10. Pakarnya Sensasi
Pementasan tarian Touwangker dimulai dengan munculnya empat pemuda yang mengenakan jubah hitam bertudung di antara kerumunan. Mereka muncul di empat penjuru yang berbeda dan berjalan dengan arogan menuju sebuah lingkaran yang sudah disediakan sebagai tempat pentas.
Keempat pemuda tersebut kemudian berdiri saling membelakangi dan melakukan beberapa gerakan tarian. Saat mereka melepaskan jubah masing-masing dan menghempaskannya dengan gerakan tegas. Seketika sorakan bergemuruh.
Berbeda dengan Kaum Berbakat lainnya, topeng yang digunakan para penari tidak menutupi seluruh bagian wajah. Topeng mereka hanya menutupi area mata saja sehingga garis-garis wajah para penari tidak tertutup dengan sempurna.
Penampilan para penari pria juga didukung oleh setelan formal berwarna hitam mengkilat dengan tekstur seperti permukaan batu permata yang dipotong kasar. Setelan itu dihiasi oleh garis-garis halus berwarna tosca sehingga memunculkan kesan berkarisma, elegan dan tegas.
Eucharistia pun ikut terpaku menatap para penari. Pesona dingin milik Zoenoel semakin terpancar, berbaur dengan kesan maskulin dan elegan. Bahkan Dazt juga tampak memukau dengan senyuman setengahnya.
Namun bukan Dazt namanya jika pemuda itu tidak membuat sensasi. Dazt dengan sengaja melempar topeng di wajahnya kemudian mengerling dan mengedip serta melakukan aksi tebar pesona lainnya.
"DAZT." Seruan membahana dari para gadis nyaris membuat telinga Eucharistia sakit. Teriakan-teriakan itu semakin heboh saat para penari pria bergerak untuk menjemput paksa para pasangan mereka masing-masing yang berbaur dengan para penonton.
Saat Zoenoel menarik Valaria bergabung dalam tarian, Clarine merasa perasaannya kembali bercampur aduk. Perasaan Clarine semakin kacau saat Dazt membuat masalah lain malam itu.
Bukannya mengajak Queena dalam tarian, Dazt justru menarik tangan Eucharistia.
"Apa yang kau lakukan Dazt?" tuntut Eucharistia dalam bisikan. Ia terpaksa mengikuti gerakan tarian yang selama ini dilihatnya, karena takut akan menghancurkan pementasan.
"Aku sedang menari denganmu Honey," Dazt balas berbisik, "dan harus kuakui, kau melakukannya dengan baik."
"Apa penglihatanmu bermasalah? Kau harusnya menarik Queena."
"Sudah kubilang dia tidak boleh tampil mencolok, ia harusnya sudah mati."
"Dia dalam penyamaran dan dia sudah berlatih tarian ini denganmu." Eucharistia menekankan semua suku kata dalam kalimatnya.
"Aku tidak pernah setuju. Belum lagi, jika ia tampil, orang-orang akan bertanya-tanya siapa dirinya."
"Bukannya kau pintar mencari alasan?"
"Terima kasih atas pujiannya Honey, tetapi tidak terima kasih."
"Ma—"
Tiba-tiba saja badan Eucharistia diangkat tinggi. Ia tidak sempat melanjutkan perkataannya.
"Queena sama sekali tidak bisa menghayati peran si gadis yang jual mahal." Lanjut Dazt dalam bisikan, begitu ia kembali menangkap tubuh Eucharistia. "Di sisi lain, kau benar-benar menghayatinya."
Eucharistia memilih diam. Berharap pementasan segera berakhir, karena ia jelas tidak bisa berbuat apa-apa saat ini, selain menari.
Masalahnya, Dazt sekali lagi berulah. Pada bagian tarian yang mengharuskan mereka menampilkan ciuman pura-pura, Dazt tiba-tiba berbisik, "Kali ini akan kubiarkan kau mengingat ciumanku." Ia pun benar-benar mencium Eucharistia.
Ciuman itu hanya mendarat di pipi. Namun, tetap saja Eucharistia terpaku, ia terlalu terkejut dengan tindakan gila Dazt. Ditambah lagi, keadaan tidak memungkinkan dirinya untuk bergerak menjauh. Seluruh pasang mata sedang tertuju pada lapisan elemen yang melingkari mereka, sedikit saja Eucharistia melakukan gerakan yang tidak ada dalam tarian maka mereka akan tahu bahwa ada yang salah. Itu tidak boleh terjadi, apalagi jika mereka tahu apa yang dilakukan Dazt.
