk kamarnya dengan pandangan heran. Lista segera berdiri menghampiri kakak perempuannya itu sebelum Ara ikut berkumpul di balkon kamar Lista. Untung saja Altair dan Auriga berada di sisi kiri yang tertutup tembok jadi Lista yakin Ara tidak akan tahu jika di balkon kamarnya ada dua cowok tetangga barunya.
"Gak papa , Ra," Lista nyengir kaku, "gue tadi ngejutin Cassie. Dia jadi triak deh tadi hehe." Ara menyipitkan mata lalu melihat melewati bahu Lista. Ia melihat Cassie berjalan masuk kedalam dengan wajah pucat, tapi dia berusaha tersenyum pada Ara.
"Gue gak papa kok kak. Kayak gak tahu tingkah adek lo aja. Gue tadi kaget banget sampe nggak nyadar kalau udah triak." Cassie tertawa tapi tak bisa menghilangkan wajah pucatnya. Ara menatap ke pintu balkon Lista. Lista buru-buru menutup pintu balkon kamarnya.
"Dingin. Hehe." Ara menghela napas.
"Sie, kamu pulang aja. Lo pucet banget, istirahat besok kalian sekolah. Apalagi kalian baru aja mengalami hal tak menyenangkan," Ara berjalan menuju pintu kamar Lista, sebelum keluar dia kembali menoleh, "gue anterin yuk, lo pucet banget soalnya. Gue takut lo pingsan."
Cassie mengangguk. Setelah Ara pergi Cassie menatap Lista.
"Mereka gak mungkin bunuh gue kan? Gue yang tau dimana kotak itu, mereka gak mungkin bunuh gue kan, Lis?"
Lista menatap sahabatnya itu dengan pandangan iba. Lalu ia mendekat memeluk Cassie berusaha menenangkan sahabatnya itu. Cassie dan Lista tahu setelah ini, hidup mereka tidak akan lagi sama.
>>>>>>>>To be Continue<<<<<<<<<<<
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top