Eksekusi Dalam Bayangan
"Dimana aku? "
Aku mengucapkan kalimat itu puluhan kali.
Udara malam berselimutkan awan hitam membuat suasana mencekam.
Aku berjalan menelusuri jalan perkotaan kuno ini.
Tak ada seorang pun keluar dari rumah mereka masing masing.
Dari kejauhan di persimpangan jalan aku melihat cahaya lampu redup,dan suara hentakan langkah kuda.
Secara spontan, aku bersembunyi ke sudut jalan dibalik kumpulan kotak kayu.
"Dimana perginya pasukan Lunatic? ", ucap seorang panglima prajurit.
Aku hanya mencoba mengintip siapa mereka dari celah kecil di kotak.
Yaampun, sepertinya mereka anak didik si otak b*kep sialan itu.
Terlihat jelas dari pakaian patroli mereka berasal dari kerajaan Prancis.
Pakaian yang kulihat seperti di beberapa film perang Napoleon Bonaparte.
Walaupun aku menonton film itu secara bajakan
dengan mendownload di web menggunakan wifi gratis nyolong dari tetangga.
Aduh, kenapa malah pikiran ku ke hal bodoh itu, padahal situasi ini benar benar mencekam sekali.
Tak kusangka panglima mereka menoleh ke arah ku.
Lebih tepatnya ke arah kumpulan kotak kayu tempat aku bersembunyi.
Aku kembali menundukan kepala dan mengatur pernapasan ku.
Pernapasan ku tak teratur ketika panglima tersebut mendekat.
Ditambah jantung ku berdebar, dan tubuh ku bergelinjang.
Apakah ini cinta? Tentu saja bukan.
Beberapa tumpukan kayu di sekitar kaki ku berjatuhan.
Sial, karna tubuhku tidak bisa diam, kaki ku menendang tumpukan itu.
"Ya Tuhan, apa yang kulakukan? Seharusnya aku lempar saja tumpukan kayu ini dan lari.", sesal ku.
Panglima tersebut menyadari suara tersebut. Yaampun mulutku seperti dikunci sehingga tak dapat menggunakan sihir ku.
Kalau bisa aku akan summon Zeus, Hades, Ursa, Medusa, Kurama, Phoenix, atau apalah itu namanya.
Untuk menyelamatkan ku. Atau kalau perlu aku akan menggunakan 9 bola naga, yang penting aku dapat selamat dari sini.
Panglima itu tanpa pikir panjang, menusukan pedang panjangnya kearah tumpukan tempat ku bersembunyi.
Telapak tangan ku yang seperti tangan, tertusuk oleh pedang nya.
Hmppp.....
Aku menutup mulut ku menggunakan tangan ku.
Yaampun, pedang itu telah diolesi oleh racun. Terlihat dari luka yang ku alami.
Dorr....
Sekarang peluru senapan melaju dan mengenai dadaku.
Aku mengeluarkan darah dari mulutku. Dan tubuhku tak dapat ku kendalikan sehingga badanku terjatuh ke tanah.
Dengan mulut terkunci dan tubuh yang tak bisa digerakan lagi apa daya yang bisa kulakukan?
"Hah, sial sebenarnya dimana ini? Seharusnya bukan seperti ini.",keluh ku.
Aku melihat seorang dari teman ku berada di depan ku.
Tapi terlihat samar samar sampai mata ku tertutup.
Aku pun membuka mata ku secara perlahan. Kini aku berada di sebuah stadium bola, sepertinya bukan.
Aku di gantung dan disalib di atas kayu tepat ditengah arena. Banyak sekali orang orang menyaksikan ku.
Dilihat dari tempat ini seperti nya aku berada di sebuah Collesium yang berada di kerajaan Italia.
Dengan tatapan kutukan, aku melihat kedepan.
Disana terdapat 3 panglima pasukan. Seperti yang kulihat sebelumnya didalam mimpi ku.
Yang satu, menggunakan pakaian serba putih seperti seorang nahkoda kapal.
