7. Ayah (2)

Demoz tidak suka dengan gagasan dimana Lily bisa menggantikan dirinya sebagai ayah Dimi dengan pria lain. Memangnya dia ini barang yang tittle nya bisa diganti sebagai ayah kandung Dimi? Bagaimanapun, bukan salah Demoz jika Dimi tak dirinya ketahui telah hadir di dunia ini karena ulah Lily sendiri yang kabur tanpa mau mengerti kondisi hati Demoz yang tak rela ditinggalkan. Dengan kata lain, Demoz sudah terperangkap dengan perempuan itu. Ayolah, Demz! Jujur pada diri sendiri kalo lo emang udah jatuh cinta sama Lily!

Namun, Demoz bukan pria yang suka mengatakan kejujuran hatinya dengan begitu jelas. Demoz suka memberikan afeksi dengan caranya sendiri, bukan dengan cara yang sama seperti para pria yang kebanyakan dilihatnya di layar smart tv miliknya. Demoz memiliki banyak opsi dalam mengungkapkan cintanya, termasuk dengan menjadikan pasangannya satu-satunya di mata Demoz. Dia tipikal pria yang jika sudah memiliki satu maka akan terus mengikatkan diri pada satu wanita saja. Hanya saja, kelemahannya adalah menerapkan hal yang sama kepada pasangannya untuk mau mengikat diri apa pun yang terjadi. 

Neneknya pernah memperingatkan saat Siri meminta dilepaskan. Demoonel mengatakan bahwa Demoz terlalu gila memperlakukan  pasangan. Saat itu, Siri mengatakan tak tahan dengan sikap Demoz, yang tentu saja bagi Demoz dirinya memperlakukan Siri dengan kemampuan terbaiknya. Bagi Demoz, percintaan mereka yang panas dan menggebu-gebu adalah cara menyempaikan perasaan paling jujur. Namun, Siri tak menyukainya dan malah berbalik menyakiti Demoz dengan pergi dan melepas cinta mereka. Demoz bahkan sempat tak memiliki kekuasaan karena neneknya yang melakukan hal itu. Demoz harus menuruti semua ucapan neneknya, barulah dia bisa kembali membangun perusahaan sendiri dan menjadi bos besar. 

Sekarang ini, Demoz tidak tahu cara apa yang bisa membuat Lily tidak pergi darinya dan mencari ayah lain untuk Dimi. Sebagai pria yang pernah dianggap 'gila' memperlakukan wanita, Demoz merasa dirinya harus berubah dalam menyikapi cintanya yang baru. Lily adalah salah satu contoh yang dia perlakukan cukup berbeda dari Siri. Dan Lily terlihat menyukai cara yang Demoz lakukan saat mendekatinya. Apa itu artinya Demoz harus melakukan segalanya dengan perlahan dan membaca situasi? 

Jika tidak memikirkan Siri yang pernah meninggalkannya karena tak tahan diri, dan Lily yang sempat kabur karena tahu hanya dijadikan sumber informasi, Demoz bisa saja langsung menikahi Lily dan menjadi satu-satunya ayah bagi Dimi. Namun, Demoz tidak ingin membuat Lily kabur karena dituntut langsung menikah dengan Demoz tanpa proses saling mengenal yang sebenarnya. 

"Berapa usia kamu sekarang?" tanya Demoz pada Lily yang terkejut dengan pertanyaan pria itu. 

Lily yang merasa pembicaraan mereka tak nyambung secara topik membalas dengan enggan. "Kenapa kamu tanya umurku?"

"Karena aku ingin memastikan sesuatu," balas Demoz yang tidak keberatan sama sekali jika harus menikahi perempuan yang jauh lebih muda darinya itu.

"Aku sebentar lagi mau 24 tahun."

Benar. Demoz memang mencintai perempuan yang dua belas tahun lebih muda darinya. Demoz tidak pernah meributkan usianya sejak lama, setidaknya sejak Siri meninggalkannya. Tapi sekarang berbeda.  Demoz merasa malu karena usianya sudah hampir menginjak kepala empat sedangkan Lily berada dalam usia yang bisa dikatakan masih berjaya. Berjaya untuk mencapai pendidikan lanjutan, berjaya untuk mencapai jabatan tinggi di pekerjaan, dan berjaya mencapai pria yang setara secara usia dengan perempuan itu. 

Lihatlah Demoz! Dia terlalu tua untuk disandingkan dengan Lily yang bahkan wajahnya bisa dinilai seperti anak remaja usia delapan belas tahun! Gue benci fakta bahwa semakin tua pikiran gue makin rumit dan terlalu menimbang-nimbang seluruh keputusan! 

Demoz ingin sekali mengambil tindakan tanpa banyak berpikir seperti dulu. Namun, dia langsung sadar, tindakan yang gegabah membuat Demoz kehilangan apa yang dirinya inginkan. 

