8. Garis Keturunan Khusus

Ide soal tarian Touwangker tampaknya telah disetujui oleh Valaria sehingga Ryn meminta Clarine dan yang lain untuk berkumpul pada jumat malam.

Namun sebelum membahas soal tarian, Clarine terlebih dahulu diintrogasi soal semalam.

Tak hanya Maery yang berminat mendengar cerita Clarine, Ryn bahkan menyambut Clarine dengan sangat bersemangat dan menggiringnya mendekati kerumunan yang sudah duduk siap mendengarkan.

"Jadi Pak Krav adalah hasil percobaan nenekmu yang berhasil?" simpul Ryn setelah Clarine selesai bercerita. "Apa Pak Krav tidak menyimpan sejenis dendam padamu karena perbuatan Agnes?"

Sebelum suasana menjadi canggung karena ocehan Ryn, Maery segera mengalikan pembicaraan. "Bagaimana kalau kita segera memutuskan formasi untuk tarian yang kau katakan kemarin, Ryn."

"Ah benar juga," seru Ryn penuh semangat. "Touwangker adalah tarian pasangan dan harus dilakukan oleh delapan orang, jadi aku menuntut bantuan dari kalian semua." Ryn memandang penuh arti ke arah Zoenoel dan Dazt. "Sekarang, silahkan kalian memilih pasangan masing-masing."

"Aku tidak mau ikut," protes Dazt.

"Kalian harus," seru Drina. "Atau kalian akan berakhir mengenaskan karena ramuanku."

"Ancaman macam apa itu? Kau semakin mirip Profesor Anggelita," cemooh Dazt. "Apa semua ahli ramuan memiliki kepribadian mengerikan?"

Bukannya menjawab, Drina justru menatap Dazt tanpa berkedip dengan ekspresi datar. Hal itu ternyata menghasilkan efek yang bagus. Beberapa detik setelahnya, Dazt langsung berkata, "Kalau begitu aku akan bersama Clarine."

"Bagaimana kalau kau berpasangan dengan Queena?" usul Drina setegah menyindir.

"Ya, biar Clarine bersama Zoenoel," sambung Maery.

"Maaf. Kurasa aku tidak bisa ikut," tolak Clarine. "Urusan kementerian dan kehidupanku sebagai Clarine, tidak menyisahkan waktu yang cukup untuk ikut latihan. Lagipula menari jelas bukan bidangku."

"Baiklah, Clarine kuizinkan tidak ambil bagian," ujar Ryn. "Kalau begitu, Zoenoel siapa yang akan kau pilih? Pilihannya tinggal Valaria, Maery dan Drina."

"Aku juga sibuk, coret namaku," ralat Drina.

"Kau mengancam kami sementara kau sendiri lari?" gerutu Dazt.

"Valaria, apa kau juga tidak bisa ikut?" seru Ryn sebelum Drina dan Dazt memulai perdebatan tak berujung.

"Aku ingin ikut," jawab Valaria. "Aku bisa membagi waktu. Lagipula menari adalah salah satu hobiku."

"Oke," seru Ryn. "Masalah berkurang kalau begitu. Valaria kau berpasangan dengan Zoenoel, dan kita terpaksa menghubungi Queena."

"Kenapa memanggilnya? " protes Dazt. "Bukankah masih ada Maery?"

"Dia pasanganku," seru Ryn.

"Pasangan sesama jenis?" goda Dazt.

"Aku akan berperan sebagai pria," sangga Ryn.

"Kalau begitu, cari orang lain untuk jadi pasanganku," tuntut Dazt. "Atau paksa Clarine ikut."

"Jangan banyak tingkah Dazt," hardik Drina. "Kita akan latihan di sini. Di tempat yang harusnya menjadi tempat pertemuan kita semua. Sudah menjadi kesepakatan bahwa tidak boleh ada orang lain yang ke sini selain kita bersembilan—"

"Sembilan setengah, jika kau menghitung Kliv," ralat Ryn. "Dan sebelas setengah jika kau juga menghitung tawanan kita—ups maaf. Lanjutkan saja, jangan pedulikan aku."

