27. Kerangka
"Kau mau aku bilang apa pada kedua orang tuamu saat kau berada dalam kondisi sekarat?" Dazt balas bertanya dengan santai setelah Clarine mengomelinya panjang lebar. Dazt sudah tahu gadis itu akan mengamuk begitu ia datang untuk menjenguk, jadi bisa dibilang Dazt sudah mempersiapkan diri.
"Kau seharusnya tidak memberitahu mereka soal kondisiku," protes Clarine.
"Hei, siapa yang mengambil keputusan untuk terbuka kepada orang tuanya?" Dazt balas mencemoo.
"Aku. Aku yang memutuskan terbuka kepada orang tuaku, bukan kau terbuka kepada orang tuaku akan semua hal yang terjadi padaku," tandas Clarine. "Aku yang akan memutuskan mana yang perlu mereka ketahui sekarang dan mana yang nanti. Aku yang mengenal mereka dan itu orang tuaku. Akulah yang seharusnya memberitahu. Bukan kau. Kau pikir siapa dirimu?"
"Inikah yang kau sebut terbuka? Menyimpan rahasia tergelap dan memberikan hanya kulitnya saja? Lalu jika seandainya kemarin kau mati disiksa, apa yang harus ku katakan? Kau ingin aku bilang kalau dirimu sedang dalam perjalanan panjang dan tak akan kembali? Atau bilang aku tidak tahu?" Dazt balas menggunakan nada tinggi. Ia bahkan berjalan mendekati tempat tidur Clarine untuk menekankan intimidasinya. "Salah satu alasan ayahmu tetap mengizinkan dirimu tinggal di sini setelah kau memberitahu mereka kebenarannya adalah karena aku menjanjikan beberapa hal termasuk informasi tentang dirimu. Bukankah sudah kuperingatkan sejak awal kalau akan ada konsekuensi dari keputusanmu. Lagi pula berbohong kepada orang tua bisa kualat."
Clarine menundukkan kepala, tak sanggup membalas tatapan intens dari Dazt. Emosinya benar-benar menguras tenaga, apalagi tubuhnya belum sepenuhnya pulih. Pada akhirnya Clarine hanya bisa mengembuskan nafas berat, sama sekali tidak tahu harus berbuat apa lagi. "Kalau begitu lakukan sesuatu agar ayahku mengizinkanku tinggal di sini lagi. Kau tahu betul betapa berisikonya jika aku tinggal dengan mereka."
"Aku sudah memikirkan solusinya. Namun kau sebaiknya meminum ini dulu." Dazt mengulurkan sebotol ramuan yang hanya dibalas Clarine dengan tatapan menyelidik. "Bagaimana kau akan mendengar ocehan panjangku jika kau nampak bisa pingsan kapan saja? Minumlah! Kecuali kalau kau mau tubuhmu kujamah tanpa izin saat kau menyusahkanku dengan kehilangan kesadaran."
Clarine langsung menyambar botol ramuan dari Dazt dan meneguk beberapa kali.
"Anak baik," gumam Dazt seraya menepuk kepala Clarine dan tertawa. Ia kemudian berdeham sebelum berkata, "Kita mulai dengan beberapa masalah yang perlu kau pertimbangkan. Pertama, situasi di Kota Lango menjadi agak kacau setelah insiden di turnamen. Kedua, kau sudah mengusir Zoenoel dari tugasnya menjagamu, dan pemuda itu sekarang menyibukkan diri dengan urusan lain. Ketiga, kau bisa berteleportasi, jadi percuma mengurungmu dalam kurungan tanpa ramuan anti teleport. Sayangnya, kurungan seperti itu menuntut beberapa ramuan yang mahal bahannya agar bisa dibuka tutup setiap hari. Masalah yang terakhir, aku tidak mau menjagamu sebagai penggati Zoenoel."
"Apa sebenarnya solusi yang kau pikirkan, tak perlu berbelit-belit," sela Clarine.
"Dengarkan saja. Ocehanmu tadi jauh lebih panjang dari ini. Sekarang giliranku. Sampai di mana tadi? ah menjagamu. Menjaga dalam kasus Zoenoel hanya berarti tidur di sampingmu dan semua aman. Sementara dalam kasusku, aku harus terjaga sepanjang malam, mengawasi pergerakan mencurigakan dengan satu-satunya hal yang kulihat adalah seorang gadis. Itu buruk, kau tahu, semacam pencucian otak di mana aku akan melihat wajahmu terlalu sering hingga gambaran sosokmu berpotensi untuk mengganggu alam bawa sadarku. Aku sudah cukup mengalami beberapa gejalah ganguan mental saat menjagamu beberapa waktu lalu. Salah satu contohnya, aku pernah melihat gambaran dirimu muncul di mana-mana seperti hantu. Aku jelas tidak mau hal seperti itu menjadi bertambah parah.
