32. Sidang dan Pengganggunya

 "Telly Sambuaga bersama Nona Queena hendak menuju ruang Pemeriksaan Bukti." Telly menyatakan identitas dan maksud kedatangan mereka kepada gadis di layar. Prosedur dasar yang harus dilakukan setiap pengunjung Kementerian Pertahanan dan Keamanan.

"Terima kasih. Data Anda telah diterima," jawab sang gadis lengkap dengan senyuman ramahnya. "Silahkan mengikuti karpet merah untuk menuju ruang sidang. Semoga hari Anda menyenangkan."

Queena pun melangkah mengikuti hamparan karpet, dengan Telly mengikuti di belakangnya. Hanya saja, setelah beberapa meter, Queena memilih jalan lain yang tidak dilalui karpet.

"Apa Anda ber—" Telly berniat mempertanyakan tindakan Queena.

"Shh," sela Queena cepat. Ia sedang berkosentrasi memilih salah satu jalan di percabangan labirin. Gadis itu pun tidak ingin diganggu saat memilih sekitar duabelas percabangan lain. Setelah berjalan beberapa saat, Queena mulai menghitung langkah dari belokan terakhir lalu meraba-raba dinding tanaman di sebelah kanan. Detik selanjutnya, sebuah pintu besi muncul lengkap dengan sebuah papan bertuliskan: Ruang Tahanan.

Queena sudah pernah menghabiskan beberapa tahun hanya berada dalam labirin ini, jadi tidak mengherankan bila ia sudah menghafal beberapa tempat, termasuk arah jalan ke area penahanan.

"Apa tidak ada alaram atau sejenisnya?"

Queena tak menjawab pertanyaan Telly. Ia justru melangkahkan kaki ke sebuah ruangan kecil di balik pintu.

"Lift?" gumam Telly takjub saat ia ikut menyusul masuk.

Sekali lagi Queena mengabaikan Telly. Ia sedang mencari nama Clarine dalam daftar di samping tombol angka. Begitu ia menemukannya, Queena segera menekan angka tujuh dan lift pun bergerak.

Begitu pintu lift terbuka, nampak sebuah koridor dengan bilik-bilik di sepanjang sisinya. Pada bilik ketiga di sisi kanan, Queena bisa melihat sosok Clarine. Dinding-dinding tanaman menahan gadis itu dalam area persegi yang tidak seberapa luas.

Anehnya, Clarine tidak berada dalam kondisi normal seorang tahanan. Pakaian gadis itu sama sekali tidak cocok. Mana mungkin seorang tahanan mengenakan baju festival bertema langit siang lengkap dengan seekor burung Floit.

"Kenapa penampilannya seperti ini?" tanya Queena.

"Status penahanan Nona Clarine belum ditetapkan. Keberadaannya di sini hanya untuk mengantispasi kemampuannya dalam berteleportasi. Jadi peraturan soal baju dan yang lainnya belum diterapkan. Lagi pula itu hanya aksesoris, Anda tidak perlu khawatir." Telly memberikan penjelasan sebisanya.

Queena melirik burung Floit yang masih saja terbang berkeliling di sekitar Clarine. Bukannya takut burung itu menemukan jalan keluar, Queena hanya tidak menyukainya. Melihat burung Floit hanya akan mengingatkan Queena pada masa di mana Dazt menolak membalas pesan yang ia kirimkan. Pemuda itu tak pernah mau menyanyi untuknya.

Sebelum pikirannya semakin teralihkan, Queena segera menekan sebuah tombol di samping penjara Clarine agar gadis itu bisa melihat pengunjungnya hari ini.

"Ah, lihat keadaanmu." Queena menyapa dengan nada prihatin. "Kau seharusnya tidak menuduhku tanpa bukti Clarine."

"Kau pun seharusnya tidak datang ke sini," balas Clarine dengan senyuman.

Sudut mata Queena bekedut, tetapi ia tetap membalas senyuman Clarine sebelum kembali memasang raut prihatin. "Aku hanya ingin memberitahu bahwa aku datang untuk membawa bukti kejahatan Katharina dan teman-temanmu saat ini sedang memburu wanita itu. Temanmu akan memastikan Katharina tidak melakukan hal buruk lagi dan aku akan memastikan nama baik wanita itu lenyap. Karena itu, ada baiknya kau juga berhenti membela Katharina."

