35. Cucu Oma

[ Baca duluan bisa kalian akses di Karyakarsa kataromchick, ya. Atau kalo mau langsung baca e-booknya juga udah ada di google playbook dengan cari 'Faitna YA'. Mana pun yang kalian pilih, yang penting nyaman untuk kalian :)]

Pemandangan yang sudah menjadi biasa saja untuk dilihat begitu Demoonel mengatakan ada cucu yang lain di keluarga tersebut, adalah kemarahan Demoz. Marah, marah, dan marah. Sifat pria itu tidak mudah untuk diubah, atau bahkan memang sudah tidak bisa diubah mengingat sudah melekat menjadi watak. Yang Lily patut syukuri adalah Demoz tidak pernah memukulnya, semarah apa pun pria itu. Meski dalam urusan hubungan di atas ranjang, mengekang kuat leher, mencengkeram pergelangan tangan hingga memerah, atau bahkan bekas gigitan di kulit adalah jenis kekerasan yang tak bisa dihindari. Sebab selain Demoz terbiasa dengan tambahan semacam itu, Lily juga menyukainya.

"Oma nggak mungkin serius mengatakan hal ini. Mana mungkin ada cucu yang lain!? Hanya aku cucu yang Oma punya! Hanya aku! Demozza Galendra! Aku keturunan Galendra!" ucap Demoz menggebu-gebu.

Terlepas dari di mana mereka berada sekarang, Demoz tidak peduli meninggikan suaranya. Ruangan ini mungkin lebih mampu menahan suara tinggi Demoz karena biaya yang tidak sedikit dilkeluarkan.

Justru yang Lily cemaskan adalah kondisi Demoonel menghadapi respon cucunya. Wanita tua itu sudah terlihat lemas untuk menanggapi Demoz sama kerasnya. Mungkin itulah alasan Demoonel meminta Gatara yang menyampaikannya. Supaya Gatara bisa mengimbangi reaksi Demoz yang tetap saja tidak tertandingi. Jika Lily tahu seluk beluk rahasia yang satu ini, mungkin dia akan membantu memberikan pengertian pada Demoz. Namun, Lily sama sekali buta akan hal ini. Cucu? Siapa cucu Demoonel yang dimaksud di sini?

"Pak Demoz, mohon tenang sebentar. Ini adalah informasi—"

"Informasi apanya!? Ini namanya kejutan!" Demoz semakin berapi. "Kamu pikirkan aja, bagaimana saya bisa tenang? Selama ini saya dibesarkan sendiri. Papa dan mama saya nggak punya saudara! Saya nggak pernah mengenal sosok lain yang bisa saya sebut saudara!"

"Mas, kasihan Oma. Kalo kamu seperti ini, kondisi Oma bisa makin parah. Kamu tadi yang nangis-nangis nggak mau kehilangan Oma."

Lily hanya bisa meredakan kemarahan suaminya dengan cara seperti ini. Supaya Demoz sadar bahwa neneknya tidak sedang baik-baik saja. Jika diteruskan malah yang ada kematian lebih dekat dengan Demoonel.

Demoz menghela napas, dia berdiri membelakangi semua orang untuk menenangkan diri. Sesi terapi kejiwaannya akan menjadi tugas lebih besar setelah ini. Sebab Demoz masih saja meledak-ledak tak mampu mengontrol baik emosinya.

"Oma, apa bisa informasi ini disampaikan setelah kondisi Oma membaik?" tanya Lily pelan.

Demoonel menggelengkan kepala. "Tidak bisa diundur lagi. Ozza harus tahu. Cepat atau lambat, aku akan mati. Sebelum mati, aku ingin Ozza tahu bahwa dia memiliki saudara. Ibunya melahirkan anak laki-laki yang sehat. Mendiang papanya tidak pernah tahu, karena aku yang membantu. Sama seperti kamu, Lily, aku membantumu menyembunyikan Dimi. Begitulah aku membantu perempuan itu."

"Oma, yang anak kandung Oma itu papa! Kalau ada anak lain yang mama lahirkan, itu bukan cucu Oma!"

Demoz tidak bisa menghentikan diri sendiri untuk menahan komentar tak terimanya. Kehadiran cucu lain hanya membuat harga diri Demoz terluka. Sebab dia selalu menjadi satu-satunya selama ini. Dia tak suka berbagi. Sama seperti papanya yang sudah tiada, Demoz tidak pernah suka ada orang lain masuk ke dalam lingkup keluarganya. Cucu itu, siapa pun dia, Demoz tak ingin mengenalnya.

"Ozza, Oma tidak meminta kamu menerimanya. Oma hanya ingin kamu tahu kamu punya saudara." Demoonel memberikan sinyal tangan pada Gatara. "Jelaskan semuanya. Saya lelah bicara, Gatara."

Gatara mengangguk patuh. Lily dan Demoz mendengarkan semua yang pria itu katakan.

