4. CANIS MINOR

Canis Minor

| A small constellation in the northern celestial hemisphere. Its name means the smaller dog in Latin |

"Lo harus nunggu gue kelar latihan. Lo juga ada latihan buat persiapan lomba kan?" Cassie mengangguk.

"Oke sipp, pokoknya kita pulang bareng ntar. Gue latihan karate dulu."

Cassie menatap punggung Lista yang menjauh. Dia menghela napas panjang. Kemarin Cassie sudah menceritakan kekhawatirannya tentang beberapa hari ini dia merasa diikuti oleh seseorang. Lista langsung menyuruh Cassie untuk tidak pergi kemanapun sendirian. Dia harus bersama seseorang jika pergi. Bahkan tadi pagi Lista bangun pagi hanya untuk bisa berangkat bersama Cassie ke sekolah dan nebeng Cassie lagi. Baru saja Lista mendatangi kelas Cassie untuk memberitahu jika mereka akan pulang bersama.

Cassie melanjutkan langkahnya yang tertunda, ia melangkahkan kakinya menuju lab IPA yang letaknya di gedung belakang sekolah. Cassie mengikuti sebuah klub ilmiah di sekolahnya. Banyak hal yang bisa Cassie lakukan di klub tersebut, sebagai contoh mempelajari ilmu pengetauhan alam yang tidak diajarkan di kelas atau terkadang lebih mendalami ilmu yang sudah dipelajari di kelas. Klub tersebut beranggotakan 20 orang dari mulai kelas sepuluh sampai kelas duabelas. Setiap anggota diajarkan untuk membuat penelitian atau inovasi tentang berbagai hal. Rata-rata anak yang menjadi perwakilan sekolah untuk mengikuti lomba adalah anak klub ilmiah. Cassie sendiri pernah menjadi runner up pertama di sebuah lomba penelitian tentang biji kedelai.

"Kak Cassie." Cassie menoleh ke belakang, netranya mendapati seorang perempuan dengan rambut sebahu, kacamata bulat dengan frame berwarna putih bening membingkai mata perempuan itu. gadis berkacamata itu berjalan menghampiri Cassie.

"Alyss, baru selesai kelas?" Tanya Cassie pada adik kelasnya tersebut. Alyss satu tingkat di bawah Cassie, dia juga satu klub ilmiah dengan Cassie.

"Iya kak. Tadi aku papasan sama Bu Hanum. Beliau bilang behalangan hadir. Lalu meminta aku buat ngasih map ini ke kakak." Alyss menyerahkan map berwarna biru. Cassie menerima map tersebut, ia membaca isi dari map tersebut. Cassie menghela napas. Ia mengajak Alyss untuk masuk ke ruang ilmiah.

Bu Hanum yang menjabat sebagai guru pembimbing klub ilmiah tidak bisa mengisi kegiatan klub hari ini. Sebagai gantinya ia berpesan kepada Cassie untuk memimpin jalannya penelitian untuk kelompoknya yang akan mengikiti lomba di semester depan.

Sementara itu Lista sedang melakukan pemanasan dengan mengelilingi lapangan basket indoor bersama anggota karate lainnya. Netra Lista menangkap sosok yang amat dia benci. Ilham Arifin Putra, kapten basket SMA Astrella, seseorang yang dianggap Lista sebagai musuh bebuyutan. Ilham bersama tiga orang temannya sedang bermain basket. Mereka tertawa dan saling mengejek, Ilham merangkul salah satu temannya setelah berhasil melakukan three point. Lista berdecak

"Dasar homo." Guma Lista.

☆☆☆☆

Cassie dan Lista pulang dari sekolah pukul setengah lima sore. Sekarang mereka sedang dalam perjalanan menuju komplek rumah mereka setelah sebelumnya mampir dulu ke mini market untuk membeli ice cream. Cassie mendorong pelan sepeda berwarna putihnya, sementara Lista berjalan di sisi kanan Cassie sambil sesekali mencomot ice cream cone ditangannya. Cassie dengan setia mendengarkan curhatan Lista tentang Ilham yang selalu muncul dan mengganggu ekskul Lista.

"Mungkin teori Andin bener, Lis. Ilham tu sebenarnya suka sama lo, dia ganggu lo buat cari perhatian lo."

"Uhukkk! Uhuk!" Lista terbatuk. Cassie terkekeh.

