2. AQUILLA
| A constellation on the celestial equator. Its name is Latin for 'eagle'|
Pagi hari Cassie sudah mendatangi rumah Lista. Cassie sedang berdiri di teras rumah Lista, sementara Lista sedang berusaha mengenakan sepatunya sambil mulutnya sibuk mengigit roti. Cassie menghela napas, dia tadi sengaja datang lebih awal ke rumah Lista agar Cassie bisa berangkat seperti biasanya. Tapi memang dasar Lista, walaupun sudah bangun lebih pagi tetap saja dia kurang tepat waktu.
Cassie berjalan menuju sepedanya yang terparkir di depan rumah Lista. Lista mengekor di belakang. Setiap hari Cassie memilih naik sepeda ke sekolah, karena jarak komplek rumah Cassie dan Lista tidak terlalu jauh dengan SMA swasta Astrella. Sementara itu Lista selalu berangkat sekolah mengendari motor matic, ia memilih mengendarai motor meskipun sekolahnya tidak jauh dari rumahnya karena dengan motor ia lebih cepat sampai ke sekolah di jam-jam mepet tapi tetap saja Lista lebih sering telat. Jadi menurut Cassie percuma saja Lista mengendarai motor untuk sampai di sekolah jika dia masih sulit dibangunkan di pagi hari.
"Motor lo masih dibengkel?" Tanya Cassie ditengah kayuhan sepedanya.
Cassie berada di depan mengayuh sepeda sementara Lista duduk di jok belakang. Mereka sudah keluar komplek rumah sekarang, sepeda Cassie melaju menyusuri jalan yang sudah terlihat ramai di jam sepagi ini.
"Iya, belum gue ambil. Kemarin sore gue ketiduran." Jawab Lista lalu menguap.
Lista menempelkan jidatnya pada punggung Cassie. Cassie tahu Lista masih mengantuk, dia membiarkan saja sahabatnya itu bersandar di punggungnya. Meskipun merasa kesal karena Cassie sudah harus mengayuh sepeda dan Lista menambah beban dengan menyandarkan kepalanya ke punggung Cassie.
'Sabar, Sie. Cuma sehari ini doang.'
Tiba-tiba Cassie merasa sepedanya terasa lebih berat, lalu sepeda bergerak tak terkendali. Lista yang juga menyadari keanehan sepeda Cassie mendongak. Cassie menghentikan sepedanya di pinggir jalan.
"Kenapa sepeda lo, sie?" Lista turun dari boncengan. Mata Lista membola.
"Nggak tahu nih." Cassie ikut turun dari sepedanya.
"Eh... ban lo kempes."
"Aduh... gimana nih." Cassie melihat jam tangannya. Jam menunjukkan pukul 06.15.
"Duh... tukang tambal ban masih jauh, Sie. Itu juga gak tahu udah buka apa belum. Apa kita balik aja ke rumah, kita bareng Bokap lo."
"Bokap gue lagi dinas ke Semarang, sore ini baru pulang, Lis."
"Terus gimana?Bokap gue sama Ara udah berangkat. "
"Kita jalan sambil cari tukang tambal ban."
Lista melongo. Baginya tak masalah jika dia harus jalan kaki, Lista bukan perempuan manja yang tidak kuat untuk berjalan jauh. Lista ikut dua ekskul di sekolah, karate dan basket. Kedua ekskul itu termasuk ekskul yang banyak menguras kemampuan fisik, jadi Lista tak masalah untuk berjalan jauh, tapi masalahnya Lista masih merasa mengantuk sekarang, dan dia hanya sarapan selembar roti tadi. Ia merasa engan untuk berjalan.
Lista menghela napas, lalu mulai melangkahkan kakinya mengikuti Cassie yang sudah berjalan sambil mendorong sepedanya di depan. Lista mengerutu, belum cukupkah kesialanya kemarin. Seperti tidak ada habisnya saja kesialan Lista.
Belum lama Cassie dan Lista berjalan, sebuah mobil sedan hitam melaju pelan di samping mereka. Kaca penumpang bagian depan terbuka, menampilkan wajah Altair di balik kaca tersebut. Sebelah alis Cassie terangkat menatap laki-laki itu.
"Lista, kenapa dengan sepeda kalian?" kata laki-laki itu.
"Bannya kempes." Sahut Lista, Altair memperhatika depeda Cassie, kemudian ia bicara pada Auriga.