Disebelah kanan nya, ada seorang pria tinggi besar berambut pirang.
Dilehernya terdapat lencana perang nya. Seperti lambang tambah "+" dengan warna hitam.
Aku menebak dia merupakan anggota kelompok terkejam saat perang dunia ke 2 yaitu, Nazi.
Dan disebelah Nazi itu, seseorang menggunakan pakaian perang dengan penampilan lugu dan culun.
Dan lebih mengesalkan dia sangat lengket dengan si Nazi, ditambah memakan pasta tanpa memperdulikan apapun.
Dan sepertinya acara eksekusi ini akan mulai berjalan.
"Semua masyarakat, inilah tindakan yang kami ambil terhadap seseorang yang menentang pemerintah !",ucap seorang berbaju putih.
Sialan, apa katanya? Aku penghianat pemerintah? Wtf! Bukannya aku magic caster yang disewa oleh Amerika dkk.
Aku melihat wajah orang itu dan diatas kepalanya terpampang jelas identitasnya.
Kyosuke Honda [Japan] lvl.105 .
"Jadi dia dari kerajaan Jepang? Walaupun aku melawan orang ini pun pasti tak berguna.",ucap ku dalam hati.
Aku hanya menggigit bibirku. Aku melihat sesuatu dari penonton.
Ya tatapan penuh ketakutan, seperti nya tatapan itu bukan untukku
Melainkan kepada 3 pria itu. Yang berbicara dengan membawa nama keadilan.
"Demi menjalankan keadilan, kami sudah memberikan sanksi tegas bagi para pelakunya."
Aku melihat kearah lelaki yang berbicara itu, aku melihat tulisan diatas kepala nya.
Artigo [Germany] lvl.120
Title: Chief Axis Team.
Jadi dia ketua kelompok ini. Jerman, ya itulah negara yang paling kubenci saat mempelajari pelajaran IPS.
Mengenai Perang Dunia 2, dikelas 9. Sekarang aku harus berhadapan dengan nya secara langsung?
Aku kesal dengan semua ini maka aku pun angkat bicara akan hal itu.
"Keadilan tanpa kekuatan adalah omong kosong, tetapi kekuatan tanpa keadilan seperti ini namanya adalah kekerasan !",Gertak ku
Seisi Collesium menghening. Tak ada satupun berbicara, mereka hanya memandangi satu sama lain.
"Kamu mengira membunuh dan mencuri harta untuk rakyat miskin itu cara yang benar ?", Sahut Artigo.
Aku tak mengerti apa yang dikatakan nya, tetapi sepertinya dia berkata dengan serius.
Aku hanya terdiam mendengar perkataannya dan menundukkan kepala karna malu.
"Kerajaan Hindia-Belanda sudah berada dalam kekuasaan kami, jadi kamu harus mengikuti perintah kami.", ucap Kyousuke.
Hindia-Belanda itu yang disebutkannya. Hindia-Belanda merupakan nama negara Indonesia saat masih terjajah oleh Belanda.
Aku mulai berpikir pasti ini ada sangkut pautnya dengan keterlibatan ku dalam Perang ini.
Yang berada didalam kelompok Alliance bersama Amerika,Inggris,dll.
"Ina, kamu benar benar menyusahkan kami, terutama jerman karna ulah mu bersama kelompok Lunatic."
Ucap seseorang bernama Valencio Caprias asal Italia.
Lunatic? Ketika aku mendengar perkataan ini aku benar benar binggung. Berarti semua teman guild ku berada dalam dimensi yang sama.
"Jadi apakah kamu memiliki perkataan terakhir? Sebelum kamu menyusul teman teman mu?",ucap Kyousuke.
Menyusul? Tidak mungkin. Apakah teman teman ku telah tewas terbunuh?
"Apa yang kalian lakukan kepada teman ku?", gerang ku.
Aku mencoba berusaha melepaskan diri dari salib ini. Tapi apa daya, tali yang mengikatku menggunakan sihir pengikat.
