2 7 🌿 ENDING

Author Pov

4 bulan kemudian

Disinilah Sarawat saat ini. Terduduk sambil memandang makam yang tak bisa lepas dari pandangnya. Sesuatu yang ia tunggu selama ini pergi meninggalkannya.

"Ai Wat, sampai kapan kau akan terus menangis seperti ini?" Ucap Dim sambil menepuk-nepuk pelan pundak Sarawat.

Sarawat menghapus air matanya, "aku menunggunya lebih dari dua bulan, tetapi dia tidak mau bertemu denganku dan bahkan meninggalkanku" katanya.

"Apa kau tidak tau aku telah menantinya begitu lama agar aku bisa melihatnya?" Kesalnya lagi.

"Ai Wat! Aku pun juga sama denganmu, tetapi jangan karena hal sepele ini kau menjadi seperti ini! Aku bahkan tidak pernah melihat sisimu yang seperti ini" ejek Dim padanya.

Drrrttt~drrrttt~

Merasa ponselnya berdering, Sarawat dengan segera menekan tombol hijau dilayarnya.

"Oih Wat! Berapa lama lagi kau disana?"

"Sebentar lagi" balasnya.

"Cepat kembali dan pulang!"

"Baiklah" balasnya lalu menutup sambungan telponnya.

"Ah, akhirnya kau berdiri juga. Begitu lama kau terus melihat makamnya membuatku ikut merasakan lelah" kata Dim.

"Ao? Dimana Green?" Tanya Sarawat.

Dim menunjuk mobilnya, "sudah masuk di dalam mobil, begitu saja kau tidak menyadari" katanya.

"Bagaimana? Sudah ikhlas dia pergi?" Tanya Dim.

Sarawat mengangguk, "meskipun belum ikhlas sepenuhnya, tapi aku tidak ingin berlarut sedih karenanya" katanya.

"Terserah kau saja, cepat kembali! Aku bahkan meminta bantuan Ohm untuk melihat alat musik yang datang hari ini" kata Dim lalu Sarawat mengangguk.

Belum lama mereka berjalan, Sarawat sudah berhenti kembali membuat Dim menghela nafasnya kasar, "ai Wat!" Kesalnya.

"Ao Phi, aku belum bisa mengikhlaskannya!" Kata Sarawat.

"Ya! Berapa lama lagi kau menangisi bayi kucing itu!"

Sarawat terkejut karena mendengar teriakan itu, "ao Tine?"

"Kau urus kekasihmu, aku akan pulang!" Ucap Dim pada Tine lalu pergi meninggalkan mereka berdua.

"Ai Wat! Kau tidak tau betapa panasnya siang hari ini? Hanya karena menunggumu mengubur bayi kucing itu, kulitku sudah memerah!" Kesal Tine.

"Lagipula kucingmu melahirkan lima bayi, mati satu pun tinggal empat bayi dan kau bisa membaginya secara impas dengan Phi Dim!" Kesalnya lagi.

"Ao? Aku hanya sedih karena tidak bisa memberimu banyak bayi kucing" kata Sarawat.

"Kita masih memiliki dua bayi kucing, Wat! Kepalaku sungguh pusing" keluh Tine.

Sarawat yang khawatir langsung memegang lengan Tine, "kau tidak apa? Apa itu kambuh?" Tanyanya.

Tine menggelengkan kepalanya, "jangan sampai aku kembali masuk rumah sakit hanya karena mengubur bayi kucing itu" katanya.

"Ah ah baiklah kita pulang" kata Sarawat lalu menuntun Tine masuk kedalam mobilnya.

Sarawat menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang. Tine melihat Sarawat lalu sedikit tertawa kecil yang membuat Sarawat bingung.

"Ada apa?" Tanyanya.

Tine menggeleng, "setiap melihatmu menangis, aku selalu mengingat saat di rumah sakit" katanya sambil tertawa.

"Aku tidak menyangka kau akan mengira kalau aku sudah tidak bisa di selamatkan, padahal itu hanyalah reaksi tubuhku" kata Tine lagi.

Flashback On

Ohm membuka ponselnya dan langsung menghubungi orangtua Tine. Setelah itu baru ia menghubungi Sarawat.