Tidak ada yang boleh tahu, terutama Zoenoel.
***
Seusai pementasan, Eucharistia tidak bisa langsung mengamuki Dazt karena ia dan para menteri lain harus sudah berada di atas panggung. Pak Walikota didampingi oleh Katharina akan segera menggumumkan tentang Kaum Berbakat.
Pikiran Eucharistia tidak tenang. Ia sama sekali tidak bisa fokus mendengar pidato Pak Walikota. Eucharistia baru tersadar kalau pidato itu sudah selesai, saat terjadi keributan.
Seperti yang sudah diprediksi, pengumuman tentang keberadaan Kaum Berbakat menuai berbagai respons berbeda. Apalagi di saat yang bersamaan dengan pidato Pak Walikota, muncul beberapa orang bertopeng yang mendekati setiap warga nonberbakat.
Itu adalah ide Valaria, ia meminta seluruh Kaum Berbakat mendekati keluarga terdekat mereka masing-masing. Sehingga, saat pengungkapan keberadaan Kaum Berbakat, setiap Kaum Berbakat bisa membantu anggota keluarganya untuk menerima kenyataan yang ada.
Rencana Valaria tampak sangat membantu. Berbagai jenis jeritan kaget sempat terdengar, tetapi suasana dengan cepat mereda dan diganti dengan dengung percakapan. Hanya beberapa orang saja yang tetap histeris, ataupun menangis ketakutan.
Seakan ingin meramaikan suasana, hujan yang dikatakan Ezer pun datang. Butiran-butiran besar air langsung menyerang setiap orang di sana.
Eucharistia segera memberikan kode kepada teman-temannya agar berkumpul.
Sesuai permintaan Ryn, jika hujan turun saat mereka tidak sedang mementaskan tarian, beberapa anggota penari ditambah Eucharistia, harus mengambil posisi di tengah kerumunan dan menarikan beberapa gerakan sambil menggambar segel Hujan Bintang.
Itulah yang mereka lakukan sekarang.
Beberapa orang yang awalnya berusaha mencari tempat perteduhan, berhenti dan memandang mereka penasaran, mengira ada pertunjukan yang lain.
Nyatanya memang ada pertunjukan lain. Begitu segel diaktifkan, sebuah perisai keunguan terbentang dan melingkupi seluruh area festival. Titik-titik hujan yang membentur perisai langsung berubah menjadi percikan-percikan bunga api yang memantul dan berjatuhan dalam bentuk butiran bercahaya.
Butir-butir cahaya itu kemudian turun layaknya hujan yang langsung pecah menjadi serpihan kecil dan menghilang saat menyentuh suatu permukaan benda.
Bukan hanya Kaum Nonberbakat, bahkan Kaum Berbakat terpaku menyaksikan pemandangan yang tak pernah mereka lihat sebelumnya.
"Anda benar-benar hebat ibu Eucharistia." Puji Telly saat Eucharistia kembali bergabung bersama para menteri.
"Perisai yang Anda buat bersama anak-anak itu sangat indah, apa Anda adalah seorang perancang segel?"
Belum sempat Eucharistia memikirkan jawaban yang tepat atas pertanyaan itu, seorang menteri lain sudah menyambung. "Saya sudah menduga Anda adalah perancang segel. Anda bisa berteleportasi tanpa terlihat menggambar segel. Anda pasti membuat segel baru yang lebih simpel, bukan?"
"Ya itu benar," seru menteri lainnya, sebelum Eucharistia sempat membantah.
"Yah, saya juga tidak menyangka, ternyata Anda sangat pandai menari. Ekspresi Anda begitu hidup. Anda benar-benar hebat."
"Anda juga sangat hebat dalam merencanakan sebuah acara. Saya sudah mendengar bahwa acara ini adalah ide Anda," sambung menteri lainnya lagi.
"Maaf, Anda sekalian salah paham, ini—" Eucharistia berusaha meluruskan, tetapi untuk kesekian kalinya, orang-orang di sekitarnya tidak memberikan Eucharistia kesempatan bicara.
"Tidak perlu sungkan. Ide Anda soal perpustakaan umum itu juga sangat menarik."
"Ah nona Valaria, mari ikut bergabung." Salah satu menteri berseru memanggil. "Saya tidak melihat Valerius sepanjang minggu ini, apa beliau sakit?"
"Ayah saya baik-baik saja," jawab Valaria yang terpaksa berhenti dan bergabung bersama mereka. "Beliau hanya sedikit disibukan dengan urusan pekerjaannya."