"Kami hanya menghukum mereka secara adil dengan berbuatan mereka.",ucap Artigo.
Keparat, aku tak bisa melepaskan diriku dari sini. Suasana hening di Collesium menambah ketegangan.
Aku hanya bisa menangis tak bersuara dan menundukkan kepala.
"Baiklah, sepertinya tidak ada. Sayang sekali orang yang akan mengeksekusi mu adalah teman mu sendiri.",ucap Valencio.
Tak sempat aku melihat siapa orang itu, kepala ku terasa sudah berpisah dengan badan ku dan jatuh kebawah.
Aku hanya dapat menatap 3 pria brengsek itu dimataku. Dan mengutuk mereka beribu ribu kali.
Dan setelah itu mataku perlahan menutup.
Semua hitam setelah itu, tetapi dari kejauhan aku melihat seseorang sedang duduk didepan api unggun.
Aku mencoba mendekatinya, rambut panjang hitamnya seperti nya aku mengenal siapa dia.
Saat langkah ku ingin mendekatinya, dia pun menengok ke arah belakang ku.
"Ina? Kamu berada disini juga?"
,ucap Mala dan tersenyum manis.
"M.. Mala."
Aku tak percaya Mala berada ditempat ini.
Aku langsung memeluk nya dengan erat dan menyebakan dia terdorong kebelakang.
"Tenang ada aku disini Ina, maafkan aku ya atas sikap sikap ku selama ini.",ucap Mala dengan nada penuh penyesalan.
Dia menepuk punggungku, dan memegang pundak ku dan mengangkatnya keatas
Agar dia dapat melihat wajahku. Dia hanya mengangguk anggukan kepalanya saja.
Aku tak mengerti maksudnya. Tetapi aku mencoba mengerti saja dengan melakukan hal yang sama.
Lalu dari atas, sinar jatuh kearah ku. Dan seperti ingin membawa ku pergi dari tempat ini.
"Ya, sepertinya ini belum waktumu ketempat ini Ina."
Aku hanya bisa meneteskan air mata ku. Aku tahu ini adalah perpisahan.
"Mala, apa maksud mu? Tolong jelaskan.",rengek ku.
Dia hanya tersenyum saja mendengar perkataan ku.
"Tolong berhati hatilah Ina, kudoakan agar kamu dapat keluar dari dunia Paralel ini.",sahut Mala
Sembari mengelap air mata di pipiku dengan tanganya yang dingin seperti es.
Dia pun melambaikan tangan nya kearah ku, sekarang cahaya putih ini menghilangkan padangan terhadap nya.
kini cahaya putih ini terpecah menjadi kepingan kaca yang tak terhitung jumlahnya.
Dan aku seperti nya berbaring diatas ranjang milik Netherland alias Belanda.
Aku mencoba bangun dan duduk. Apakah tadi itu mimpi? Atau memang kenyataan?
Aku melihat kearah jendela dan mendengarkan suara burung berkicau dilangit pagi.
Sudah 3x sepertinya aku bermimpi tentang Mala.
Itu benar benar pahit sekali seperti kopi tanpa gula.
Pahit? Kenapa? Karna mimpi itu memberitahuku bahwa Mala telah Innalillahi duluan.
Seharusnya aku duluan yang mokad, biar Mala dan dkk yang mendoakan ku.
Agar semua dosa ku terampuni Yang Maha Kuasa.
Kalau begini, aku duluan yang kesepian dan melarat karna teman ributku udah jadi batu nisan.
Aku hanya memikirkan apa maksud mimpi itu, dan mengandaikan bagaimana kalau itu benar benar terjadi.
Aku hanya dapat menghela nafas panjang dan termenung di jendela.
Dari balik pintu kamar ku, terdengar suara ketukan seperti memanggilku.
"Iya, silahkan masuk.",izin ku.
Dari balik pintu, perlahan aku melihat si China dengan pakaian khas nya itu.
"Ina-chan, kamu mau makan apa aru?",tanya China.
