05; Date With Three Wheel
⁰⁵⁰⁵⁰⁵
Nathan's POV
⁰⁵⁰⁵⁰⁵
Mereka kenapa sih.
Pada akhirnya aku memutuskan untuk pergi saja dari menara penyihir. Lagipula aku tidak akan bisa konsentrasi bekerja kalau mereka berdua masih bertengkar. Aku bahkan tidak tahu mereka itu bertengkar karena apa. Kulihat di halaman istana raja, menemukan Athanasia dan juga Claude yang sedang menghabiskan waktu dengan meminum teh mereka.
Athanasia tampak senang menceritakan hari-harinya dan Claude tidak berbicara namun tampak mendengar dengan seksama.
"Boleh aku bergabung?"
"Ah kak Nate," Athanasia tersenyum dan mengangguk, Claude tampak tidak begitu peduli namun tidak juga menolak. Aku segera duduk diantara Claude dan juga Athanasia, menunggu pelayan yang akan memberikan gelas teh padaku.
"Lalu si Hitam malah mendekat--"
"Hewan itu masih menemuimu?" Athanasia sedikit memucat, lupa jika Claude tidak suka jika si hitam sampai berada di dekat Athanasia. Yah, tidak tanpa alasan toh karena si hitam kekuatan sihir Athanasia tidak terkendali dan karena itu juga aku hampir mati, "kurasa memang harusnya kubunuh sekarang."
"A-aku hanya pernah berdekatan dengan si hitam sebentar papa. Lucas langsung mengambil si hitam dan membawanya pergi."
"Ya, masih di menara sihir kok," tambahku tidak mau Athanasia dapat masalah. Satu-satunya yang membuatku dalam keadaan hidup dan mati hanya karena aku menyerap kekuatan sihir dari Athanasia. Jadi, berada didekat si Hitam tidak akan mempengaruhi kesehatanku, "kalau kau mau menemuinya lagi kau bisa menemuiku Athy."
"Benarkah?"
"Ditolak," Claude cukup menyebutkan satu kata untuk membuat keputusan. Aku menatapnya seolah mengatakan kau egois tetapi tidak mengatakan apapun tentang itu.
"Tadi anak Duke Alpheus datang sepertinya mencari kak Nate."
"Ya, tetapi malah berakhir bertengkar dengan Lucas. Aku harus mengerjakan beberapa pekerjaanku tetapi malah diganggu oleh mereka," aku menggeram mengingat hal itu, hanya menghela napas dan meminum tehku.
"Tetapi bukankah menyenangkan bersama dengan mereka kak?" entah kenapa senyuman Athanasia menyiratkan sesuatu yang tidak bisa kutebak. Tetapi kalau dipikir-pikir, memang cukup seru juga bersama dengan Lucas maupun Ijekiel. Aku jadi teringat saat bersama dengan Emerson, Oliver, dan juga Xavier.
"Kurasa tidak buruk."
⁰⁵⁰⁵⁰⁵
"Senior."
Aku selesai meminum teh bersama dengan Athanasia juga Claude. Aku tidak ingin mengganggu waktu kebersamaan mereka, jadi aku langsung undur diri setelah tehku habis. Aku menoleh, menemukan Ijekiel yang berjalan kearahnya dengan terburu-buru.
"Ada apa?"
"Saya mencari anda kemana-mana, saat sudah selesai dengan tuan penyihir itu," benar-benar, bahkan pada orang yang tidak ia sukapun Ijekiel bisa berbicara sopan seperti itu.
"Aku minum teh bersama dengan Athanasia dan juga Yang Mulia."
"Ah begitu, kalau begitu kalau kuajak berjalan-jalan apakah tidak masalah?" Serius, sebenarnya apa yang terjadi kenapa ia malah tidak menghabiskan waktu saja dengan Athanasia? Kupikir ia akan suka menghabiskan waktu dengan Athanasia--cinta pertamanya, "atau kau sedang sibuk ya...?"
Ugh, lihat wajahnya yang memelas itu. Bagaimana aku bisa mengatakan tidak menghadapi wajah seperti itu.
"Baiklah."
"Kalau begitu ayo," senyumannya terlalu bercahaya. Dasar memang pemeran utama laki-laki, karismanya benar-benar sangat berbeda.
"Oh, bagaimana kalau aku mengajak Athanasia sekalian?" Semenjak aku hampir mati saat itu aku juga belum mengajaknya untuk pergi. Dan kurasa Ijekiel mungkin akan senang bukan pergi dengan Athanasia.
"Ah Tuan Puteri? Tentu boleh," lihat, ia terlihat senang-senang saja bukan? Kurasa aku cukup berbakat dalam menjodohkan orang lain.