Drina melepaskan pelototan matanya pada Ryn dan kembali menghadap Dazt. "Kau sudah melanggar ketentuan itu dengan membawa Queena kemari. Jadi dia menjadi satu-satunya pilihan untuk pasanganmu. Kecuali kau punya simpanan gadis-gadis lain yang pernah kau ajak ke sini?"

"Aku tidak membawa siapapun," protes Dazt. "Queena datang dengan sendirinya. Ah, aku akan berpasangan dengan Faenish."

"Faenish akan berpasangan dengan Ezer," ujar Ryn.

"Ezer menari?" tanya Zoenoel memastikan dengan nada menusuk. Tawa Dazt seketika membahana.

"Kenapa tidak?" tuntut Ryn tersinggung.

"Clarine bisakah kita bicara sebentar?" bisik Valaria kepada Clarine.

Clarine balas bertanya, "Ada apa?"

Valaria tidak langsung menjawab. Ia justru memberi kode agar mereka menjauh dari perdebatan yang sedang terjadi. Setelah mereka berada di luar jangkaun dengar siapapun, barulah Valaria berkata, "Maafkan aku Clarine. Aku sama sekali tidak bermaksud mengganggu. Aku hanya ingin ikut berpartisipasi. Nanti akan kuminta Maery bertukar pasangan denganku."

"Aku tidak marah Valaria," ujar Clarine. "Kau tidak perlu menukar pasangan yang sudah ditetapkan. Perbedaan tinggi badan Ryn dan dirimu terlalu jauh, akan terlihat aneh jika kalian berpasangan, belum lagi kalian akan kesulitan dalam beberapa gerakan."

"Kau benar, tetapi...." Valaria berpikir sebentar. "Apa sebaiknya aku tidak usah ikut saja?"

"Mereka membutuhkanmu, terutama Ryn." Clarine tersenyum meyakinkan. "Aku sangat yakin kau akan menari jauh lebih baik dari kami semua, jadi mohon bantuannya."

"Apa kalian sedang menyimpan rahasia dariku?" tanya Maery seraya ikut bergabung. "Drina baru saja pulang karena ada urusan bersama para Peracik Ramuan. Ryn katanya ingin menyusun gerakan tarian dengan tenang di rumah, sementara Zoenoel juga ikut pulang tanpa memberikan alasan. Sepertinya sudah waktunya kita untuk membubarkan rapat."

Saat mengedarkan pandangan, Clarine mendapati memang hanya tersisa mereka bertiga serta Dazt dan Faenish yang sedang membahas sesuatu di sisi lain ruangan.

"Sepertinya aku juga harus pergi," ujar Valaria. "Aku harus memeriksa beberapa persiapan festival."

"Tidak ada yang melarangmu nona sibuk," goda Maery. "Berteleportasilah. Ryn akan mengamuk kalau festival itu sampai batal."

Valaria tersenyum dan berpamitan kepada yang lain sebelum berteleportasi pergi. Faenish pun nyaris pamit pulang saat Clarine tak bisa menahan mulutnya untuk berseru, "Ada yang perlu kubicarakan dengan kalian. Bisakah aku minta waktu kalian sedikit?"

"Tentu saja," ujar Maery dan Valaria nyaris bersamaan.

"Aku ingin membahas beberapa buku Nenek Agnes. Sepertinya ada beberapa hal yang berhubungan dengan Kitab Segel." Clarine kemudian menatap Faenish sebelum bertanya, "Apa menurutmu kita bisa memanggil Ezer untuk ikut dalam diskusi? Dia yang paling banyak mengenal tentang segel dan tahu lebih banyak soal keluarga Woranz."

Faenish mengangguk paham. "Aku akan memanggilnya."

Setelah Faenish berteleportasi pergi, Clarine ikut berteleportasi untuk mengambil beberapa buku. Beberapa menit kemudian, mereka kembali berkumpul.