"Ai Wat!! Cepat kemari! Tine kembali kritis!" Teriaknya di ponselnya.

Tak lama setelah ia menutup ponselnya, dokter yang memeriksa Tine keluar dari ruangannya dengan wajah yang tenang.

"Bagaimana keadaan temanku, dokter?" Tanya Ohm khawatir.

Dokter itu tersenyum, "hanya sebuah reaksi, keadaannya sudah membaik, mungkin bisa di prediksi jika pasien akan segera sadar. Tetapi kembali lagi kepada diri pasien" jelasnya yang membuat Ohm bernafas lega.

"Untuk sementara pasien akan kami pindahkan ke ruang khusus supaya mendapat perawatan yang cukup" lanjut dokter tersebut.

Tak lama kemudian beberapa perawat mendorong ranjang Tine untuk pindah ruangan. Tak lupa juga ia mengabari orang tua Tine jika anak mereka sudah bisa dibilang baik-baik saja dan itu hanya sebuah reflek atau reaksi tubuhnya.

"Ao? Baterai ponselku habis?" Gumamnya saat melihat layar ponselnya yang tiba-tiba menghitam.

Tidak peduli dengan ponselnya, ia lebih memilih untuk berjalan ke ruang baru yang di tempati Tine. Berharap Tine cepat bangun dari tidurnya.

Dan benar saja, dua jam setelahnya Tine benar-benar bangun dari komanya.

"Tine?" Panggil Ohm yang terlampau senang karena akhirnya Tine siuman.

Dengan cepat ia memanggil dokter untuk memeriksa kondisi Tine yang saat ini sudah siuman. Dokter pun memberitahu Ohm jika kondisi Tine saat ini bisa di katakan lumayan stabil, meskipun pergerakan tubuhnya belum sepenuhnya pulih karena tidak di gerakkan selama hampir seminggu.

"Coba angkat tangan kanan" perintah dokter itu pada Tine.

Tine yang mendengar pun perlahan mengangkat tangan kanannya dengan susah payah.

"Sekarang tangan kiri" ucap dokter tersebut dan Tine menurutinya kembali.

"Gerakkan kepala ke kiri dan kanan secara perlahan" perintah dokternya lagi dan Tine menurutinya.

"Baiklah, istirahat yang cukup. Jangan terlalu banyak bicara terlebih dahulu, apalagi tertawa. Akan cepat membuat tubuhmu lelah" ucap dokter yang di angguki oleh Tine.

"Jangan mengajaknya bicara terlebih dahulu atau bercanda" ucap dokter pada Ohm.

Ohm mengangguk, "oh ya, ada beberapa barang yang di simpan dari kamar sebelumnya, datang dan ambillah. Saya permisi" kata dokter tersebut lalu pergi meninggalkan ruangan Tine.

"Tine, aku akan mengambil barang-barang dulu, istirahatlah" kata Ohm lalu pergi setelah Tine mengangguk.

2 jam yang lalu

"Suster, dimana pasien sebelumnya?" Tanya Sarawat dengan wajah khawatirnya.

Perawat tersebut melihat Sarawat dari bawah hingga atas lalu menggeleng pelan.

Wajah Sarawat pun berubah menjadi pucat. Perawat yang melihat menghampirinya lalu memegang lengannya.

"Apa kau baik-baik saja?" Tanyanya.

Sarawat menggeleng lalu keluar dari ruangan tersebut. Ia duduk di bangku depan ruangan itu. Ingin menangis tetapi air matanya bahkan tidak ingin keluar. Jadi ia hanya bisa melamun sambil duduk disana selama kurang lebih hampir dua jam. Melamun, berpikir, terkadang melihat ruangan di depannya, begitu berulang kali yang membuat beberapa perawat yang lewat melihatnya sambil mengerutkan dahinya.
__

Ohm menghampiri salah satu perawat yang baru saja keluar dari ruangan Tine yang lama.

"Suster, saya teman pasien yang sebelumnya di rawat di ruangan ini. Saya ingin mengambil barang yang tertinggal" katanya.

Perawat itu melihat Ohm, "kerabat pasien?" Tanyanya.

Ohm mengangguk, "Tine" ucapnya.