Aku berpikir sejenak tentang pertanyaan nya.
Memangnya makanan di dimensi ini sama tidak dengan makanan yang biasa aku makan.
Aku terus mencoba menjawab pertanyaan nya.
Mau ngasal tapi takut makanan itu gak ada, kalo mau buat makanan kayak rendang atau bakso takutnya si China nya malah buat pangsit.
Masa iya aku harus bilang
"Daging Pegasus bakar?"
Aduh, ini pertanyaan ribet amat ya.
Yasudahlah aku jawab sesuka hatiku. Lumayan bisa ngerjain panglima perang dari China.
"Hmm, bagaimana kalau masakan ala Asia Tenggara?",ledek ku.
Aku mencoba menahan tawa saat mengucapkan usulan ku itu.
"Asia Tengara aru? baiklah, aku akan memotong sapi dulu ya aru.",ucapnya dengan nada lugu dan tingkah lucunya itu.
Dia pun menutup pintunya dan meminta ku menunggu sampai dia selesai menyembelih sapi.
"Apa katanya? Menyembelih sapi? "
Aku binggung lho, kok bisa dia tau Asia Tenggara? Aku pun langsung membuka pintu kamar.
Aku ingin melihat sapi seperti apa yang ingin di sembelih si China.
Aku bergegas turun kebawah, tetapi di tangga aku menabrak si Belanda.
"Aduh, hah,maaf Netherland saya tidak melihat anda.",aku meminta maaf.
Aku menundukkan punggung serta kepala ku, Sebagai permintaan maaf.
"Ya tidak apa apa, Ina kamu ingin kemana pagi pagi begini?", Netherland bertanya kepadaku.
Apakah dia curiga? Sepertinya tidak. Aku menjawab saja dengan jujur agar tidak mencurigakan.
"Aku ingin melihat China memotong sapi, katanya dia akan memasak ala Asia Tenggara.",ucapku.
"Kalau seperti itu, kamu lebih baik ganti baju dahulu. Didalam lemari ada baju militer milik mu, kamu pakai saja itu."pinta nya dan memberikan secarik kertas.
Diapun kembali turun kebawah, aku hanya diam melihat tingkahnya yang kaku.
Aku melihat kertas yang diberikannya, sepertinya ini surat.
"Menyusahkan saja. ",keluh ku.
Aku membaca isi kertas ini diperjalan menuju kamar ku.
Isinya merupakan undangan masuk kesebuah akademi sihir.
Dan kagetnya ini merupakan akademi paling bagus, terlihat dari uang iuran bulanan nya yang mahal.
Tunggu dulu, mahal? Yaampun disana tertulis 100ribu dollar per bulan.
Ini sepertinya akademi khusus bangsawan pikirku.
Tetapi dibalik kertas pendaftaran akademi telihat tulisan pena tinta.
"Jangan khawatir biaya telah ditanggung Amerika.",ucapku mengikuti kalimat tertulis itu.
Aku hanya mengerutkan dahi serta alis ku.
Yaampun sebesar inikah gaji ku? Lagi pula untuk apa Seorang Magic caster, sekolah sihir lagi? Untuk menguprade ilmu mereka kah?
Aku memasuki pintu kamarku dan membuka lemari.
Aku mencari baju yang dikatakan Belanda tadi, seperti nya tidak ada.
Aku akhirnya menemukan sebuah baju militer tersebut dan bergegas mengganti baju ku.
[Adegan ganti bajunya diskip]
Aku pun merapihkan dasi ku dicermin. Aku tak lupa membawa kertas pendaftaran tadi.
Sembari melihat wajahku dicermin, aku memikirkan pertanyaan untuk kelompok ini.
Seperti apa hubungan Kelompok Axis dengan Alliance, dan apakah China dan Japan saling mengenal.
Termasuk apakah benar ada kerajaan kekuasaan belanda bernama Hindia-Belanda.
Jika benar sepertinya mimpi ku akan menjadi nyata.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top