Mobil sedan tersebut melaju kedepan. Sesaat mata Lista melotot karena dia pikir Altair meninggalkannya begitu saja tanpa mau membantu dua remaja yang sedang tertimpa musibah. Tapi Lista salah, karena mobil sedan itu berhenti beberapa meter di depan Cassie dan Lista. Cassie dan Lista saling berpandangan. Altair keluar dari mobil menghampiri dua gadis itu.
"Kalian naik aja mobil gue, gue anter ke sekolah kalian." Kata Altair setelah sampai di dekat Cassie dan Lista.
"Terus sepeda Cassie gimana?" Tanya Lista. Altair menatap Cassie. Yang ditatap hanya menampilkan wajah heran dengan kernyitan di dahinya. Altair tersenyum.
"Dimobil gue ada bike carrier. Lo bisa taruh sepeda lo disana."
"Tunggu, lo siapa nawarin kita tebengan?" Tanya Cassie. Altair hendak angkat bicara namun disela oleh Lista.
"Dia Altair, Sie. Tetangga baru kita yang nempatin rumah Darian sekarang."
"Udah ah, Sie. Gue lagi males jalan nih, dua hari yang lalu kan habis latihan karate gila-gilaan. Badan gue masih pegel nih. Di deket sekolah kan ada tukang tambal ban tuh." Rengek Lista kepada Cassie sambil memegang lengan Cassie. Cassie memutar bola matanya, ia mengerutu dalam hati,
'Siapa coba yang sok sok an kuat, pake ikut dua ekskul. Huh.'
"Yaudah." Lista bersorak gembira, dia berlari menuju mobil Altair.
"Eh... Lis, sepeda gue gimana?" triak Cassie.
"Suruh angkatin Altair aja, dia kan cowok." Altair tertawa sementara Cassie menggelengkan kepalanya. Sungguh norak tingkah sahabatnya itu.
"Gue bantu angkatin ya."
Kata-kata tersebut membuyarkan pikiran Cassie, dia berdehem lalu mengangguk. Altair mengambil alih sepeda Cassie dan mendorongnya menghampiri mobil sedan milik Altair. Cassie bertanya-tanya dalam hati, berapakah usia Altair? Sepertinya tidak jauh dari dirinya. Altair selesai memasang sepeda putih Cassie di bike carrier yang letaknya ada dibagian belakang mobil tersebut.
"Kenalin, nama gue Altair. Kita tadi belum kenalan." Altair mengulurkan tangan kanannya. Cassie menjabat tangan Altair.
"Cassie."
"Cassie? Cassieopeia?" Cassie tersenyum kecil.
"No, just Cassie." Altair mengangguk.
Lalu mereka masuk ke dalam mobil. Sudah tidak ada Lista di luar jadi Cassie asumsikan Lista sudah masuk ke dalam mobil. Cassie menghela napas, si pemilik mobil saja masih ada di luar dan dengan seenaknya Lista masuk ke mobil dulu, sepertinya urat malu Lista sudah putus. Setelah masuk ke mobil, Cassie merasa ada aura dingin di dalam mobil. Lista menyambut kedatangan Cassie dengan senyuman masam.
"Let's go, Rig. We go to these ladys school first."
Ternyata Altair tidak sendiri seseorang di kursi pengemudi mulai menjalankan mobil sedan yang mereka tumpangi. Cassie tidak bisa melihat wajah seseorang yang duduk di balik kursi kemudi karena Cassie duduk di belakangnya. Cassie melirik rear view mirror berharap bisa sedikit melihat seperi apa sosok di balik kursi pengemudi. Namun Cassie hanya bisa melihat rambut brunette si pengemudi. Altair menanyakan alamat sekolah, Lista menjawab, dan memberi arahan menuju sekolah mereka.
Lima belas menit kemudian mereka sampai di sekolah SMA Asterella setelah sebelunya menitipkan sepeda Cassie kepada tukang tambal ban di dekat sekolah. Cassie dan Lista keluar dari mobil sedan milik Altair, gerbang sekolah sudah dipenuhi oleh para siswa dan siswi SMA Astrella. Lista dan Cassie menghampiri kursi penumpang depan, di mana Altair sudah menurunkan kaca.
"Thank you udah nganter kita ya, Al. Hati-hati baliknya." Ucap Lista. Altair tersenyum.
"Your welcome."
Altair menatap Cassie yang berdiri di samping Lista. Cassie melemparkan senyum kecil pada Altair, mengucapkan terimakasih lewat tatapannya. Altair melambai lalu berlahan kaca penumpang tertutup. Mobil sedan tersebut melaju meninggalkan SMA Astrella. Cassie dan Lista berjalan masuk ke dalam sekolah.