"Kenapa? Baru tahu umurku sekarang? Karena dulu kamu terlalu sibuk memanfaatkan aku dan nggak peduli berapa usiaku, kesukaanku, hal yang aku benci, dan hal remeh lainnya yang harusnya kamu tahu--" Lily langsung menghentikan mulutnya karena dia dalam masalah besar. Lily terlalu banyak bicara yang bisa saja membuat Demoz langsung gede rasa. 

"Jadi kamu mau aku untuk tahu segalanya tentang kamu?" tanya Demoz. 

Lily menghela napasnya saat mendengar pertanyaan dengan ekspresi datar itu. "Udah nggak. Kita udah bukan apa-apa."

"Kita adalah orang tua bagi Dimi. Kenapa kamu menganggapnya bukan apa-apa? Menurutmu status orang tua nggak penting?"

Lily terperangah dengan kemarahan Demoz saat ini. "Kamu nggak sadar, ya? Status orang tua yang kita punya hanya berlaku pentingnya untuk Dimi. Bagiku kamu bukan siapa-siapa aku. Kamu adalah ayah sekaligus orang tua bagi Dimi, dan aku adalah ibu sekaligus ornag tua bagi Dimi. Tapi kamu bukan apa-apa aku, kamu bukan suamiku dan begitu  pula sebaliknya. Jadi, status kita sebagai orang tua memang penting bagi Dimi, tapi kamu nggak penting buatku."

"Gimana caranya aku bisa penting bagi kamu? Bahkan setelah kita bercint--"

"Seks. Itu hanya seks semata. Jangan kamu anggap berlebihan!"

Demoz menatap Lily dan mencari tatapan yang dirinya masih temukan sejak dulu. "Kamu masih sama seperti yang dulu. Kamu bukan tipikal perempuan yang suka melakukan hal-hal intim jika bukan kepada orang yang kamu suka."

Lily tak ingin ketahuan begitu saja oleh Demoz. Dia langsung mencari kalimat balasan yang mungkin bisa membuat Demoz tidak membaca raut wajahnya. "Aku bisa melakukannya dengan ayah Dimi kelak, ayah yang benar-benar mencintaiku dan Dimi serta memberikan status yang jelas untukku."

Lily bergerak untuk berdiri dan ingin mengambil tas agar bisa segera kembali ke kantor. Dia sudah sangat terlambat untuk kembali. Meski sudah izin pada pemiliknya, tetap saja Lily tak enak hati. 

"Hanya aku yang akan menjadi ayahnya Dimi. Nggak ada pria lain."

Lily mengibaskan rambutnya dan menyatakan dengan tangan yang digerakan bahwa dia tak peduli Demoz bicara apa pun. "Terserah kamu mau bicara apa. Aku nggak butuh pria yang cuma bisa bicara. Aku butuh bukti, tindakan yang nyata!" 

Lily bergerak mendekati Demoz dan menunduk. Demoz berpikir bahwa mungkin Lily akan menciumnya karena mereka sudah melakukan hal lebih dari itu tadi. Sudah siap menerima ciuman, Demoz hanya mendapatkan helaian rambut Lily yang mengenai wajahnya dan perempuan itu sibuk menciumi pipi Dimi yang sedang tertidur di pangkuan Demoz.

"Aku berangkat kerja dan kamu bisa pulang setelah memberikan Dimi ke pengasuhnya. Aku pikir sudah cukup penjelasan hari ini mengenai Dimi dan kamu sudah tahu semuanya. Ingat, ya. Aku nggak mau hidup satu atap dengan pria yang bukan suamiku! Kamu juga nggak perlu terlalu sering ke sini karena aku masih ingat kamu bukan pria yang suka dengan anak-anak. Berhenti bersikap gentleman karena kamu nggak cocok dengan image itu."

Demoz tidak ingin mendengarkan ucapan Lily karena sekarang, di dalam kepalanya, dia akan melakukan sesuatu yang bisa membuat Lily tak keberatan tinggal satu atap dengannya. Demoz tak mau menjadi pria asing dalam hidup perempuan itu. Jadi, Demoz harus mencari cara untuk menikahi Lily tanpa membuatnya kabur lagi.

"Demozza? Kamu dengar aku, kan?" Lily melambaikan tangannya di depan wajah pria itu.

"Ya, aku dengar. Aku tahu. Aku akan datang lagi sebagai ayah Dimi untuk sementara waktu, setelah itu kamu harus pasrah untuk tinggal denganku yang akan lebih dari sekadar ayah Dimi saja."

Demoz mungkin akan kehilangan kesabarannya meski dia sudah berubah cukup banyak. Demoz si pemaksa masih ada, dan selama itu dia akan menjadikan Lily istrinya.  

[Yang mau baca duluan bab 10, udah bisa dilihat di Karyakarsa, ya. Terima kasih.]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top