CL 40
"Bel, aku mau kita putus."
Pernyataan itu membuat Abel dengan sontak membulatkan matanya. Wajah senang yang sempat ada kini hilang sekejap mata, ia terduduk lesuh dan lemas. Air matanya mengalir deras, oksigen seakan menjauh darinya sekarang.
Dengan tertatih Abel berusaha menyembunyikan luka itu, ia berusaha sekuat tenaga menahan isakan yang ingin segera keluar dari mulutnya.
Ia menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.
"Oke, bahagialah dengan Puri."
Abel menutup sambungan telepon. Ia kini menangis meraung-raung. Sesak yang sedari tadi ia tahan ia keluarkan semua, ia merasa sangat bodoh mencintai orang yang jelas-jelas bukan miliknya.
Di ambang pintu ada seseorang yang juga ikut sedih melihat Abel menangis sesakit itu. Ia juga ikut menangis dan merasa bersalah.
Abel berjalan menuju kamarnya, kakinya terasa lemas untuk menaiki tangga. Di tengah-tengah ia kembali terjatuh dan menangis, entah mengapa ia menjadi segila dan selemah itu.
Abel berusaha menompang tubuhnya, ia berjalan dan memasuki kamar. Dengan emosi yang meluap-luap ia mengambil ponsel dan menghapus segala yang berurusan dengan Varo.
"Huaaa, kenapa ini harus terjadi sama gue, kenapa?"
Abel memukul-mukul dadanya, tangisannya kembali pecah. Abel sungguh malu dan merasa bersalah dengan dirinya, ia merasa sangat bodoh, bodoh sekali.
"Tuhan, kenapa gue harus suka sama orang jahat kek dia?"
Abel masih terisak, ia membaringkan dirinya di pulau kesayangannya. Tubuhnya meringkuk mencoba menyembunyikan luka yang amat dalam. Ia butuh sandaran, ia butuh seseorang yang dapat mendengarkan curhatannya. Gadis itu pun tertidur dalam keadaan masih terisak.
***
Mentari pagi kini mewakili perasaan Abel, ia bersembunyi di balik awan hitam. Sepertinya hujan akan turun.
Abel merasa malas untuk bersekolah, ia kemudian memberitahu Alex untuk memintakan izin kepada wali kelasnya.
"Kak, telpon wali kelas gue yah. Gue demam, badan gue lemes." Setelah itu Abel pergi tanpa menunggu jawaban dari Alex.
Ia memasuki kamar dan menguncinya dari dalam. Ia ingin menghindari pertanyaan-pertanyaan yang pasti akan terlontar untuknya. Beberapa detik kemudian suara ketukan pintu menghiasi ruangan itu.
"Bel, woy kuntilanak. Kenapa lo? Sakit? Sakit apa lo? Jangan-jangan lo mau ngehindar dari tugas sekolah yah. Keluar lo kuntilanak anaknya mak lampir."
"Woy bang, kalau gue kuntilanak anaknya mak lampir otimatis Ibu mak lampirnya dong," balas Abel iseng.
"Woy monyet keluar gak? Jangan banyak ngomong lo. Sini gue mau periksa lo sakit apa?"
Abel mendengus kesal, jika Abel tidak keluar Alex akan tetap berdiri dan satu hal yang pasti akan ia lakukan, mendobrak pintu.
"Apaan sih, Bang?"
Alex maju dan menyodorkan tangannya ke jidat Abel. Hangat ia rasakan. Ia melihat mata Abel sembab dan merah dan berpikir adiknya memang sakit. Memang benar ia sakit, sakit hati.
"Oke, lo istirahat. Nanti gue nyuruh Bibi siapin makanan buat lo."
"Emang si Bibi udah balik, Bang?"
"Emang Bibi kemana?"
Abel menceritakan persoalan Bibinya yang tidak ada, Alex hanya mengangguk.
"Oke, lo istirahat. Biar gue yang masakin."
"Pinter masak?"
"Gak, kan ada mba google."
"Gila."
"Udah, sana tiduran."