"Jadi jika kau ingin tetap tinggal di pulau ini, pilihanmu hanya ada dua. Kau menghabiskan malam hari di arena duel ini dengan segel Pengunci Gerak membekukan tubuhmu, atau bermalam di tempat jodoh cadanganmu."
Clarine mendengkus. Ia tidak suka mendengar istilah jodoh cadangan yang terdengar sangat menyebalkan.
"Hei jangan memandangku begitu," protes Dazt. "Yang kumaksudkan adalah Krav. Kau ingat pria yang akan melakukan apapun untukmu tanpa bertanya?"
"Krav?" tanya Clarine horor. "Dia tinggal bersama Pak Raizer di dimensi buatan. Kau mengusulkan aku untuk tinggal di dimensi rahasia bersama dua pria?"
"Kalian tidak tidur seranjang Honey. Kau bahkan tidak akan bertemu mereka. Kalaupun mereka berniat buruk, kau lebih dari mampu untuk melawan dua pria tua tidak berbakat. Lagipula ibumu tampak sangat percaya kepada Pak Krav, mungkinkah ibumu tahu kalau pria itu dijo—"
"Kau sudah membicarakan hal ini dengan orang tuaku?" tuntut Clarine.
"Tentu saja. kau tidur begitu lama. Ada banyak keputusan yang bisa didiskusikan selama itu."
"Sejak kapan kau bertindak seperti pengasuhku?"
"Siapa bilang aku pengasuhmu. Aku mungkin sudah dianggap menantu oleh ayahmu."
"Apa maksudmu?"
"Aku sudah memberitahu dengan jelas hukumanmu saat menyerang Queena. Kau tidak boleh putus dengan Zoenoel. Tak peduli apapun yang kau rasakan padanya, Zoenoel tetap harus berada di sisimu saat malam hari. Kalau kau tidak sanggup, maka aku akan menjadi pacarmu."
"Kejadian itu sudah lama dan kau mengukit hukumannya sekarang?" protes Clarine tidak terima.
"Kalau kau tak mau mengikuti rencanaku, kau harus segera kembali kepada pemuda pujaanmu itu."
"Apa kau mengancamku sekarang?"
"Aku memberimu pilihan. Semuanya terserah padamu."
"Kenapa kau begitu sibuk dengan urusan aku dijaga atau tidak? Aku bisa menjaga diriku sendiri."
"Hei jangan salah paham. Kau adalah salah satu sumber uangku. Kalau kau celaka, aku bisa rugi."
***
Clarine benar-benar kesal. Kesal karena orang tuanya mengambil keputusan sepihak. Kesal karena Dazt dengan seenaknya memulai bisnis baru berupa menjual informasi tentang Clarine kepada kedua orang tuanya. Serta kesal kepada dirinya sendiri yang sejak awal tidak sepenuhnya bersikap terbuka seperti yang ia inginkan.
Tak tahan dengan pemikiran-pemikiran menyebalkan di kepalanya, Clarine akhirnya memutuskan untuk mencari kesibukan dengan mengurus Glassina. Ia pun segera melangkah turun dan menghampiri kurungan gadis itu.
"Tumben. Apa kau menggantikan si moster perempuan sialan untuk menyiksaku atau ini hanya kunjungan tamasya? Kau bahkan mengenakan riasan wajah," sindir sosok transparan Glassina sebagai sambutan. Gadis itu sengaja berlama-lama memandang lebam di tubuh Clarine. "Siapa yang begitu pintar meriasmu? Apa si gadis bedebah sialan itu?"
"Beberapa orang percaya kalau ini adalah hasil karya ibumu," balas Clarine.
"Ibuku?" Glassina tertawa begitu hebatnya hingga ia harus memegang perut dan berjongkok. "Ibuku menyakitimu? Oh Mama Katy, bahkan Mama Sisca juga memujamu layaknya kau dewi kayangan. Tidak. Tidak, kau adalah si calon inang potensial." Tawa Glassina berhenti diganti cibiran lengkap dengan ekspresi muak yang kentara. "Ia bahkan bersedia menukarku denganmu, YA, DENGAN MAHKLUK CURANG SEPERTIMU."