"Please deh, Sie. Jangan mulai." Cassie hendak mengeluarkan pendapatnya tapi suaranya tersangkut di kerongkongan, ketika ia melihat sebuah mobil jeep berwarna hitam berhenti tepat di depan mereka. Cassie dan Lista menghentikan langkah mereka, lalu detik berikutnya, dua orang berpakaian hitam keluar dari mobil tersebut. Mata Cassie melebar.

Dua pria itu mendekat ke arah Cassie dan Lista. Pria pertama mendekati Cassie dan langsung membekap mulut Cassie dengan sapu tangan.
Cassie segera memberontak, pegangan pada sepedanya terlepas. Detik berikutnya kesadaran Cassie menghilang.

"Cassie!" Triak Lista.

Lista sudah menghajar pria yang berusaha menangkapnya, Lista memberontak ingin mengejar dan menghajar pria yang mengendong Cassie menuju mobil jeep. Lista tak bisa melawan ketika mulutnya disekap dengan sapu tangan yang sudah diberi obat. Membuat Lista merasa pusing hingga kesadarannya menghilang.

Tidak beberapa jauh dari Cassie dan Lista, ada Altair yang sedang melakukan jogging sore. Laki-laki itu mengenakan hoddie berwarna abu-abu, celana tiga perempat, dan sepatu nike berwarna hitam. Keringat sudah membasahi seluruh tubuh Altair. Saat berbelok Altair mendapati dua sosok yang ia kenal sedang diseret masuk ke dalam mobil jeep berwarna hitam. Mata Altair melebar, dia segera mempercepat larinya untuk mendekati mobil tersebut. Namun terlambat, sebelum Altair mencapai mobil itu, mobil itu sudah melaju pergi. Altair segera mengambil sepeda Cassie yang tergeletak di pinggir jalan lalu menaiki sepeda tersebut. Altair mengayuh sepeda milik Cassie dengan kecepatan penuh untuk mengejar mobil jeep tersebut. Altair tahu jika dengan sepeda saja tidak akan bisa mengejar mobil jeep yang membawa pergi dua tetangga baru Altair, maka dia menghentikan sepedanya tepat di samping laki-laki berjaket hijau. Setelah keluar dari wilayah komplek ke jalan yang lebih ramai.

Ia memerintahkan sang pemilik ojek untuk segera melajukan motornya mengikuti mobil jeep hitam tadi. Altair sempat cek cok dengan petugas ojek tersebut karena Altair seharusnya memesan lewat online dulu.

"Mas, temen saya diculik. Saya gak ada waktu buat pesen lewat online! udah cepet jalan keburu ilang mobilnya!" petugas ojek tersebut sempat kaget atas pernyataan Altair lalu dia segera melajukan motornya sesuai intruksi Altair.

☆☆☆☆

"Sie... Sst...Cassie."

Cassie mengerjabkan matanya saat merasa seseorang memanggil namanya. Mata Cassie menyipit, dia mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya. Tempat itu adalah ruang berukuran 3x3 meter dengan satu single bed di pojok ruang.
Cassie hendak mengerakkan tangan kanannya. Namun gerakannya terhenti saat dia merasa sebuah tali telah mengikat kedua tangan dan kakinya. Cassie berusaha mengerakkan tangannya untuk melepas kekangan tali tersebut tapi usahanya sia-sia. Bukannya terlepas, justru ia merasa pergelangan tangannya terasa perih

"Cassie." Cassie menoleh kesamping kirinya. Matanya melebar.

"Lista kenapa lo disini?"
Lista terduduk di pojok sebelah kiri Cassie dengan kondisi yang sama seperti Cassie, kedua tangan dan kaki Lista terikat.

"Kita diculik , Sie. Lo gak ingat?" mata Cassie kembali membulat,"ternyata lo bener selama ini lo di ikuti. Yang ngikuti lo itu ternyata penculik. Mereka nunggu waktu yang tepat buat culik lo."

Pikiran Cassie memutar kembali memorinya tentang kejadia beberapa saat yang lalu, saat sedang dalam perjalanan pulang bersama Lista. Cassie berharap di tempat itu ada seseorang yang melihat mereka diculik dan melaporkan ke pihak polisi. Tapi Cassie merasa ragu, karena seingatnya jalan menuju komplek rumahnya tadi sangat sepi. Cassie menghela napas panjang.