Alex berlalu dari hadapan Abel, begitupun sebaliknya. Gadis itu kembali tenggelam di pulau kesayangannya.
Tidak lama kemudian Alex datang membawakan makanan untuknya, bubur kacang hijau. Entah bagaimana rasanya, hanya merekalah yang tahu.
Abel menatap Alex penuh curiga, jangan-jangan ia hanya menjadi uji coba. Makanan itu ada sianida atau racun.
"Bang, lo gak ngasih racun kan?"
Jitakan melayang di jidat Abel. "Gue masih waras."
Abel mengangguk dan mencoba mencicipi bubur kacang hijau itu. Dari aromanya biasanya enak tetapi terkadang aroma dapat berbohong.
Satu suap
Dua suap
Tiga suap
Sampai seterusnya Abel menyendok dan mengunyah bubur kacang hijau itu. Rasanya lezat tidak seperti yang ia bayangkan.
"Bang, siapa yang ngajarin masak?" tanya Abel penasaran.
"Mba google, enak kan?"
Abel hanya mengangguk, ia kembali melahap bubur itu sampai ludes. Setelahnya Alex menyuruh Abel meminum obat tetapi gadis itu tidak mau. Ia mengukuhkan keyakinan bahwa ia bisa sembuh tanpa harus meminum obat. Mau bagaimana lagi, tentu saja Alex akan mengalah. Kalau tidak adiknya ini akan menangis.
"Oke, istirahat yah. Gue dah izin samaa wali kelas lo, dan gue mau berangkat kuliah dulu."
"Ibu sama Ayah mana, Bang?"
"Tengah malam mereka pulang dan pagi-pagi sekali mereka berangkat lagi. Biasalah penggila kerja."
Abel hanya mengangguk dan kembali tertidur. Alex mendekatkan diri dan mencium kening adiknya sayang.
"Cepat sehat inces."
***
Abel berjalan di koridor, semua siswa menatapnya horor. Tidak lama kemudian sosok yang paling ia hindari muncul di hadapannya. Varo.
Gadis itu berusaha menghindar, ia mengambil langkah berbalik. Tetapi langkahnya kalah cepat, Varo, lelaki itu memeluknya dari belakang.
Air mata yang sedari tadi ia tahan kini membanjiri pipinya, membentuk sungai-sungai kepedihan di sana.
"Lepasin gue!" pintanya dengan suara parau.
Lelaki itu tidak melepaskan pelukannya tetapi menambah mengeratkan pelukan itu.
"Pliss Varo, gue mau pergi."
Setelah Varo melepaskan pelukannya Abel berbalik. Matanya membola sempurna kala melihat Varo dan kekasihnya yang tidak lain adalah Puri kini berpelukan mesra.
Kedua insan itu berbalik menatap Abel dan tertawa terbahak-bahak seperti ada yang lucu. Abel menangis dan tertunduk. Semua orang di sana sedang menertawakannya. Kata yang tergiang di kepalanya hanya satu. Pelakor.
Abel membungkuk menyembunyikan wajahnya. Ia menangis dan memohon kepada mereka untuk menyudahi ucapan itu, tetapi bukannya berhenti, mereka justru menambah volume membuat Abel meringis.
"Diaaammm!"
Abel terduduk dan terbangun. Ia menarik oksigen sebanyak-banyaknya dan menepuk pipinya sendiri.
"Cuma mimpi."
Abel kembali tertidur.
Huaa, gak lama lagi ending :(
Gak ngerasa bakal menyelesaikan cerita ini. Dan sejujurnya Author mau curhat, si Varo yang asli bikin kesel sumpah. Pernah aku berpikir bahwa cerita ini bakal ku unpub karena lagi kesel sama si Varo asli, tapi aku mikirin nasib pembaca yang udah setia nungguin cerita ini masa aku gak selesein. Kan gak enak yah di gantung.
Dan aku gak tau kawan-kawan kalau part selanjutnya bakal ending atau masih ada 2 part lagi. Pokoknya tunggu aja deh, see you :*
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top