Clarine terlonjak kaget dengan perubahan drastis yang terjadi pada emosi Glassina. Walaupun sudah lama mengetahui keadaan Glassina, bukan berarti ia siap setiap saat.
"KAU MENGURAS RATUSAN ORANG SEMENTARA AKU HANYA MENDAPAT SATU TUA BANGKA LEMAH," Glassina melanjutkan amukannya. "BAGAIMANA MUNGKIN KITA BISA DIBANDINGKAN. KAU CURANG. KAU DAN NENEK BEJATMU, CURANG."
Sekali lagi, Glassina kembali tertawa. Tawa gadis itu dengan segera berubah histeris. Kemudian Glassina mulai bergumam pelan. "Dia akan dengan senang hati membunuhku demi menyelamatkanmu. Oh jangan salah, ia hanya sedang bingung siapa anaknya. DIA MENJADI BEGITU BODOH HINGGA BINGUNG SIAPA ANAKNYA. Bahkan mama Sisca juga ikut-ikutan."
Kali ini Glassina tampak sendu dan berjongkok di pojokan. Gadis itu kemudian berbisik-bisik dengan dirinya sendiri. "Setidaknya aku tidak akan menjadi tubuh inang. Ya, aku akan selamat. Sementara dia akan dihantui. Setidaknya tidak akan ada parasit dalam tubuhku. Yah aku bebas."
"Inang?" Clarine tak mengerti maksud Glassina. Namun gadis itu sama sekali tidak mau menggubrisnya.
Begitu merasakan sensasi pembukaan portal, Clarine langsung mengarahkan pandangan ke arah dua orang yang sedang tak ingin di lihatnya dalam kondisi sekarang: Zoenoel dan Queena. Tatapan Zoenoel tampak lekat pada Clarine dan jelas sekali pemuda itu sedang kesal.
Dengan pasrah Clarine melirik sosok transparan Glassina yang memilih bersembunyi di balik tubuhnya seraya berteriak, "Jauhkan dia dariku!"
"Sepertinya kau perlu sedikit menenangkan diri sebelum bicara dengan Clarine. Mungkin kau bisa mencoba cara Valaria, merenung di suatu tempat, atau seperti Dazt yang membanting sesuatu." Terdengar usulan Queena sebelum sosok Zoenoel menghilang di balik portal.
***
Perkataan Queena berngiang di kepala Clarine bersamaan dengan ekpresi teramat murka Zoenoel. Pada akhirnya, Clarine menyelinap keluar dari Arena Duel dan segera berteleportasi ke Danau Ly.
Sayangnya, harapan Clarine untuk bertemu Zoenoel tidak kesampaian. Beberapa kali ia berteleportasi di sekitar danau, tetapi tak menemukan keberadaan Zoenoel.
Clarine nyaris berteleportasi pulang saat terdengar suara benturan memekakan telinga. Cukup jauh dari Clarine, terlihat dua sosok kecil yang sedang berselisih. Salah satunya sedang menyerang sementara yang lain bersembunyi di dalam lindungan segel.
"Kau wanita gila!" Terdengar suara Zoenoel membentak. "Bagaimana mungkin kau menyerangnya sampai begitu rupa?"
Clarine merasakan ada sensasi tanda segel besar diaktifkan, detik selanjutnya beberapa ledakan beruntun terjadi. Ratusan liter air danau terlempar ke berbagai arah. Lumpur, lumut bahkan satu ikan kecil ikut bersarang di tubuh Clarine. Namun Katharina tampak masih berdiri kokoh dalam lindungan segel.
Serangan masih berlanjut. Bola-bola api ikut meramaikan suasana dan menghancurkan beberapa baris pepohonan yang menjadi saksi bisu terdekat.
Agar bisa bertahan di tempatnya, Clarine juga diharuskan membuat segel perlindungan untuk mencegah serpihan pepohonan, gumpalan tanah atau berbagai hal lainnya menimpa tubuhnya.
"Tenanglah," seruan keras dari Katharina menggema dan serangan pun berhenti.
Clarine bisa melihat sosok Zoenoel yang tampak tertekan
"Berhentilah menyerukan perintah-perintah di kepalaku," protes Zoenoel.
Clarine nyaris bergerak untuk menghampiri kedua sosok itu. Namun Satuan Manguni mulai bermunculan dari portal. Dengan berat hati, Clarine berteleportasi pergi.