Clarine meletakkan buku Draft Segel dan Serpihan Segel di atas meja. " Aku tidak pernah melihat segel-segel seperti dalam kedua buku itu. Hanya saja, pada beberapa penjelasan ada kata: Kitab Segel."

Selama beberapa saat, Ezer dan Faenish mempelajari isi buku di tangan mereka, sementara yang lainnya diam menunggu.

"Sepertinya nenekmu adalah seorang perancang segel," kata Ezer akhirnya. "Aku juga tidak pernah melihat segel-segel seperti ini."

"KEREN," seru Maery histeris.

"Lebih dari itu," timpal Faenish. "Dalam buku ini terdapat beberapa segel yang juga ada dalam Kitab Segel. Namun, nenek Agnes membuat banyak catatan bahkan membuat beberapa modifikasi hingga menghasilkan segel-segel baru. Nenekmu mengagumkan Clarine, merancang segel adalah hal luar biasa namun memodifikasi segel besar, nyaris sesuatu yang mustahil."

"Super keren," seru Maery semakin heboh.

"Masalahnya aku agak khawatir dengan fakta bahwa Nenek Agnes memiliki pengetahuan tentang isi Kitab Segel," lirih Clarine. "Apa mungkin Nenek Agnes dan Nenek Magda punya kedekatan khusus?"

"Magda sempat menjadi Profesor di Akademi Pelatihan Bakat pada zaman Agnes masih bersekolah di sana," ujar Ezer.

"Tunggu," potong Dazt. "Jika neneknya Clarine memiliki pengetahuan dan catatan tentang Kitab Segel yang dijaga Nenek Magda, ada kemungkinan kalau neneknya Zoenoel juga memiliki hal yang sama. Mereka berdua terkenal bersahabat dekat."

"Itu juga yang kukhawatirkan," gumam Clarine.

"Apa kau pernah melihat sesuatu di kediaman keluarga Woranz?" tanya Dazt kepada Ezer.

"Ezer tidak akan tahu hal seperti itu," ujar Faenish setelah terjadi keheningan yang cukup panjang. "Tangan Bayangan tinggal di tempat yang terpisah dengan keluarga Woranz. Mereka pun hanya akan dipanggil jika ada tugas khusus."

"Sayang sekali." Dazt ganti menatap satu buku yang masih saja dipangku Clarine. "Lalu apa isi buku itu?"

Clarine tak langsung menjawab. Ia masih ragu untuk menunjukkan isi buku Garis Keturunan Khusus. Fakta bahwa Nenek Agnes berencana untuk membuat garis keturunan baru melalui dirinya terasa sangat memalukan.

"Apa ada sesuatu yang salah Clarine?" tanya Faenish.

Clarine menggeleng lemah. Dengan mengembuskan nafas panjang, ia akhirnya meletakan buku tersebut di meja. Clarine membiarkan teman-temannya membaca, sementara dirinya tertunduk menunggu respons.

"Aku tak pernah mendengar nama-nama keluarga seperti ini," ujar Maery. "Apa mereka sudah punah? Atau mereka menggunakan marga lain agar tidak ketahuan? Setahuku tidak ada penduduk di sekitar sini yang memiliki marga dari empat keturunan utama ini?"

"Apa gunanya marga?" ujar Dazt, "Yang lebih penting adalah kemampuan spesialnya."

"Ya kau benar," ujar Maery. "Untung kita sudah bersahabat dengan orang yang memiliki kemampuan hebat dari dua garis keturunan utama. Jadinya kita bisa melihat langsung bagaimana kemampuan istimewa yang melegenda. Kami benar-benar beruntung karena mengenalmu Clarine."

"Kalian juga sudah bertemu dengan salah satu keturunan keluarga Adenga," tambah Dazt.

Clarine mengerutkan kening dan bertanya, "Siapa?"

"Fisia Supit," jawab Dazt, "atau yang sekarang minta dipanggil Queena."