"Sorry, sie. Harusnya gue bisa nglindungi lo. Gue tadi terlalu kaget dan orang itu ngasih gue obat penenang atau apa itu bikin kita pingsan. Gue jadi gak bisa nglawan."

Cassie menatap Lista yang menundukkan kepalanya. Cassie melihat tangan Lista terkepal. Sejujurnya Cassie sama sekali tidak berniat menyuruh Lista untuk melindunginya, Cassie tahu Lista jago karate, sahabatnya itu sudah mendapat sabuk coklat. Tapi bukan itu, Cassie hanya merasa khawatir dengan firasatnya selama ini. Dia pikir dengan mengajak orang untuk bersama Cassie, orang yang Cassie curigai selalu mengikutinya bisa berhenti mengikuti Cassie. Namun Cassie salah, si penculik justru membawa Lista yang tak tahu apa-apa.

Tapi bukan hanya Lista yang tidak tahu apa-apa di sini. Cassie juga tidak tahu kenapa Cassie diculik, Cassie bukanlah anak orang kaya. Keluarganya memang cukup bekecukupan tapi bukan keluarga miliyuner.

"Siapa yang nyulik kita,Ta?"

"I dont know. Gue pingsan setelah mukul salah satu penculik. Papa lo punya musuh?" Cassie menggeleng.

"Gue gak tahu. Apa kita bakal baik-baik saja?" Cassie mengigit bibir bawahnya.

Lista menghela napas panjang. Dia bersandar pada tembok di belakangnya. Seketika punggungnya terasa perih karena dinding dibelakangnya hanya dilapisi semen dan belum di cat.

Tiba-tiba pintu di ruang itu menjeplak terbuka. Cassie dan Lista menoleh ke arah pintu. Mereka melihat seorang perempuan berambut pirang dikucir kuda, ia memakai baju serba hitam, dan sepatu boot berhak yang melapisi kaki jenjangnya sampai ke lutut. Perempuan itu mendekat, Cassie bisa melihat jika perempuan itu bukan orang Indonesia, wajahnya menunjukkan guratan khas kaukasia. Kemudian Cassie melihat dua orang laki-laki yang sepertinya bertugas menculik Cassie dan Lista tadi. Perempuan berambut pirang bernama Michel, menyeret sebuah kursi besi ke hadapan Cassie. Lalu dia duduk di kursi itu dengan angkuh menghadap Cassie.

"Siapa kalian? Jangan macam-macam ya..." Michel melirik Lista dengam senyum sinis lalu beralih menatap Cassie.

"So, she is Cassie Dewantari." Michel memberi intruksi kepada salah satu laki-laki dibelakangnya. Laki-laki itu mengangguk lalu dia berjalan mendekati Lista. Lista panik.

"What do you want?"

Cassie menatap tajam Michel, Michel tersenyum sinis.
Dia mengambil sebuah kertas di kantung jaketnya. Dia membuka lipatan kertas tersebut lalu menunjukkan di depan wajah Cassie. Mata Cassie melebar lalu dia mengubah ekspresinya dengan cepat. Lista menahan napas untuk sesaat.

"I'll release you and your friend. But you have to give this box to me."

"I don't know what are you talking about. I don't have that box."

Michel menjabak rambut panjang Cassie. Membuat si empunya mendongak dan merintih sakit. Lista memberontak dan mengomel. Michel mengisyaratkan untuk menutup mulut Lista. Mulut Lista ditempel sebuah lakban oleh Sandi, salah satu bawahan Michel. Lista kembali memberontak, Sandi memukul kepala Lista. Cassie menjerit, air mata mengenang di pelupuk matanya. Cassie tak bisa melihat keadaan Lista tapi dia tahu Lista sedang tidak baik-baik saja. Michel semakin mengeratkan jambakan rambutnya. Membuat Cassie memekik kesakitan.

"Katakan dimana kotak itu atau kamu dan temanmu tidak akan selamat." Cassie mengeleng.

"Aku tidak punya kotak itu." Michel menarik rambut Cassie membuat kepala Cassie menghadap Lista. Air mata Cassie keluar saat melihat Sandi memukul perut Lista yang sekarang sudah tergelatak di lantai.

"Katakan atau aku akan semakin menyiksa temanmu."