"Benarkah? Aku sempat cemas. Dengan peraturan baru tentang kemunculan Kaum Berbakat, ayahmu adalah pihak yang paling dirugikan. Beliau sudah tidak bisa menjalankan pertunjukan sulapnya lagi. Orang-orang akan tahu bahwa itu bukan sulap, melainkan penggunaan bakat."
"Ya, setidaknya tidak di daerah ini," sambung seorang menteri lainnya. "Kaum Berbakat belum menyatakan keberadaannya di luar daerah, jadi Valerius masih bisa menjalankan bisnisnya di sana, bukan begitu?"
"Ya," jawab Valaria. "Maaf, saya permisi sebentar."
Valaria pun berjalan menjauh.
"Saya juga mohon undur diri," pamit Eucharistia sebelum mengejar Valaria.
Jika saja Eucharistia tidak bisa berteleportasi, pasti akan sulit baginya untuk mengejar langkah cepat Valaria. Apalagi dengan serangkaian gerombolan orang yang nampak ingin menyapa sosok Eucharistia. Karena itu, saat melihat Valaria sudah berada di tempat yang cukup sepi, Eucharistia segera berteleportasi ke samping gadis itu.
"Maaf Valaria, aku—"
"Ide itu memang milikmu Clarine, kau layak mendapatkan pujian," potong Valaria, bahkan sebelum Clarine mengatakan hal apa yang membuatnya minta maaf.
"Tetapi kau yang mewujudkannya. Apa gunanya ide yang tidak diwujudkan? Kau lebih layak mendapat semua pujian itu," tukas Eucharistia.
"Akhirnya kalian terpisah dari kawanan makhluk tua itu." Ryn datang menghamipiri Valaria dan Eucharistia dengan setengah menggerutu. "Aku ingin bilang kalau kalian sangat luar biasa tadi. Benar-benar beruntung kau tahu gerakan tariannya Clarine. Kalau tidak, sudah kucincang manusia kampret pembuat onar itu. Membuatku jantungan saja."
Clarine masih memikirkan respons yang sesuai ketika Valaria tiba-tiba menyapa seseorang yang berjalan lewat. "Hei, Lionel."
Mendengar nama itu, Ryn segera berbalik untuk melihat langsung orang yang disapa Valaria.
"Selamat malam." Lionel balas menyapa formal ke arah Valaria dan Eucharistia. "Hai, kita bertemu lagi Ryn."
"Lionel?" seru Ryn masih tak percaya.
"Senang kau ingat siapa aku," ujar Lionel.
"Harusnya aku yang berkata seperti itu." Ryn nampak tersipu.
Lionel kembali tersenyum lebar. "Kau benar-benar mengagumkan saat pementasan tadi. Maukah kau mengajariku dan teman-temanku di Element?"
"Tentu saja," pekik Ryn. "Maksudku, itu adalah suatu kehormatan."
"Bagus sekali, tetapi sepertinya nanti aku akan membutuhkan latihan privat denganmu. Aku adalah pelajar yang lambat."
"Privat?" mata Ryn melotot dengan ekspresi terkejut berlebihan.
"Yah hanya kau dan aku, bagaimana?"
Eucharistia terlalu memperhatikan Ryn dan Lionel hingga ia tidak sadar kalau Valaria sudah tidak ada di sampingnya. Lionel dan Ryn sendiri terlalu sibuk dengan percakapan mereka sehingga tidak menyadari kepergian Valaria. Eucharistia bahkan ragu kedua insan itu masih menyadari keberadaannya.
Tiba-tiba saja seseorang menyolek pundak Eucharistia. Saat ia melihat siapa yang melakukanya, keinginan Eucharistia untuk segera mencari Valaria segera terlupakan. Saat ini Eucharistia perlu membuat perhitungan dengan orang yang sementara memberinya kode untuk berjalan mengikuti, Dazt.
Tanpa mengganggu perbincangan Ryn dan Lionel, Clarine melangkah pergi menyusul Dazt. Namun, sebelum Clarine bisa membarengi langkah Dazt, seseorang sudah mendahului.
"Apa yang kau rencanakan Dazt?" Sosok Queena dengan cepat menyusul mereka dan berdiri menghalangi jalan. "Apa maksudmu dengan menarik nenek ini dalam tarian? Lebih hebatnya lagi, dia tahu gerakannya. Lelucon macam apa ini?"
Dazt hanya mengangkat bahu sekilas sebelum memberi isyarat formal kepada Eucharistia agar lanjut berjalan dan mengabaikan Queena.