"Sumpah ya, si Auriga itu kaku banget kayak kanebo." Gerutu Lista.
"Auriga?"
"Itu loh, kakaknya Altair yang nyopirin kita tadi. Gue nyesel duluan masuk ke dalam mobil tadi. Lo gak tahu sih betapa gak enaknya suasana dalam mobil pas cuman gue sama dia." Cassie terkekeh.
"Lagian siapa suruh masuk duluan, kan belum dipersilahkan elonya udah nylonong aja. Urat malu lo udah putus ya, Lis? Bikin malu aja."
Cassie menggelengkan kepalanya. Sementara itu Lista mengerucut bibir sebal. Dia tadi sudah sangat mengantuk dan berniat tidur dulu di mobil Altair. Entah dia harus bersyukur atau merana karena rasa kantuknya tiba-tiba hilang saat ditatap oleh Auriga dengan muka datar setelah Lista naik ke mobil. Lista jadi batal tidur karena merasa tidak enak.
"Eh... besok mau kiamat ya... tumben si queen of late datang pagi." Lista memutar bola matanya mendengar ejekan tersebut.
"Shut up your mouth little prince." Ucap Lista lalu nylonong pergi.
"Eh... kurang ajar malah pergi. Temen lo itu ngeselin banget sih."
Cassie menggelengkan kepalanya melihat tingkah dua orang musuh bebuyutan itu. Cassie tidak mengindahkan kata-kata Ilham, ia langsung berjalan meninggalkan Ilham. Sebenarnya Cassie dan Ilham berada di kelas yang sama hanya saja Cassie tidak terlalu akrab dengan Ilham.
Sementara itu di salah satu jalan tol mengarah ke Jakarta Timur, sebuah sedan hitam mengantri bersama ratusan mobil lain. Suara dari penyiar radio memenuhi mobil tersebut,
"Seriously, this is still morning and traffic jams are everywhere. Huh." Gerutu Altair.
"This is the reason why Steve wanted us to go early. But you made us to go to the stranger's school first. It wasting time."
"They aren't strangers. If you don't remember, they are our neighbors," Auriga mendengus. Mobil sedan itu bergerak berlahan, lalu berhenti. Auriga memijat plipisnya.
"Lagipula pagi di Jakarta untuk menghindari macet itu kapan? Jam tiga? Seriously." Auriga mengedikan bahu.
☆☆☆☆
Lista segera melesat ke kantin begitu mendengar bel berbunyi, dia tidak memperdulikan triakan Stefani yang menyuruhnya untuk membawa buku tugas ke ruang guru karena hari ini adalah jadwal piket Lista. Lista merasa hari ini adalah hari tersialnya (lagi), dia memang tidak mendapat hukuman karena telat seperti biasanya, tapi ia harus ikut remidi dua mata kuliah sekaligus.
Seminggu yang lalu murid SMA Astrella sedang menjalankan ujian akhir untuk menentukan kenaikan kelas. Biasanya setelah masa ujian berakhir akan diadakan remidi kurang lebih empat hari sebelum pembagian raport. Sudah dua hari masa remidi berlangsung, Lista pikir dia tidak akan ikut remidi di mata pelajaran apapun.
Sialnya hari ini Lista remidi dua mata pelajaran sekaligus, yaitu sejarah dan matematika.
Lista sama sekali tidak belajar sejarah kemarin malam, ia tidur lebih cepat karena takut pagi harinya bangun telat. Alhasil Lista hanya mengarang indah saat remidi sejarah tadi. Sekarang dia merasa perlu mendinginkan kepalanya yang terasa panas akibat harus berpikir keras untuk mengarang indah ulangan sejarah dan mengerjakan soal matematika.
Lista langsung berjalan menuju meja yang ditempati Cassie dan Andin begitu ia sampai di kantin. Setelah duduk dia langsung mengambil es jeruk milik Cassie tanpa meminta ijin dari sahabatnya tersebut, ia langsung meneguk es jeruk sampai tidak tersisa. Cassie hanya geleng-geleng kepala.
"Ta, kok lo habisin sih. Kasihan Cassie belum minum sama sekali tuh." Tegur Andin.