"Apa?" seru Maery dan Clarine bersamaan.

"Sudah kuduga," lanjut Maery. "Ia tidak mungkin terpilih menjadi ketua kelompok pelindung tanpa alasan. Bagaimana kemampuannya?"

"Ia bisa melihat perwujudan keinginan terbesar seseorang melalui pergerakan kabut yang tidak tampak bagi kita. Queena menyebutnya kabut keinginan," jelas Dazt. "Setiap kali seseorang membayangkan sesuatu di dalam kepala mereka, gambaran tersebut juga akan termanifestasi oleh kabut keinginan sehingga menjadi cukup nyata untuk dilihat Queena.

"Berkat kemampuannya ini, Queena selalu selamat dari berbagai serangan meski bakatnya tidak seberapa besar. Ia bisa menyadari keinginan seseorang jadi ia bisa mendeteksi serangan yang direncanakan musuh hanya dengan memperhatikan pergerakan kabut-kabut keinginan."

"Membuat iri saja," gumam Maery sebelum buru-buru menambahkan. "Tetapi kemampuanmu jelas lebih membuat iri, Clarine. Hanya saja, kenapa nenekmu tidak sekalian menggabungkan kemampuan keempat garis keturunan khusus itu? Pasti akan lebih keren lagi."

"Mengubah susunan genetik bukan hal yang mudah dilakukan." Kali ini Ezer yang memberikan komentar. "Apalagi menggabungkan dua gen spesial dari dua keturunan khusus yang berbeda untuk melengkapi sebuah susunan gen lainnya. Presentase keberhasilan percobaan yang dilakukan Agnes kepada Clarine hampir nol. Nyaris tidak ada kemungkinan Clarine bertahan hidup."

Hening. Suasana jadi terasa aneh.

Maery berhedam tak nyaman, seraya berusaha mencari bahan pimbicaraan lainnya. "Er—tidakkah menurut kalian ini berarti sesuatu?" Maery menunjuk sebuah simbol yang dituliskan dengan tinta warna merah tepat di samping judul bagian Keluarga Asepang.

"Itu sejenis simbol kuno...." Faenish berusaha mengingat sesuatu.

"Partner," gumam Ezer, "bisa juga diartikan jodoh ataupun teman dekat."

"Whoa, sepertinya Agnes menaruh perhatian khusus pada garis keturunan ini," seru Maery seraya mengerling jail.

"Sepertinya Nenek Agnes menginginkan jodoh dari keluarga Asepang." Dazt mengajukan pendapatnya. "Dengan begitu, anak Clarine akan memiliki gen dari tiga keturunan utama. Tampaknya nenek Agnes tidak punya pilihan selain merencanakan penggabungan gen dengan cara primitif."

"Apa tidak ada hal masuk akal yang bisa kau ajukan?" Maery hanya bisa mengembuskan nafas berat begitu menyadari situasi kembali tidak enak.

"Kaulah salah satu keturunan keluarga Asepang, Dazt," ujar Ezer hampir bersamaan dengan Dazt yang hendak mengatakan sesuatu.

Perkataan Dazt tak hanya terhenti di tengah jalan, ia bahkan menganga lebar dengan tampang menggelikan. Clarine dan Maery pun ikut terperangah dengan perkataan Ezer. Mereka bertiga memandang lekat sosok Ezer untuk mencari tanda-tanda kalau pemuda itu tengah membuat lelucon. Sayangnya Ezer tidak tampak sedang bercanda.

"Maksudmu Dazt memiliki kemampuan istimewa?" tuntut Maery.

"Sayangnya aku tidak merasa memiliki kemampuan super," ujar Dazt. "Aku bahkan tak sanggup berteleportasi."