Perawat itu menyuruh Ohm masuk untuk mengambil barangnya, "ah ya, apa yang di luar itu temanmu? dia sudah duduk hampir 2 jam disana tanpa melakukan apa-apa" kata perawat tersebut.

"Teman?" Tanya Ohm lalu perawat itu mengangguk.

Ohm pun berjalan keluar lalu menengok ke kanan dan ke kiri, benar saja. Ia melihat Sarawat yang sedang duduk disana. Seketika ia menelan air liurnya.

"Aku lupa memberi kabar padanya" gumamnya.

Ia berjalan pelan ke arah Sarawat. Sarawat yang merasa ada yang berjalan mendekatinya pun langsung mendongak untuk melihat. Mengetahui itu adalah Ohm, ia langsung berdiri dan meremas pundak Ohm dengan kencang, membuatnya membulatkan matanya karena menahan sakit.

"A-ai Wat?" Sapa Ohm gugup.

"Dimana Tine? Apa aku terlambat? Apa Tine benar-benar pergi? Ai Ohm! Jawab aku!" Serang Sarawat sambil mengguncang tubuh Ohm.

"Oihhh!" Kesal Ohm sambil melepaskan cengkraman Sarawat.

"Tine–"

"Apa? Jadi dia benar-benar pergi? Dia meninggalkanku? Aku terlambat untuk kesini?" Ucap Sarawat cepat sambil menggigit kukunya dan berjalan kesana kemari.

Ohm yang merasa kesal pun langsung memukul kepala Sarawat, "kenapa memukulku?" Tanya Sarawat yang sama sekali tidak bernada marah.

"Tine sedang istirahat" ucap Ohm.

"Maksudmu dia sudah istirahat dengan tenang?"

"Apa aku benar?" Tebak Sarawat takut.

Ohm yang merasa kesal pun mengangguk lalu menarik Sarawat untuk menuju ke ruangan Tine.

"Ai Wat?" Sapa Tine pada Sarawat yang baru saja masuk ke ruangannya.

Sarawat hanya diam memandangi Tine tanpa bergeming dari tempatnya.

Beberapa menit kemudian Ohm menceritakan tentang bagaimana reaksi Sarawat tadi saat di ruangan yang lama. Bagaimana dia menunggu selama hampir 2 jam tanpa melakukan apapun. Yang membuat Tine maupun Ohm tertawa terbahak-bahak. Sedangkan Sarawat hanya tersenyum malu karena kejadian itu.

"Ahahaha jangan membuatku tertawa atau dokter aku akan dimarahi dokter" ucap Tine sambil sedikit menahan tawanya.

Flashback Off


Apapun masalah yang kami dapatkan, kami bisa melewatinya walaupun terkadang banyak pemikiran dimana kami benar-benar berpikir jika pada akhirnya kami akan benar-benar terpisah. Tapi kami percaya, jika hari demi hari masalah itu kami lewati, suatu saat kami akan terhubung kembali. Meskipun banyak pengorbanan yang kami lakukan, banyak kesalahpahaman yang kami pikirkan. Kami yakin, Tuhan memberikan kami masalah sesuai dengan kemampuan kami. Jadi, jika suatu saat salah satu dari kalian mendapatkan suatu masalah entah apapun itu, jangan sampai kalian putus asa dan menyerah begitu saja. Percayalah kalian pasti bisa melewatinya karena sebenarnya itu semua ada jalan keluarnya. –SarawatTine

Mencintai bukan berarti memiliki. Kalian berhak mencintai seseorang, tapi bukan berarti kalian juga berhak memaksa orang itu untuk mencintai kalian kembali. Lebih baik pernah di ungkapkan daripada tidak sama sekali meskipun kalian tau pada akhirnya dia tidak akan menjadi milikmu. – Ohm































































































TAMAT




[Episode 27 Ending]
Happy Ending

Dahlah endingnya gajelas
Dah buntu buntu buntu:(
Gatau lagi mau nulis apaan:(

Woiii
Ada yang daptar audisi gmm ga?

Serius nanya:(

Mau daftar udah insekyur duluan
siapa? aku:(

Dahlah gua bingung:(
mau daftar juga gapunya bakat:)
bakat gua rebahan boleh kg ye
Rebahan menyelamatkan dunia:(

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top