"Sorry, kepala gue panas. Lo gak bisa lihat asap udah mengempul di kepala gue, gue butuh yang dingin-dingin buat meredamnya. Gue pesenin yang baru deh ntar." Ucap Lista yang ditanggapi Andin dengan memutar bola matanya. Cassie bedecak, ia sudah terbiasa dengan Lista yang selalu mendramatisir apapun. Tapi tetap saja terkadang dia merasa sebal dengan sikapnya yang seenaknya.
"Kenapa kepala lo panas?" Tanya Cassie.
"Gue tadi habis remidi sejarah, gue semalam gak belajar. Terus gue juga remidi matematika yang soalnya beda sama pas tes kemarin. Gila susah banget." Lista bertriak dramatis.
"Salah sendiri nggak belajar." Ejek Andin sambil membetulkan kacamatanya yang melorot.
Lista memanyungkan bibir. Mulut Andin memang pedas, dia sering melempar kata-kata sakarstik pada Lista, bertolak belakang sekali dengan penampilannya yang sedikit culun dan anti sosial. Di sekolah ini Andin hanya berteman dengan Cassie dan ia kurang suka berbincang dengan orang lain.
"Gue pesenin es jeruk dulu deh." Lista berjalan menuju stand makan untuk memesan minum pengganti untuk Cassie.
Beberapa menit kemudian Lista kembali sambil membawa segelas es jeruk lalu menyerahkannya pada Cassie.
"Sialan lo, Ta. Lo yang piket malah gue yang harus nganter buku-buke ke ruang guru. Dasar gak bertanggung jawab."
Stefani tiba-tiba datang dengan wajah tertekuk sebal, dia mengambil tempat duduk di samping Lista. Lista hanya nyengir bersalah. Stefani menoyor jidat Lista, membuat si empunya mengumpat kesal. Stefani adalah teman sekelas Lista, meraka adalah teman dekat sejak kelas sepuluh.
"Sorry lah, kaicho*. Gue butuh pendingin otak."
Stefani menghebuskan napas berat, dia terkadang merasa lelah dengan sikap Lista yang seenaknya. Lista cukup sering merepotkannya tapi dia juga sering membantu Stefani dikala Stefani kesusahan. Stefani tidak bisa membenci Lista karena dia tahu Lista orang yang baik hanya saja sifatnya yang santai membuat Lista terlihat tidak bertanggung jawab. Ada di beberapa waktu Lista bisa bersikap serius tapi itu sangat jarang. Stefani mengalihakan tatapannya pada Andin dan Cassie. Sejak mengenal Lista, Stefani jadi mengenal Cassie dan Andin. Meskipun mereka berbeda kelas, mereka sering berkumpul bersama di kantin
"Gue denger lo kemarin berantem lagi sama Ilham?" Lista mengangkat sebelah alisnya.
"Bukannya udah hampir tiap hari mereka bertengkar." Sahut Andin.
"Ini lebih parah katanya, lo mukul si Ilham terus disuruh pulang Pak Ro ya... Lis, pas lo latihan basket?"
Lista mengambil gorengan yang ada di meja, mengunyahnya dengan tampang malas-malasan. Meskipun semester genap tahun ini sudah akan berakhir ada beberapa ekskul masih diadakan setelah unjian.
"Iya, gue disuruh balik. Katanya gue emang kurang fokus sejak dimulai latihan jadi yaaa...the rest as you heard." Lista memukul meja di depannya membuat yang lain terkesiap kaget.
"Tapi emang si little prince itu bikin gue jengkel terus. Gue benci banget sama dia."
"Hati-hati loh perbedaan cinta dan benci itu tipis." Sahut Andin.
"Hah! Maksud lo gue bakal cinta sama si anak mami itu, cih... amit-amit." Lista berpura-pura muntah padahal dia masih mengunyah gorengan di mulutnya. Stefani tertawa.
"Kalau Ilhamnya yang suka sama lo gimana?" Lista tersedak gorengannya. Stefani dan Andin tertawa.
"Bener kata Andin. Siapa tahu sebenarnya selama ini Ilham itu suka sama lo. Dia ganggu lo buat cari perhatian dari lo." Sahut Stefani.
"Iya, kayak di novel." Stefani dan Andin kembali tertawa sementara Cassie hanya menggeleng sambil tersenyu kecil.
"Gue pun gak sudi nerima cinta cowok manja kayak dia kalau dia beneran cinta sama gue. Amit-amit." Beberapa meja dari tempat Cassie dan teman-temanya duduk, Ilham bersin-bersin.
>>>>>>>>To be Continue<<<<<<<<<<
*Kaicho : Ketua
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top