Penasaran, Clarine meraih buku Garis Keturunan Khusus. Ia mencari keterangan kemampuan untuk keturunan keluarga Asepang. "... Ikatan atom yang terbentuk dari segel yang diciptakan keluarga Asepang lebih kuat dibanding ikatan yang dibentuk oleh segel pada umumnya. Hal ini bisa jelas terlihat melalui perbandingan ketahanan dimensi buatan." Clarine mengerutkan kening. "Apa maksudnya ketahanan dimensi buatan?"

"Suatu dimensi buatan tidak akan bertahan selamanya," jelas Faenish. "Setelah beberapa tahun, setiap dimensi buatan pada akhirnya akan rusak dengan kemunculan Lubang Hitam."

"Apa maksudmu dengan lubang hitam?" potong Dazt.

"Dimensi buatan mengalami kebocoran. Tekanan udara yang berbeda akan mengakibatkan tarikan ke arah luar dimensi buatan. Segala sesuatu dalam dimensi buatan akan ditarik menuju Ketiadaan." Faenish kembali menjelaskan.

"Aku tidak pernah mendengar hal seperti ini sebelumnya," ujar Dazt.

"Dengan beberapa pertimbangan, para tetua sejak dulu memutuskan untuk menjadikan Lubang Hitam sebagai rahasia."

"Dan bagaimana kau tahu?" tuntut Dazt.

"Aku membaca buku harian Nenek Magda yang sudah hidup cukup lama untuk menyaksikan sendiri proses terciptanya Lubang Hitam."

"Ah, aku lupa dengan koneksi hebatmu." Dazt berdecak. "Jadi berapa lama suatu dimensi buatan bertahan sebelum ia berlubang?"

"Ketidakstabilan ikatan atom pada segala sesuatu yang dibuat dalam sekejap menggunakan ramuan juga dipengaruhi banyak faktor, sulit memprediksi kapan tepatnya Lubang Hitam akan muncul. Namun yang jelas, semakin besar dimensi yang dibuat, semakin besar kemunginan muncul Lubang Hitam. Semakin tua dimensi yang dibuat, semakin besar juga kemunginan muncul Lubang Hitam."

"Jadi kesimpulannya kemampuan keluarga Dazt adalah membuat dimensi buatan yang anti bocor?" tanya Maery.

"Bukan anti bocor, tetapi jauh lebih kuat." Faenish meluruskan. "Menurut Nenek Magda, semua dimensi buatan di akademi yang dibuat bersamaan degan Area Makam sudah memiliki Lubang Hitam dalam selang 40 sampai 90 tahun, tetapi hingga sekarang Area Makam masih bertahan. Area Makam tersebut merupakan salah satu hasil karya keturunan keluarga Asepang. Tidak hanya pada dimensi buatan, kekuatan serangan maupun kuncian yang dihasilkan segel mereka juga lebih kuat dari seharusnya. Karena itulah garis keturunan keluarga Asepang yang semestinya menjadi penjaga Kitab Segel.

"Selama ini, Nenek Magda berniat mengembalikan Kitab Segel kepada keluarga Asepang. Namun dengan adanya para Tangan Bayangan yang mengicar buku itu, Nenek Magda terpaksa mengurungkan niatnya."

"Kalau kau benar soal silsilah keluargaku, sebaiknya kau tetap mengurungkan niat mengembalikan buku itu, Faenish. Kau saja yang menjaganya. Aku tidak mau direpotkan dengan benda yang dikejar-kejar Katharina." Dazt tiba-tiba saja bangkit berdiri. "Kurasa cukup untuk hari ini. Kalian silahkan membaca buku-buku peninggalan itu sebagai PR. Sementara kau Clarine, segeralah temui Zoenoel dan minta izin padanya. Berhubung besok adalah hari sabtu, kau akan kencan denganku. Nenekmu nampaknya terlalu khawatir dengan nasip percintaanmu sampai sibuk menjodohkanmu ke sana ke mari. Jadi mari kita buat nenekmu bahagia."

Clarine hanya bisa ternganga memandang Dazt. Mengharapkan ide yang normal keluar dari kepala Dazt memang bukan hal yang bijak untuk dilakukan. 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top