***
Clarine berjalan hilir mudik di depan portal. Setelah mengabari teman-temannya, ternyata tidak ada yang mengetahui tindakan Zoenoel hari ini. Tidak ada yang merencanakan penyerangan atau aksi apapun. Mereka semua pun langsung sibuk mencari informasi, sementara Clarine tinggal di markas.
Kondisi kesehatan Clarine memang belum sepenuhnya pulih, ia pun dilarang menyelinap keluar. Jadi Clarine hanya bisa menunggu teman-temannya. Clarine sudah bisa menebak bahwa berita yang akan didengarnya tidak baik, jadi dirinya tidak begitu heran saat melihat wajah suram Maery yang datang diantar Ryn.
"Katharina berkata bahwa perselisihannya dengan Zoenoel adalah masalah ibu dan anak. Zoenoel masih bungkam sampai sekarang." Maery langsung memberikan penjelasan seraya mendudukan dirinya di samping Clarine.
"Masalahnya Yudi menemukan potongan kerangka manusia saat membereskan tempat kejadian," sambung Ryn dengan heboh. "Sialnya lagi, Telly menyatakan kecurigaannya akan identitas si kerangka sebagai Eucharistia yang selama beberapa hari menghilang tanpa kabar. Eucharistia benar-benar tamat."
"Drina dan yang lain pergi memeriksa makam Eucharistia dan mereka menemukan peti di dalamnya sudah kosong." Maery menambahkan. "Di sisi lain, Tim Manguni sedang melakukan tes terhadap tulang berulang yang ditemukan di danau. Jika benar itu tulang Eucharistia, masalah ini akan semakin runyam. Bagaimana kita akan menjelaskan waktu kematian Eucharistia. Kerangka itu akan menunjukkan kalau ia sudah mati bertahun-tahun lalu."
"Aneh," gumam Clarine. "Kira-kira siapa yang melakukan ini? yang tahu soal penyamaranku hanya beberapa orang saja. Termasuk Katharina, tetapi dia selama ini terus melindungi identitas Eucharistia. Tidak mungkin dia ..."
"Tentu saja mungkin," tandas Ryn. "Katharina pasti sudah merencanakan ini dari awal. Menghempaskan seseorang setelah melambungkannya jauh ke atas jelas akan memberikan dampak yang lebih luar biasa dibanding langsung menyandung seseorang. Sebelum kau mulai mengarang cerita tak masuk akal dengan melibatkan Queena dalam masalah ini, aku memperingatkanmu untuk tidak melakukannya. Kutegaskan bahwa Queena tidak mengetahui soal identitas gandamu, jadi tolong jangan mulai berspekulasi di atas dasar ketidaksukaanmu."
***
Setelah semua yang terjadi, Clarine tidak sanggup lagi berargumen dengan semua orang yang memintanya mengungsi ke luar pulau. Clarine nyaris dijemput kedua orang tuanya tepat sehari setelah kasus perkelahian Zoenoel dan Katharina. Jika bukan karena bujukan Valaria, Maery dan Dazt, Clarine dipastikan sudah tidak lagi bersekolah di pulau ini.
Namun demikian, Clarine kini dilarang ikut campur dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan Kaum Berbakat. Ia bahkan tidak boleh menerima informasi yang berhubungan dengan Kaum Berbakat. Pengecualian hanya dilakukan saat Clarine masuk dan keluar dari kurungan malamnya.
Setiap jam 9 malam dan 5 pagi, Clarine diharuskan berteleportasi dan membuka portal berwaktu yang dibuat di rumah Pak Razor. Untuk melakukan hal tersebut, Clarine perlu mempersiapkan mentalnya, atau ia tidak akan bisa beristirahat sama sekali seperti yang terjadi pada beberapa malam awal. Masalahnya, rumah yang menjadi kurungan Clarine setiap malam adalah sebuah rumah di tepi pantai dan juga dipenuhi dengan ornamen berinisial ZZ.
Siapa sangka rumah yang disiapkan untuk Zevania dan Zoenoel berada dalam dimensi buatan yang sama dengan kediaman Pak Razor. Clarine juga sama sekali tidak tahu apa yang dipikirkan Dazt saat memilih tempat itu sebagai tempat bermalam untuknya.
Clarine ingat sekali pada hari pertama, dirinya tidak bisa menahan diri untuk mencari portal penghubung ke kamar Zoenoel. Clarine sempat mengira Dazt mengerjainya dengan membuat rumah duplikat, tetapi Clarine kemudian mendapati dirinya benar-benar menembus portal ke kamar Zoenoel.