Ekspresi horor di wajah Clarine membuat raut prihatin Queena sedikit terganggu. Apalagi saat melihat pergerakan kabut putih yang meyerupai sosok Clarine berlari kesal ke arahnya. Sosok transparan yang hanya terlihat oleh Queena tersebut melakukan upaya pemukulan padanya. Namun tentu saja Queena tidak terpengaruh. Kabut itu hanyalah perwujudan keinginan terbesar Clarine saat ini. yah, inilah kemampuan spesial keturunan keluarga Adenga.

Tanpa berkata apapun lagi, Queena membalik badan dan berjalan pergi.

***

Dalam perjalanan menyusuri labirin tanaman, Queena dikejutkan oleh satu pemandangan tidak masuk akal. Di ujung terjauh, ia melihat sosok Eucharistia tengah bermain dengan seekor burung Floit. Meski sekilas, pemandangan itu benar-benar jelas.

Dengan segera, Queena berlari untuk menyusul sosok Eucharistia yang menghilang di balik satu belokan. Queena mencari-cari dengan panik, tetapi tidak menemukan siapa pun. Ia lalu berlari kembali ke kurungan Clarine. Saking cepatnya, Telly tak sanggup mengimbangi Queena, apalagi Telly harus berjalan dengan hati-hati karena menenteng tas berisi bukti-bukti penting.

Begitu mendapati Clarine masih berada di kurungan, Queena heran. "Bagaimana kau melakukannya?"

"Melakukan apa?" Clarine balas bertanya.

"Berteleportasi ke luar penjara yang seharusnya penuh perlindungan, termasuk mencega teleportasi. Bagaimana kau bisa keluar dari kurungan ini?"

"Kau sepertinya berhalusinasi Queena. Aku juga pernah mengalami hal seperti itu. Biasanya aku seperti melihat Zoenoel di suatu tempat tetapi begitu aku pergi mencari, dia tidak ada di sana. Menyebalkan memang. Ah, aku juga pernah berhalusinasi akan keberadaanmu saat memeriksa arena turnamen. Kau hanya sedang banyak pikiran, tenang saja. Halusinasi itu akan hilang dengan sendirinya. Lagi pula halusinasi tidak bisa menyakitimu, kecuali kau terlalu banyak berharap. Apa kau sudah selesai mengantarkan bukti-bukti untuk persidangan Katharina?"

Queena seketika sadar dengan ketidakberadaan Telly dan tas berisi barang bukti. Dengan segera ia pergi meninggalkan Clarine.

"Sedang apa kau?" bentak Queena begitu mendapati Telly yang melompat-lompat untuk mengambil sebuah balon yang tersangkut.

"Nona Queena?" pekik Telly. "Anda tadi kenapa? Apa ada sesuatu yang salah?"

"Apa tadi kau sempat melihat Eucharistia di ujung koridor?" Queena balas bertanya.

"Saya tidak begitu memperhatikan. Lagi pula Anda berjalan di depan sehingga pandangan saya cukup tertutupi. Apa nona Clarine berhasil kabur dari penjara?"

Queena tidak menjawab. Ia justru meraih tas berisi bukti yang diletakkan Telly di samping kakinya. "Ayo pergi. Tinggalkan itu. Seperti anak kecil saja."

Saat melanjutkan perjalanan menuju ruang bukti, Queena menjadi lebih waspada. Namun tak ada yang terjadi hingga mereka disambut beberapa petugas untuk melakukan prosedur pemeriksaan. Setelah melewati sensor pendeteksi bakat, Queena dan Telly disambut oleh menteri perlindungan dan keamanan.

Tanpa rasa malu, Telly segera menghampiri Yudi dan enggan menjauh. Ekpresi bahagia jelas terlihat di wajah wanita itu sementara di sampingnya Yudi tampak tidak terlalu senang.

"Selamat datang," sambut Yudi. "Bagaimana perjalanan Anda ke mari? Apa ada kendala?"

"Kami sempat diserang oleh dua orang pria kembar serta satu burung kesurupan," jawab Telly. "Mereka nyaris saja memenggal kepala Nona Queena. Jika bukan karena gerak refleks Nona Queena dalam menghindar serta kedatangan Zoenoel, pasti kami tidak sampai ke sini."

"Pria kembar?" Yudi memastikan.

"Sepertinya mereka bukan warga kota." Telly kembali menjawab meski Yudi dengan jelas menujukan pertanyaannya kepada Queena. "Mereka juga bukan Kaum Berbakat, untunglah."