⁰⁵⁰⁵⁰⁵
Athanasia's POV
⁰⁵⁰⁵⁰⁵
"Hari ini, cuacanya sangat cerah untuk dihabiskan diluar ruangan. Bukankah begitu senior? Tuan Puteri?"
Aku, Athanasia de Alger Obelia. Berusia tahun ini 9 tahun dan saat ini malah menjadi orang ketiga antara Tuan Muda Alpheus dan juga Kak Nathan.
"Benar sekali, dan tentu saja kabur dari banyak pekerjaan yang menumpuk dan penyihir menyebalkan itu."
"Kurasa ia memang sangat menyebalkan ya," Tuan Muda Alpheus dengan senang hati tampak tertawa senang saat Nathan mengatakan Lucas adalah orang yang menyebalkan. Aku tidak akan tahan berada diantara mereka berdua. Yang satu tidak peka, yang satu lagi malah tidak bisa menolak.
"Kak, aku akan pergi membeli makanan di tempat itu ya," aku menunjuk asal kearah salah satu kedai yang ada didekatku. Kurasa mereka butuh waktu untuk berdua. Setidaknya Ijekiel.
"Aku temani ya."
"Kak, aku hanya akan sebentar kesana dan akan langsung kembali kemari."
"Baiklah," dan ia tampak sangat protektif padaku. Ia bahkan terkadang melupakan Tuan Muda Alpheus yang sedang bersama dengan kami. Kulirik kearah pemuda itu, kemudian mengepalkan tanganku memberinya semangat.
⁰⁵⁰⁵⁰⁵
Normal's POV
⁰⁵⁰⁵⁰⁵
"Aku khawatir padanya..."
"Senior sangat menyayangi Tuan Puteri ya," Ijekiel tersenyum dan menatap kearah Nathan yang memandangi Athanasia yang semakin menghilang sebelum menghela napas.
"Tentu saja, ia adalah adikku. Aku hanya tidak ingin terjadi sesuatu padanya," Nathan hanya tidak ingin Athanasia bernasib sama seperti di novel Lovely Princess. Saat ini alur ceritanya sudah sangat berubah karena Athanasia disini tidak begitu dekat dengan Lucas. Ia juga sekali lagi terlambat selama 2 tahun semenjak Timeline Who Made me a Princess.
"Senior sangat baik, pantas saja banyak yang menyukaimu."
"Heh, siapa yang akan menyukaiku kalau melihat Athy? Ia jauh lebih baik dan manis dariku."
"Senior juga tidak kalah manis kok, dan baik juga, makanya aku juga suka dengan--"
...
Ijekiel sepertinya tanpa sadar mengatakan hal itu hingga ia sedikit tersentak saat menyadari apa yang tadi ia katakan.
"A-ah maksudku bukan--" bukannya mendengarkan apa yang dikatakan oleh Ijekiel, Nathan malah sibuk melihat kerajinan gula yang dilakukan didekat sana. Ia memang tergila-gila dengan semua jenis makanan yang berbau karamel. Lagipula, ia jarang bersenang-senang seperti ini.
"Terima kasih," dan Nathan kembali dengan permen karamel, dua di tangannya, "oh, aku lupa. Aku belum membelikanmu."
Ijekiel sedikit sedih mendengar yang diingat oleh Nathan bahkan Athanasia yang sedang pergi entah kemana, "aku akan kembali. Kau tunggu disini."
"Tidak usah, aku boleh mencicipinya satu saja?"
"Tentu, tetapi jangan milik Athanasia ya," Ijekiel tersenyum dan mengangguk, ia mendekat dan menggigit permen karamel milik Nathan yang sudah dimakannya sedikit tadi. Berharap respon kaget dari Nathan, pemuda itu malah tersenyum dan menunggu pemuda itu selesai menggigitnya.
"Sudah? Jangan terlalu banyak, ternyata rasanya lebih enak daripada yang kuduga," Nathan menjilat bibirnya dan mengusapnya dengan jempol. Itu saja sudah cukup membuat jantung Ijekiel sedikit berdetak lebih keras dan cepat. Sedikit? Nggak ding, saat ini saja masih terasa debarannya.
"Senior tidak masalah kalau tadi aku memakan dari bekas gigitanmu?"
"Memang kenapa?"
"Maksudku, bukankah itu--" Ijekiel tampak ragu dan malu mengatakan hal itu.
"Oh, maksudmu ciuman tidak langsung?" Ijekiel merasa seperti orang bodoh saat Nathan dengan entengnya mengatakan hal itu. Ia mengangguk dan Nathan memiringkan kepalanya, "tetapi bukankah kau sudah pernah melihatku berciuman dengan Xavier?"