Sayangnya sampai saat ini, Clarine sama sekali tidak bertemu dengan Zoenoel. Ia juga tidak bertemu dengan Pak Razor, Pak Krav dan Dazt. Dirinya bernar-benar diisolasi dari Kaum Berbakat.
"Valaria?" seru Clarine tidak percaya saat mendapati gadis itu berada di ruang tamu. Jika mengingat pertemuan terakhir mereka, Clarine sama sekali tidak menyangka akan menemukan gadis itu tengah duduk menunggunya.
"Hai Clarine." Valaria nampak canggung. "Bagaimana kabarmu?"
"Aku baik-baik saja." Clarine mengambil tempat duduk di depan Valaria. "Bagaimana denganmu?"
"Aku baik. Er—aku ingin meminta maaf soal tingkahku akhir-akhir ini. Aku tak seharusnya bersikap buruk padamu apalagi sampai menyerangmu. Aku benar-benar minta maaf."
"Aku juga salah. Jika aku tidak bersikeras mencari, ayahmu pasti ...."
"Kau panik saat itu. Aku bisa mengerti. Hanya saja, aku butuh waktu untuk berhenti menyalahkanmu. Karena itu, aku ... kurasa kita tidak bisa sedekat sebelumnya untuk sementara."
"Ya." Clarine berdeham canggung.
"Hari ini hasil penyelidikan kerangka yang ditemukan di danau Ly sudah keluar," ujar Valaria mengubah pembicaraan.
"Valaria, aku tidak seharusnya mendengar berita apapun yang menyangkut urusan Kaum Berbakat." Clarine mengingatkan.
"Aku tahu, tetapi ini juga menyangkut keselamatanmu," bujuk Valaria "Selain terbukti sebagai kerangka Eucharistia melalui pencocokan DNA dengan Pak Razor, hasil penyelidikan juga menunjukkan waktu kematian terjadi jauh sebelum kemunculan sosok Eucharistia di akademi. Semua warga telah tahu bawa sosok Eucharistia yang mereka kenal selama ini adalah palsu. Karena itu aku khawatir jika Katharina membongkar identitasmu saat sidang nanti."
"Terima kasih sudah mengkhawatirkanku dan datang memberitahuku tentang masalah ini. Terima kasih juga karena kau pernah mencoba membujuk orang tuaku agar tidak memindahkanku ke luar pulau. Ibuku bilang kau sampai memohon padanya."
"Aku tidak bermaksud untuk ... Maery bilang kau tidak ingin pindah. Jadi aku hanya ingin coba membantu."
Clarine tersenyum. "Soal Zo—"
"Aku sudah menjaga jarak darinya," potong Valaria cepat.
Clarine mengembuskan nafas untuk meyakinkan tekadnya sekali lagi. "Aku ingin memintamu menjaganya."
"Apa maksudmu?" tuntut Valaria.
"Zoenoel tidak pernah berkata kalau dia menyukaiku. Zoenoel hanya bilang bahwa dirinya pernah ingin melenyapkanku." Senyuman Clarine agak berubah miris saat ia mengenang ucapan Zoenoel. "Dia dekat denganku karena ada segel yang mengikat kami berdua. Bukankah ini sedikit curang untukmu? Kita berdua seharusnya bersaing dengan sehat. Jadi, kau mungkin harus mencoba segel Mawakes Jiwa padanya agar posisi kita adil."
"Apa yang sedang kau bicarakan? Aku tidak akan melakukan hal seperti itu," tukas Valaria.
"Kalau begitu, bisakah kau berada di sisinya untuk saat ini dan jangan mendekati Katharina maupun Glassina?"
"Kenapa bukan kau yang mendampinginya?"
"Keberadaanku hanya akan menyusahkan Zoenoel. Baginya apa yang disukai Katharina adalah hal yang akan dibencinya. Katharina menyukaiku, sementara Zoenoel diikat dengan segel padaku. Aku tahu bahwa setiap melihatku, Zoenoel merasakan dilema untuk memeluk atau menikamku."
"Kau hanya perlu membuat Katharina tidak menyukaimu," usul Valaria.
"Ya, seharusnya semudah itu. Hanya saja, aku tidak bisa, dan aku juga punya dilemaku sendiri."
"Kau meragukan perasaanmu kepada Zoenoel?"
"Aku meragukan perasaannya padaku."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top