"Di mana mereka sekarang?" tanya Yudi tanpa mengalihkan pandangannya yang masih tertuju pada Queena.

"Zoenoel yang mengurusnya. Kami segera menuju ke sini sebelum ada serangan lain. Saat melalui labirin pun kurasa ada yang mengganggu Nona Queena hingga—oh, astaga!" Telly menjerit panik dan refleks memeluk lengan Yudi.

"Ada apa lagi denganmu?" tuntut Yudi.

"Apa kalian tidak mendengarnya?" Telly mengedarkan pandangan ragu-ragu. "Seperti ada yang berbisik: Pstt di samping telingaku. Kurasa tempat ini berhantu. Apa mungkin arwah almarhum ketua kelompok pelindung berkeliaran di sini?"

"Anda perlu mencari alasan yang lebih baik dari itu untuk mencuri kesempatan," ujar Yudi dengan nada kesal yang kentara saat menyingkirkan tangan Telly.

"Kalau alasan saya ingin mengenal Anda lebih jauh, apa itu alasan yang lebih baik?" bisik Telly sebelum tertawa cekikilan sendiri. Begitu menyadari sorot tajam dari tatapan Queena, Telly buru-buru mengalihkan pembicaraan. "Apa tidak sebaiknya Anda memeriksa ruangan ini? Takutnya ada seseorang yang menyusup dan menggunakan tirai satu arah untuk bersembunyi."

"Anda tenang saja. Tempat ini bebas penyusup. Anda sendiri sudah melewati sensor pendeteksi bakat untuk masuk ke ruangan ini. Meski seseorang menggunakan tirai satu arah untuk bersembunyi, ia tetap akan terdeteksi saat melewati sensor. Kecuali orang itu Kaum Nonberbakat. Namun kita tahu bersama, mustahil bagi Kaum Nonberbakat berkeliaran di kementerian ini."

"Permisi Pak." Seorang anggota Satuan Manguni menghampiri Yudi. Petugas itu membawa seekor burung Floit. "Kami menemukan burung ini terbang mencurigakan di dekat salah satu portal. Selain itu, terjadi pengrusakan beberapa portal dan cermin pengawas. Di dekat salah satu portal yang dirusak, terjadi sedikit kehebohan karena terdapat satu tongkat terbang yang mengetuk-ngetuk setiap petugas. Setiap ketukan tongkat tersebut mengakibatkan perubahan wujud pada seragam mereka hingga menjadi menggelikan."

"Maksudmu seperti tongkat yang digunakan Pesulap Sayang dalam atraksinya?" tanya Yudi.

"Ya. Pakaian-pakaian itu terus berubah menjadi hal-hal lucu. Dalam hitungan menit, banyak masyarakat datang berkumpul untuk menyaksikannya. Kami kesulitan mendeteksi keberadaan pelaku karena di sekitar situ tidak ada sensor pendeteksi bakat sementara Cermin Pengawasnya juga sudah dirusak bersamaan dengan portal."

"Apa isi pesan dalam burung ini?" tuntut Yudi.

Si petugas memberikan beberapa cairan ramuan pada burung Floit dan terdengarlah nyanyian: Queena sudah ada di kementrian. Buat Pengalihan dan pindah ke rencana B.

"Itu suara ibunda Dazt," geram Queena.

"Apa ada hantu lain yang memunculkan diri?" pekik Telly. "Kurasa ini hari pembalasan hantu. Tadi ketua kelompok pelindung dan Pesulap Sayang, sekarang—"

"Siapapun yang menggunakan ramuan pengubah suara itu jelas bermaksud mencelakakan Anda," potong Yudi. "Jadi untuk keamanan nona Queena, Anda sebaiknya pulang dengan dikawal beberapa anggota. Kami akan segera memproses bukti yang anda bawa saat ini juga."

"Maaf Pak," ujar si petugas pembawa burung Floit. "Masih ada satu hal lagi, di depan portal yang saat ini paling aman untuk digunakan, ada orang tua nona Clarine yang sedang mengamuk dan menuntut bertemu dengan Anda."

"Bagaimana mereka bisa tahu letak semua portal kita." Yudi mengeram kesal sebelum berbalik untuk bicara dengan Queena. "Mari, saya antarkan ke depan. Saya juga masih harus menemui orangtua nona Clarine."