Sebuah batu imajiner besar bertuliskan berciuman itu tampak menimpa kepala Ijekiel. Ia hampir melupakan jika ia pernah memergoki Nathan berciuman dengan kekasihnya. Kalau sekarang diingat malah bikin sakit hati.
"Lagipula tenang saja jangan terlalu canggung seperti itu. Kau kan sudah kuanggap sebagai adikku sendiri," dan diatas batu imajiner itu tampak tertumpuk batu baru bertuliskan adik. Ijekiel semakin sakit hati dibuatnya.
⁰⁵⁰⁵⁰⁵
Athanasia's POV
⁰⁵⁰⁵⁰⁵
"I-ini sih parah..."
Aku mendengar semua yang dikatakan oleh kak Nathan juga Tuan Muda Alpheus.
Kak Nathan, kenapa kau tidak sadar jelas sekali Tuan Muda Alpheus ingin bersama denganmu berdua saja. Bisa kulihat jika Tuan Muda--ah, ia menyuruhku untuk memanggilnya Ijekiel. Jelas sekali Ijekiel hanya ingin bersama dengan kak Nate. Walaupun ia terlihat tersenyum tetapi jelas terlihat jika ia sangat canggung dengan keadaan kami berdua.
"Athy, sudah kembali?"
Aku hanya mengangguk dan mendekat. Benar-benar deh, rasanya aku ingin kembali saja ke istana. Papa juga malah membolehkan kak Nathan membawaku.
"Itu Tuan Muda Alpheus--"
"Anda bisa memanggil saya Ijekiel Tuan Puteri," Tuan--Ijekiel tampak tersenyum padaku. Ia mungkin kecewa karena Kak Nathan membawaku, tetapi ia benar-benar baik masih mempedulikanku juga.
"Maafkan aku, kurasa kau hanya ingin mengajak Kak Nathan saja kan?" kulihat Ijekiel yang tampak tersedak ludah sendiri dan mengusap leher belakangnya.
"Ah, apakah terlihat jelas?"
"Kurasa hanya kak Nathan yang tidak mengetahuinya," aku tertawa canggung, Ijekiel tampak hanya tertawa dan masih mengusap leher belakangnya. Bisa kulihat bagaimana semburat merah samar terlihat di wajahnya kala itu.
"Ijekiel, kau menyukai kak Nathan ya?"
"Huh? Ah itu," hei, ia sangat manis saat gugup seperti ini. Kurasa ia sangat cocok dengan kak Nathan. Kakak pasti akan sangat bahagia kalau bersama dengannya, "a-aneh ya?"
⁰⁵⁰⁵⁰⁵
Normal's POV
⁰⁵⁰⁵⁰⁵
"Tidak kok, kenapa aneh? Bukannya bagus kalau kau suka dengan kak Nathan? Kalian cocok kok," Ijekiel tidak menyangka kalau Athanasia akan blak-blakan mengatakan itu. Ia sedikit tersipu karena perkataan dari Athanasia.
"Ma-maksudku yang kusukaikan juga laki-laki, pasti terlihat aneh."
"Tidak," Ijekiel kaget saat Athanasia memegang kedua tangannya dengan kedua tangan Athanasia, "aku amat sangat mendukungmu sekali. Pokoknya aku akan membantumu mendekati kak Nathan sampai kalian menjadi pasangan."
"Pasangan? Tetapi itu--"
"Serahkan padaku, pokoknya aku sepenuhnya akan mendukungmu."
"Uh, terima kasih Tuan Puteri," Ijekiel sedikit malu namun pada akhirnya mengangguk. Setidaknya Athanasia sudah memberikannya restu kan? Tetapi apa gunanya kalau yang ditargetkan tidak peka seperti Nathan?
⁰⁵⁰⁵⁰⁵
Normal's POV
⁰⁵⁰⁵⁰⁵
"Oke berhasil, lihat mereka sangat dekat."
Lihat, setidakpekanya Nathan malah menjodohkan seenaknya Ijekiel dan juga Athanasia. Ia sudah balik dengan apel karamel di tangannya dan memutuskan sedikit menjauh dari kedua orang yang sebenarnya membicarakan dirinya. Dulu, ia mengira jika Athanasia akan lebih bahagia jika bersama dengan Ijekiel daripada Lucas.
Yah, katakanlah ia shipper Ijekiel dengan Athanasia.
Makanya di kehidupannya yang sekarang, ia akan berusaha untuk mendekatkan Athanasia dan juga Ijekiel seperti yang ia lakukan sekarang.
"Tinggal menjauhkan Lucas dengan Athy."
"Menjauhkan siapa dengan siapa?" Nathan menoleh dan menemukan Lucas yang sudah memegang apel karamel miliknya dan menggigit bagian yang sudah ia makan, "lumayan."