"Tunggu." Dengan sigap, Queena menghalangi jalan mereka lagi. "Kau tidak bisa melakukan hal itu dengan seenaknya."
"Aku bisa, dan aku sudah melakukannya," tegas Dazt seraya tersenyum manis.
"Dazt—"
"Aku tidak ingin menari denganmu. Lagi pula kau tidak punya identitas. Kau seharusnya sudah mati, dan kau harusnya tetap begitu." Meski kata-katanya terkesan menghina, Dazt justru menggunakan intonasi lembut lengkap dengan senyuman.
"Aku punya identitas baru," jerit Queena emosi. "Ingat Dazt, aku belum mati dan aku akan tetap bersikap seperti itu."
"Terserah padamu," jawab Dazt tidak peduli. Sekali lagi, ia membentangkan tangan kanannya untuk mempersilahkan Eucharistia berjalan. "Mari kita pergi."
Setelah berada cukup jauh dari Queena, Eucharistia berniat membuka mulutnya untuk protes. Namun sekali lagi, mereka kembali dicegat oleh seseorang. Kali ini Drina yang datang bergabung dan memberikan tatapan menusuk ke arah Dazt.
Jelas sekali Dazt membuat masalah dengan banyak gadis hanya dengan mengajak Eucharistia menari.
"Apa maksudmu mendekati Clarine?" tuntut Drina. "Jika kau menjadikannya tameng agar Queena tidak mendekatimu, cari orang lain saja."
"Seperti yang kau katakan, aku memang menjadikannya tameng." Dazt tidak mengelak, ia justru tersenyum seakan Drina sedang memujinya. "Karena aku tahu Clarine tidak akan menyukaiku."
Drina terdiam.
"Dia punya pangeran pujaannya sendiri," Dazt melanjutkan, "Jadi, walaupun aku menggodanya, dia tidak akan tertarik padaku. Ditambah lagi, reaksinya menarik, sehingga ia menjadi tameng sekaligus hiburan yang sempurna."
"Kau tidak merasa bersalah dengan menggoda pacar teman sendiri?" sindir Drina.
"Aku justru sedang membantu mereka. Zoenoel butuh sedikit dorongan agar ia lebih mengekspresikan perasaannya, dan aku membantunya dalam hal itu."
"Kau menyebut semua ini dorongan?" tuntut Drina heran.
"Tunggu saja, dan perhatikan apa yang akan dilakukan Zoenoel setelah ini." Dazt memasang senyum dan tidak menjelaskan lebih jauh.
Namun perkataan Dazt sudah terlanjur membuat pikiran Clarine sibuk, ia bahkan melupakan rencananya untuk mengomeli pemuda itu. Apalagi, sepanjang sisa acara festival malam itu, Clarine sama sekali tidak bertemu dengan Zoenoel.
***
"Apa yang kau pikirkan?" tanya Zoenoel seraya memanjat naik ke tempat tidur Clarine.
"Ah ... tidak ada," jawab Clarine. Padahal entah sudah berapa jam berlalu sejak ia pulang dari festival dan berbaring diam, tidak bisa tidur.
"Kau memikirkan Dazt?"
"Dazt? Kenapa aku harus memikirkannya?"
Zoenoel tidak menjawab, ia justru memeluk Clarine dan memejamkan mata.
Namun pada kenyataannya, Clarine memang memikirkan Dazt. Perbuatan Dazt terus menghantui dirinya, sementara perkataan pemuda itu masih saja terngiang di kepalanya.
"Aku ingin bertemu dengan kedua orang tuamu. Bisakah kita makan malam bersama?" Pertanyaan tiba-tiba Zoenoel sontak membuyarkan pikiran Clarine.
Clarine ingin mengatakan sesuatu, tetapi kalimatnya langsung menghilang di udara saat Zoenoel melanjutkan, "Setelah itu aku akan mengajakmu ke rumah."
Sebelum Clarine sempat berbalik untuk melihat apakah Zoenoel sedang sakit atau sejenisnya, pemuda itu sudah mengencangkan pelukan dan berbisik, "Tidurlah."
Clarine tentu saja tidak bisa tidur. Semakin banyak pikiran bersarang di kepalanya. Terutama satu pertanyaan besar, inikah maksud Dazt dengan apa yang bisa dilakukan Zoenoel? Membawa hubungan mereka ke tingkat yang lebih serius?