"Permisi pak. Bukankah Anda ingin terlibat dalam pemeriksaan bukti-bukti ini?" tanya seorang petugas kepada Yudi.

"Periksalah tanpa saya," jawab Yudi. "Tampaknya saya perlu mengurus beberapa hal yang mendesak."

Queena tampak tidak tenang, jadi Yudi segera menambahkan. "Anda tenang saja nona, orang-orang di ruangan ini tidak memiliki kecenderungan memihak pada Katharina maupun nona Clarine. Saya sendiri yang menyeleksi mereka. Anda bisa memercayakan cairan-cairan ingatan berharga ini kepada mereka."

***

Saat Clarine memasuki ruang sidang, ia merasakan keganjalan. Clarine bisa mendeteksi sensasi getaran keberadaan banyak tirai satu arah dan portal kaca yang tersembunyi di baliknya. Berdasarkan perkataan Queena, Clarine bisa menebak kalau semua keanehan itu ada hubungannya dengan Zoenoel. Namun saat mengedarkan pandang, Clarine tidak bisa melihat keberadaan teman-temannya.

Sidang untuk Katharina dimulai. Berbagai ingatan dipertontonkan. Mulai dari prosesi ritual tukar darah Glassina saat masih bayi, yang merupakan ingatan Katharina sendiri. Selanjutnya ingatan dari Zoenoel tentang kekejaman Katarina dalam mendidik anak dan tentang keberadaan tangan bayangan. Faenish juga memberikan ingatan tentang penculikan Jovan dan penyiksaan di ruang makan, sementara Ryn memberikan ingatan soal permainan ular tangga dan ancaman di acara syukuran kelulusan. Dazt menyumbangkan ingatan tentang proses ditemukannya Jovan lalu disusul ingatan Drina tentang kondisi Jovan setelah jadi bahan ujicoba. Ingatan Valerius saat diminta sosok berjubah untuk meneror Pesulap Sayang juga ditampilkan. Terakhir, ingatan tentang kematian Pak Raizer yang merupakan ingatan Pak Krav.

Situasi semakin buruk saat surat-surat pernyataan Katharina dibacakan dan memberikan detail. Terutama pengakuannya tentang kemampuan pengendalian yang dilakukan pada Clarine dalam pembunuhan Pak Raizer. Meski begitu, Katharina tetap duduk dengan tenang di kursinya.

Saat pembacaan surat pernyataan tentang pembantaian di bangsal korban ramuan, barulah Katharina memberikan respons. Wanita itu tiba-tiba berdiri dan menyerukan protes, "Itu bukan surat pengakuan saya. A—"

Belum sempat kalimat Katharina selesai, terdengar suara siulan disusul kemunculan beberapa orang dari balik tirai satu arah. detik selanjutnya kabut ungu memenuhi ruang sidang.

Meski sudah mendeteksi tirai satu arah, Clarine tidak menduga adanya orang-orang yang bersembunyi di balik tirai bersama ramuan pelumpuh mereka. Jadi Clarine butuh waktu untuk membuat segel perlindungannya sendiri.

"Untuk kali ini, jangan berpihak pada Katharina." suara bisikan Zoenoel terdengar dari belakang Clarine. Detik selanjutnya Zoenoel memukul Clarine hingga ia tak sadarkan diri.

***

Saat Clarine membuka mata, kabut ungu dan pasukan Zoenoel sudah menghilang meninggalkan cermin-cermin pengawas yang tersingkap dari tirai satu arah. Dari gambar yang terlihat dari setiap cermin, tampaknya sisi lain cermin-cermin tersebut di sebar ke berbagai tempat umum di seanteru pulau. Setiap cermin menampilkan puluhan Kaum Nonberbakat yang berkerumun. Mereka semua tampak gusar.

"Di mana wanita iblis itu?" seru suatu suara dan keributan pun semakin besar saat orang-orang menyadari hilangnya sosok Katharina.

Butuh beberapa saat bagi para Satuan Manguni untuk menenangkan kerumunan orang agar persidangan bisa dilanjutkan. Persidangan untuk Katharina Woranz memang ditunda sampai wanita itu ditemukan, tetapi masih ada sidang selanjutnya.

Clarine bersiap untuk dipanggil.

