Tell You

Pagi ini semua pendidik di Pesantren Ibnu Aqil berkumpul untuk membahas laporan bulanan. Di tempat ini setiap pendidik di haruskan membuat catatan harian dan pekanan yamg akan di rapatkan setiap bulan. Mereka akan membahas semua permasalah belajar mengajar, kinerja pendidik sampai financial.

Pagi ini Iman hadir disana sedikit terlambat, dia tadi kembali ke rumah untuk mengambil makalah hasil dari kajian Bahaya Narkoba yang tertinggal.

" Maaf, saya terlambat." Ucapnya begitu memasuki ruangan yang sudah dipenuhi pendidik, kepala sekolah dan perwakilan Yayasan.

Semua yang hadir di ruangan itu mengangguk sambil tersenyum. Iman mendudukkan dirinya di sebelah Syaiful. Dia meletakkan makalah yang tadi membuatnya harus kembali. Syaiful mengambil makalah itu sambil matanya terus menatap Pak Hudri, perwakilan dari Yayasan yang sedang berbicara. Syaiful menunjuk sebuah nama yang tertera di sana sebagai pemateri sambil melirik Iman sekilas. Iman melirik Syaiful. Kemudian merebut makalah yang sedang dipegang sahabatnya itu. Syaiful tersenyum simpul.

" Ada yang akan ditanyakan atau ada lagi yang harus kita bahas?" Pak Yanuar, selaku kepala sekolah menatap satu persatu pendidiknya. Semua menggeleng.

" Baiklah, saya rasa cukup untuk bulan ini. Oh iya Iman, tolong cari kontak pemateri di acara itu. Kita akan undang dia di acara Milad tahun ini. Cara dia menjelaskan materi di acara kemarin itu sangat bagus. Saya sudah lihat rekaman yang di kirim Afifah minggu lalu. Baiklah terima kasih banyak untuk waktunya, Assalamualaikum."

Pak Yanuar menutup acara laporan bulanan itu. Lalu dia melangkah keluar ruangan diikuti Pak Hudri.

Iman mengusap wajahnya kasar. Dia menatap Syaiful, Banu dan Afifah bergantian. Mereka mengulum senyum menanggapi tatapannya.

" Kenapa tidak kau saja yang menghubungi dia?" Tanya Iman menatap Afifah.

" Itu tugas kau, Man. Kau yang ikut acara tersebut."

Bukan Afifah yang menjawab, tapi Syaiful. Wanita itu hanya tersenyum menatapnya. Iman jadi kesal karenanya. Dia berdecak. Banu terkekeh menatapnya.

" Kalian bersekongkol." Ketusnya. Matanya menatap tajam sahabatnya itu.

" Aku bahkan tidak punya nomer kontaknya, bagaimana bisa menghubunginya?" Lanjut Iman yang langsung mendapatkan sambutan tawa ketiga orang itu.

Afifah menghampiri Iman dengan ponsel ditangannya. Dia membuka kontak atas nama Shanum di sana. Lalu mengangsurkan ponselnya kehadapan pria itu.

" Shanum.. Shanum..pantas aku tidak menemukan nama itu. Ternyata nama aslinya, Siti Hanifa Nurmala." Ucapan ketus yang keluar begitu saja dari mulut Iman membuat tawa ketiga orang terdengar lebih keras.

" Ternyata, diam diam Ustadz mencari tahu ya." Ucap Banu masih di sela tawanya.

" Pura pura aja tak acuh, padahal ...padahal..." Suara Afifah terdengar mengejek.

" Kamu ini, Man..."

" Sudah, sudah kalian ini. Gadis itu sudah punya kekasih dan dia bukan gadis yang kuharapkan." Potong Iman cepat.

Ada nada kesal dalam ucapannya. Dia teringat pria di acara kemarin yang begitu penuh perhatian pada gadis itu.

" Cie..cie..cemburu.."  Afifah terus menggodanya. Iman tersenyum kecut.

" Kalau kau tidak percaya tanya saja sama dia. Kekasihnya hadir di acara kemarin, bahkan mereka akan pergi bersama atau mungkin sudah pergi."   Ucap Iman ketus. Afifah menatap Iman.

" Apa pria itu bernama Andrean?" Tanya wanita itu sambil menatap Iman.

" Mungkin, aku malas mencuri dengar pembicaraan mereka."

" Pria yang hampir sama tingginya denganmu, berkulit coklat dan berkaca mata?"  Jawaban Iman tidak diacuhkan Afifah, wanita itu malah kembali bertanya sambil menatapnya. Ragu Iman menganggukkan kepalanya.

" Berarti benar, dia Andrean. Mereka sudah pergi kemarin ke Singapura." Ucap Afifah.

Iman malas untuk membahasnya lagi. Dadanya sedikit sesak mendengar penuturan wanita itu. Dia pergi meninggalkan ketiga orang yang masih menatapnya itu.

" Andrean itu bukan kekasihnya, karena setahuku dia tidak punya kekasih." Ucapan Afifah tidak dihiraukan pria itu. Dia terus saja membawa langkahnya menjauhi ruangan itu.

Ada sedikit rasa nyeri yang hadir di hatinya tanpa mampu dia pungkiri mengingat gadis itu kini pergi dengan pria yang ada di acara tersebut.

" Apa yang mereka lakukan berdua di Singapur?" Gumamnya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top