***
Zoenoel ternyata tidak bercanda. Pemuda itu benar-benar langsung merealisasikan niatnya. Pada minggu malam, dengan begitu tenangnya Zoenoel datang bertamu. Untung saja kedua orang tua Clarine sama sekali tidak bertanya hal-hal aneh. Grifalen dan Deslia justru menyambut Zoenoel dengan terbuka. Fakta bahwa Fransisca dan Agnes cukup dekat membuat pembicaraan tentang keluarga memenuhi sebagian besar percakapan, selain tentu saja, soal Kaum Berbakat.
Karena ketidakhadiran keluarga Clarine saat pengumuman di puncak acara festival, tadi pagi seseorang dari kementerian Hubungan Masyarakat datang untuk menjelaskan apa yang perlu mereka ketahui. Sejak kedatangan utusan itu, kedua orang tua Clarine tak henti-hentinya membicarakan tentang apapun yang berhubungan dengan Kaum Berbakat. Apalagi setelah tahu bahwa Zoenoel adalah bagian dari Kaum Berbakat.
Pembicaraan tentang Kaum Berbakat tampaknya menjadi hal yang lebih penting dari apapun, bahkan sepanjang pembicaraan, tidak pernah sekalipun status hubungan Zoenoel dan Clarine dipertanyakan. Seakan itu semua sudah jelas tanpa Zoenoel mengatakan sesuatu yang berhubungan dengan kekasih atau sesuatu semacam itu.
Sayangnya, ini tidak begitu jelas bagi Clarine. Ia bahagia tentu saja, acara malam ini sungguh menguatkan hubungan mereka ke langkah yang lebih serius. Namun tak adanya pengakuan Zoenoel sebagai kekasihnya, atau acara Zoenoel meminta izin kepada kedua orang tuanya, atau bahkan pernyataan dari Grifalen dan Deslia yang memercayakan Clarine kepada Zoenoel, terasa mengganjal untuk Clarine.
Clarine sadar hal-hal seperti itu terdengar konyol. Namun, entah kenapa ia merasa ada sesuatu yang kurang tepat.
Dengan frustasi, Clarine mengusir pikiran-pikiran aneh di kepalanya dan berusaha berpikir positif. Namun, perasaan aneh dan pikiran-pikiran tak masuk akal yang sama muncul lagi ketika giliran Zoenoel membawa Clarine ke kediaman keluarga Woranz.
Awalnya Clarine tidak memiliki pemikiran buruk. Apalagi saat memasuki area rumah keluarga Woranz, Clarine sempat tersentak kaget dengan sensasi yang ditimbulkan oleh perlindungan rumah itu. Sensasinya benar-benar kuat, nyaris menyerupai sengatan listrik di kulit Clarine.
"Ada apa?" tanya Zoenoel bingung.
Belum sempat Clarine menjelaskan kepada Zoenoel, sosok Katharina tiba-tiba keluar dari rumah. "Clarine?" seru Katharina penuh semangat. "Aku selalu bertanya-tanya kapan Zoenoel akan membawamu ke rumah. Mari masuk."
Sekali lagi, Clarine tidak punya kesempatan untuk mengucapkan sesuatu. Ia masih memikirkan apa yang harus ia katakan kepada Katharina, saat Zoenoel menariknya masuk.
"Jangan sungkan, anggap rumah sendiri," seru Katharina saat mereka berjalan melewatinya.
Namun Zoenoel tetap tidak memberi kesempatan bagi Clarine untuk bicara, ia terus saja menarik Clarine dengan cepat menaiki tangga.
Clarine tahu ini tidak sopan, tetapi mau tak mau Clarine harus mengalihkan pandangannya dari Katharina ke barisan anak tangga di depan. Clarine jelas tidak mau tersandung jatuh.
Zoenoel melepaskan tangan Clarine saat mereka akhirnya berada di balkon lantai dua.
Selama beberapa menit, Clarine sibuk mengatur nafas dan meluruskan kakinya. Sementara itu, Zoenoel duduk dalam diam, pandangannya menerawang jauh ke arah pepohonan. Sama sekali tidak ada pembicaraan, dan jelas sekali, Zoenoel tidak berniat untuk mengenalkan Clarine kepada siapapun di rumah itu.
"Apa yang membuatmu ingin bertemu kedua orang tuaku dan mengajakku ke sini?" tanya Clarine akhirnya. Ia tidak sanggup lagi menahan rasa penasaran dengan tingkah aneh Zoenoel.
"Kau akan tahu besok. Sebentar lagi hujan, sebaiknya kuantar kau pulang." Zoenoel bangkit dari duduknya dan berajak pergi. Ia menolak memberi penjelasan lebih.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top