Namun bukan berkas Clarine yang dibacakan. Kasus selanjutnya yang akan disidangkan adalah untuk Queena. Saat dua anggota Satuan Manguni menghampiri Queena, Gadis itu tampak tidak dalam kondisi baik. Queena bahkan hanya bisa melakukan perlawanan lemah saat menuju tempat duduk tersangka.

Clarine yakin Queena sedang kewalahan menghadapi kemampuannya sendiri. Menurut catatan dalam jurnal Nenek Agnes, kemampuan garis keturunan Adengah agak merepotkan jika berhadapan dengan kerumunan yang memiliki keinginan menggebu-gebu. Kabut-kabut keinginan seseorang akan semakin pekat saat sang pemilik merasa emosi yang memuncak. Tak heran jika Queena hampir tidak bisa melihat dunia nyata. Yang bisa ia lihat saat ini dipastikan hanya kabut-kabut keinginan yang saling tumpang tindih.

Berkas Queena pun dibacakan. Setelah beberapa kalimat, Clarine melihat pergerakaan dari Yudi. Namun sebelum pria itu bisa menyelinap keluar, beberapa anggota Satuan Manguni sudah menghentikannya. Yudi yang tampak melawan akhirnya di lumpuhkan oleh segel pengunci gerak.

Sidang pun kembali dilanjutkan dengan pembacaan berkas dan penayangan beberapa cairan ingatan.

"Berikan ini kepada Igna." Terdengar suara Queena dari ingatan pertama yang diproyeksikan. Di layar tampak sosok Yudi yang menerima uluran sebuah botol ramuan. "Pastikan kejadiannya terlihat seperti bunuh diri dan ia harus disangka sebagai Ketua Kelompok Pelindung."

"Ini racun yang cukup keras, kau yakin?" tanya Yudi.

"Kasus ini harus Dramatis. Lagi pula keras atau tidak tetap saja ujungnya mati."

Ingatan pertama selesai dan langsung dilanjutkan dengan ingatan kedua. Lokasi ingatan masih berada di sebuah ruangan kamar, tetapi kali ini wajah Queena tampak jelas dari pantulan cermin. Gadis itu sedang menyisir rambutnya saat sosok Yudi melangkah masuk.

"Aku sudah menyelesaikan bagianku. Saatnya menagih pembayaran." Yudi melangkah mendekat dan mulai mencumbu pundak serta leher Queena.

"Berikan ingatanmu dulu." Queena menyodorkan sebuah botol ramuan kosong.

"Apa kau benar-benar memberiku upah setelah melakukan semua pekerjaan untukmu? Kebiasaanmu mengambil semua ingatanku tentang menjalankan tugas maupun momen pembayarannya membuatku kesal." Yudi mengeluh pelan tetapi tetap menuruti permintaan Queena. Pria itu mengeluarkan cairan ingatannya. "Setidaknya biarkan aku mengingat momen pembayaran seperti ini. Aku ingin mengingat setiap detailnya."

Adegan selanjutnya menjadi cukup dewasa untuk ditonton remaja di bawah umur. Keributan mulai sulit dikendalikan. Proyeksi ingatan pun dihentikan dan sidang dilanjutkan dengan prosesi tanya jawab.

Meski Queena masih terlalu lemah untuk memberikan jawaban, Yudi tidak bisa menghindar. Setelah beberapa kalimat penyangkalan yang berujung menyudutkan dirinya sendiri, Yudi akhirnya mengaku. "Ingatan saya tentang peristiwa itu sudah saya serahkan kepada Queena. Saya tidak mengingat detail apapun lagi."

"Jadi Anda dengan sengaja memberikan racun kepada Nona Igna dan memalsukan kematian Ketua Kelompok pelindung?" tuntut jaksa.

"Saya hanya melakukan apa yang diminta Queena," jawab Yudi.

"Apa ada hal-hal lain yang diminta nona Queena untuk Anda lakukan?"

"Saya tidak ingat."

"Apa Anda mengetahui tujuan Nona Queena atas tindakan-tindakannya ini?"

"Queena hanya tidak suka dengan Katharina, saya pun demikian."

Karena Yudi tidak mengingat apa saja yang sudah ia lakukan di bawah perintah Queena. Sidang pun disela dengan penayangan beberapa cairan ingatan lain. Dari proyeksi ingatan ke tiga, Queena dengan jelas meminta agar kasus Valerius diangkat sebagai pengalihan isu kasus bom di akademi. Clarine amat berharap Valaria dan Ryn menonton bagian ini.