"Sejak kapan kau disini? Dan kembalikan apel karamelku."
"Kurasa tentang kegemaranmu akan karamel itu bukan kebohongan dibandingkan dengan apa yang kau tunjukkan selama ini dihadapan semua orang," ia menaikkan tangannya agar Nathan tidak mengambil makanan yang sekarang sudah menjadi hak miliknya.
"Aku tidak berbohong apapun."
"Oh ya? Kau itu pembohong yang sangat buruk. Bersikap baik dan tersenyum didepan semua orang, senyumanmu itu terlalu jelek untuk dibilang senyuman ramah. Aku bahkan tidak tahu kenapa semua orang bisa terpesona dengan itu," Lucas mendengus dan mengangkat bahunya tidak acuh, "jangan lupakan tentang kau yang sebenarnya adalah orang dewasa."
...
"Hah?" Oh tunggu, di manhwanya juga Lucas tahu kalau Athanasia itu lebih dewasa daripada tubuhnya. Itu bukan hal yang aneh, "lalu, kalau aku orang dewasa kenapa aku berada di tubuh anak kecil ini?"
"Entahlah, seperti sebuah sihir," Lucas mendekat dan mengamati Nathan dari dekat. Jarak mereka yang mendadak dekat membuat Nathan tersentak dan sedikit mundur, "tetapi walaupun kau sebenarnya orang dewasa sikapmu seperti anak kecil ya."
"Brengsek," Nathan terang-terangan mengumpat didepan Lucas.
"Wow, apa aku baru mendengar Pangeran Kerajaan Obelia yang mengumpat? Hah," Lucas mendengus, dan menghabiskan kue yang tadi ada di tangannya dalam sekali suap, "jangan merengut seperti itu. Aku akan belikan yang baru lagi. Lihat, kau bahkan tidak bisa membersihkan wajahmu sendiri. Kau terlalu lama bersandiwara jadi anak kecil atau gimana?"
Lucas mengusap bibir Nathan dengan jempolnya. Tinggi mereka saat itu, lebih tinggi Nathan daripada Lucas hingga Lucas harus mendongak sedikit. Nathan mendengus sebelum kemudian tertawa, tampak mengeluarkan sapu tangannya kali ini gantian membersihkan wajah Lucas.
"Kau mengejekku, tidak lihat wajahmu sendiri bagaimana? Bodoh," Nathan ingin balas dendam hingga ia usap seluruh wajah Lucas dengan sapu tangannya. Namun, bukannya kesal atau protes, Lucas malah terdiam dengan mata membulat.
"Tadi, apa yang kau lakukan?"
"Hah? Tentu saja membersihkan wajahmu. Kau tidak lihat kalau wajahmu penuh saus karamel dan kulit pai?"
"Kau bisa lakukan lagi?"
Yah, seperti itu wajah Lucas saat meminta Nathan yang tidak mengerti apa tujuan Lucas meminta hal itu. Nathan kembali mundur teratur.
"Apa lagi yang mau kau bersihkan? Aku sudah membersihkan wajahmu," bahkan menggosoknya dengan kasar. Lucas tampak memperhatikan Nathan dalam jarak yang masih cukup dekat, "bisa kau menjauh dariku? Aku bisa merasakan napasmu tahu."
"Tidak, tetapi... aku tidak tahu kalau wajahmu lebih menarik saat kulihat dari jarak sedekat ini," Nathan yang sedikit risih dengan posisi mereka siap-siap untuk meninju wajah (tampan) Lucas saat tangannya ditarik oleh seseorang dari belakang.
"Ah," punggungnya berbenturan dengan seseorang yang berdiri di belakangnya, yang membuat Lucas memandangi orang tersebut dan Nathan yang menoleh untuk berterima kasih pada penyelamatnya saat itu.
"Terima kasih Ije--eh, Xavier?!" Nathan membulatkan matanya saat mengetahui yang ada di belakangnya saat ini adalah Xavier, mantan--eh belum mantan--tapi kayaknya bukan kekasih lagi. Entahlah, 'Kenapa tadi kukira yang datang malah bocah itu?'
"Ah, ia benar-benar ada disini. Hei Emerson, aku menemukan Nathan!" Suara Oliver juga terdengar saat itu bersamaan dengan Nathan.
"Loh, kenapa mereka ada disini? Kukira senior hanya ingin membeli pai apel karamel," dan ditambah dengan Ijekiel yang menghampiri bersama dengan Athanasia. Semuanya saling bertatapan, Athanasia sendiri tampak malah penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya sementara Nathan merasakan kilatan diantara mereka berempat.
'Seseorang, katakan apa yang sebenarnya terjadi...'
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top