Cassie memejamkan matanya. Dia tidak kuat melihat Lista dipukuli seperti itu. Cassie membuka matanya, dia hendak membuka mulutnya tapi dia mendengar Lista mengeram. Cassie menatap wajah Lista yang sebagian tertutup helaian rambut pendek Lista. Mata Lista mengisyaratkan Cassie untuk tidak mengatakn apa-apa.

Seorang laki-laki muncul dari pintu. Dia membisikan sesuatu ke telinga Michel, Michel mengisyartakan laki-laki itu untuk membawa seseorang yang dimaksud. Laki-laki itu mengangguk. Beberpa saat kemudian seorang laki-laki memakai hoodie abu-abu tersungkur di lantai dengan tangan terikat. Michel melepas cengkraman tangannya pada rambut Cassie. Laki-laki itu mendongak. Mata Michel melebar, sementara itu Cassie dan Lista tak bisa menyembunyikan keterkejutan mereka. Laki-laki itu adalah Altair.

"Well, glad to see you again Michel. Let's see, what will Auriga do if he knows you here?" Altair tersenyum sinis kepada Michel, "you have to know he is in Indonesia too and he'll come here immedietly." Michel tertawa.

Beberapa menit yang lalu ketika Altair yakin jika Cassie dan Lista berada di gudang yang tidak terpakai. Altair mengirim pesan kepada Auriga untuk datang ke tempat Altair lewat jam tangannya yang sudah dimodifikasi, sehingga memiliki kemampuan mengirim sinyal SOS kepada orang yang memiliki program tersebut.

"So, tell him that I really miss him."

Tiba-tiba seorang laki-laki muncul dengan tergesa-gesa. Dia berbisik kepada Michel. Michel berdiri dari duduknya, dia menendang kursi besi yang dia duduki membuat semua orang di ruang itu terkesiap kecuali Altair. Dia masih duduk bersimpu dengan tenang menghadap Michel.

"Kau yang mengundang mereka kemari kan?!" Altair menyeringai, "damn!" Michel memukul wajah Altair, Altair tidak melawan.

"Bisakah kau tidak ikut campur urusanku! Dasar―."

"We don't have time." Ucap Sandi
Michel mengepalkan tangan.

"Take this girl with us."

Sandi dan Topan untuk mendekat pada Cassie. Tapi sebelum Sandi mendekati Cassie. Altair menendang kaki Sandi membuat si empunya jatuh tertunduk. Topan hendak memukul Altair, Altair menghindar. Altair tersenyum culas, dia menunjukkan kedua tangannya yang sudah terbebas dari ikatan tali.

Terjadi perkelahian antar Sandi, Topan dan Altair. Michel menghela napas. Ia memijit pelipisnya. Lalu dia mendekat kepada Cassie. Dia berbisik ke telinga Cassie.

"Aku tidak akan melepasmu termasuk keluargamu dan teman-temanmu sebelum kamu menyerahkan kotak itu padaku."

Altair hendak memukul Michel tapi Michel berhasil menghindar. Michel mendengar pintu depan terbuka. Dia sempat berkelahi dengan Altair lalu Sandi bangkit menyerang Altair. Topan sudah tergeletak di lantai. Michel berpikir sepertinya dia salah merekrut orang, semudah itu mereka tumbang melawan anak berusia tujuh belas tahun. Michel menendang jendela di ruang itu lalu membukannya, Altair segera mengejar tapi ditahan Sandi. Michel melompat keluar ruang tersebut melewati jendela yang ia hancurkan tralis dan kacanya. Altair memegang tangan Sandi lalu memelintirnya ke belakang membuat dia tersungkur ketanah. Polisi memasuki ruang tersebut diikuti Auriga. Altair melepaskan Sandi menyerahkannya pada polisi.

"Are you okay?" tanya Auriga.

Auriga melihat sudut bibir Altair berdarah. Altair tidak menjawab, dia memandang Cassie yang berlari mendekati Lista yang sudah dilepaskan dari ikatan. Ada luka lebam di ujung pipi sebelah kiri Lista. Auriga mengikuti arah pandang Altair. Kondisi kedua gadis tersebut sangat bertolak belakang. Cassie menangis dihadapan Lista. Lista tersenyum sambil menepuk pundak Cassie.

>>>>>>>>>To be continue<<<<<<<<<<

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top