Dalam ingatan keempat, Yudi memberikan pernyataan yang cukup membuat keributan. "Pesulap Sayang sudah meledak menjadi serpihan dan kita tidak perlu repot memalsukan bukti. Valerius sudah menempatkan dirinya di tempat yang salah. Kau harusnya ada di sana sesuai janjimu kepada pria malang itu. Ekpresinya saat mencari-cari sosok Katharina palsu karanganmu itu benar-benar menarik."

Dengan beberapa pertanyaan tambahan, Queena dan Yudi terbukti terlibat dalam kasus Pesulap Sayang dan pencemaran nama baik Valerius. Namun pertunjukan ingatan masih belum selesai. Ingatan selanjutnya menggambarkan Queena yang mengendap melalui ruangan-ruangan sepi dan berhenti untuk mengamati sebuah pinggiran tebing. Ia lalu berjalan menembus pepohonan untuk mencapai ujung ruangan. Selama beberapa saat, Queena menggali dan menempatkan sebuah bom rakitan di bagian yang cukup dalam.

Dengan terbongkarnya pelaku sabotase di Arena Turnamen, keributan penonton semakin parah. Meski begitu, orang-orang tampak cukup bijak untuk menjaga volume umpatan dan hujatan mereka saat ingatan selanjutnya diproyeksikan.

Lokasi ingatan selanjutnya kembali berada di dalam kamar dengan Queena dan Yudi sebagai tokoh utamanya.

"Aku akan memancing Zoenoel agar membawa Katharina ke Danau Ly dan mengamuk di sana. Saat memeriksa tempat itu, kau harus menyebarkan tulang-tulang ini." Queena menendang kantong hitam di samping kakinya.

"Tulang?" tanya Yudi seraya memeriksa isi kantong. "Kau menggali kuburan siapa?"

"Eucharistia. Situasi sekarang cukup menarik untuk menambahkan sedikit bumbu."

"Baiklah, sepertinya ini akan jadi menarik." Yudi tiba-tiba mengecup bibir Queena. "Aku akan segera menagih bayaran begitu tugas ini selesai. Ini untuk uang muka."

Berbeda dengan ingatan-ingatan sebelumnya, ingatan kali ini disela dengan beberapa gambaran tentang kesulitan hidup Queena. Mulai dari kondisi ibunya yang memburuk sejak sang ayah pergi untuk menikah dengan Katharina. Kemudian saat Queena kecil berulang kali berjuang untuk menemui ayahnya tetapi sang ayah memperlakukannya sebagai orang asing yang mengganggu. Saat Queena menginjak usia remaja, ia dilempari batu oleh teman-teman sekolahnya dan dihujat sebagai monster karena kemampuannya melihat kabut keinginan. Proyeksi ingatan juga menunjukan kerja keras gadis itu dalam belajar, berlatih bakat, serta mencari bukti kejahatan keluarga Woranz selama bertahun-tahun.

Rasa iba tampak pada beberapa orang di ruang sidang maupun di sisi lain Portal Kaca. Sebagian orang mulai paham dengan keinginan Queena untuk menjadi kuat, serta obsesinya untuk menjatuhkan Katharina. Namun semua rasa kasihan itu langsung sirna saat ingatan terakhir di tunjukkan.

"Jangan... ampun... jangan!" terdengar suara memilukan dari seorang pria renta dengan bisul-bisul besar. Pria tua itu mengenakan seragam pasien di bangsal korban ramuan. Tak hanya si pria tua, teriakan memohon ampun terdengar dari belasan orang lain dalam bangsal.

Suara keributan dari penonton sidang tidak bisa dibendung saat rentetan adegan pembunuhan terpampang di layar. Namun ingatan tersebut tidak dihentikan sampai pada adegan Yudi yang berteleportasi di samping sosok bertopeng.

"Apa yang kau lakukan?" tuntut Yudi seraya mengedarkan pandang pada tumpukan mayat dan keadaan bangsal perawatan yang porak poranda.

"Tidakkah kau lihat kalau mereka semua memohon untuk mati," terdengar suara Katharina. "Mereka sudah tersiksa lama dan tidak ada jaminan kita bisa menemukan obatnya. Kematian yang cepat adalah apa yang paling mereka butuhkan."

"Dan kau ingin menjebak Katharina dengan ini?"tuntut Yudi.

"Dia bisa lolos dari sidang sebelumnya. Namun tidak dengan ini."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top