"Keberadaan cucu di luar pernikahan akan menjadi skandal bagi keluarga ini. Yang dilakukan nenek Anda adalah untuk memastikan tidak ada pihak yang menjadikan ini masalah. Seperti yang Anda tahu, kasus anak yang meminta diakui sudah banyak yang terjadi dan naik ke media. Nenek Anda melakukan ini agar cucunya yang tak resmi menyandang nama Galendra tidak macam-macam ke depannya. Dengan diberikannya sejumlah uang setiap bulan dan saham, cucu lainnya itu dipastikan tidak akan mengumbar keberadaannya ke media dan membuat masalah lainnya. Nenek Anda menyampaikan ini agar Anda tahu, agar nantinya Anda bisa menekan permasalahan yang mungkin bisa dilakukan cucu lain itu."

Penjelasan Gatara membuat Demoz menggeram kesal. "Saya nggak akan mau berurusan dengan anak itu!"

"Pak Demoz, Anda tidak akan berurusan dengan cucu —"

"Jangan sebut dia cucu terus menerus!"

Gatara melirik Demoonel dan Lily. Begitu mendapatkan anggukan untuk mengubah panggilan, Gatara mengiyakan.

"Pak Demoz tidak akan berurusan dengan orang tersebut jika tidak ada masalah yang terjadi. Sejauh ini, orang tersebut tidak macam-macam. Dia patuh pada nenek Anda dan tidak pernah meminta ini dan itu."

Demoz mendecih tak suka "Kalau dia nggak macam-macam, kenapa dia mendapatkan saham?"

"Anak ini! Bagaimana kamu bisa membungkam seseorang tanpa uang!?" omel Demoonel.

Mereka semua terdiam. Demoonel mengatur ritme napasnya lagi dan Lily kembali teringat telepon dari Atri. Dia mendekati sang suami dan berbisik, "Demz, aku harus pulang. Dimi nangis nyariin aku. Kamu masih mau di sini, kan?"

"Kamu sama siapa pulangnya?"

Lily memutar bola matanya, tahu Demoz sudah kembali dalam mode tukang cemburunya. Setelah tadi fokus menangisi kondisi neneknya.

"Tadi aku ke sini karena orang Gatara yang jemput, karena kamu histeris."

Demoz menatap Gatara dengan sengit. Tak suka ada pria lain yang menjemput istrinya apa pun alasannya. Mau itu hanya seorang sopir, atau bodyguard kiriman, intinya Demoz tak suka istrinya bersama pria lain.

"Aku ikut kamu pulang. Karena nenek udah bangun, aku akan minta Gatara menyampaikan semua kabar soal Oma nanti."

Memang tidak akan pernah Demoz mau melepaskan Lily. Pria itu sudah memiliki kecenderungan posesif sejak awal. Dulu sifat itulah yang tidak diperbaiki, lalu melukai Siri—istri mantan atasan Lily. Membayangkan itu, kembali membuat Lily tak nyaman. Hingga saat ini Demoz belum menyampaikan ucapan maaf secara benar. Namun, jika membawa Demoz ke hadapan Siri sekeluarga tampaknya malah membangkitkan perdebatan nantinya.

"Apa lagi yang kamu pikirkan? Kamu akan melamun di sini? Ayo, katanya Dimi menangis cari kamu, kan?"

"Oh, hm, iya. Kalo gitu, Oma, aku pamit pulang dulu. Dimi semakin rewel kalau nggak langsung ditemani."

Demoonel mengibaskan tangannya, tak masalah jika ditinggal oleh Demoz dan Lily. Wanita yang sudah terlampau tua untuk menjalani hidup itu tidak akan mau menyulitkan orang lain. Jadi, dia lebih senang sendirian ketimbang ditangisi siapa pun.

Sedangkan di mobil, Demoz masih berusaha menerima fakta mengenai cucu lain yang ada di keluarganya.

"Apa kamu nggak berusaha mengenali cucu yang dimaksud nenek kamu?" tanya Lily.

"Nggak! Toh, dia nantinya akan tetap muncul waktu rapat pemegang saham. Yang terpenting, aku punya pegangan sendiri yang nggak terpengaruh sama keuangan Galendra group."

Lily berdecih sebelum menyampaikan komentarnya. "Ya, seolah uang yang kamu dapatkan untuk membangun bisnis sendiri bukan dari sana aja."

"Kamu sebenarnya dukung aku atau nggak, sih? Kenapa kamu meremehkan aku?"

"Bukan meremehkan. Aku cuma mau kamu menerima hasil kerja keras perusahaan keluarga. Jangan meremehkan hal seperti itu. Oma sudah berusaha keras, gantian kamu yang harus mengurusnya dengan baik. Terlepas kamu punya bisnis sendiri, kamu harus tetap memprioritaskan bisnis keluarga yang masih Oma pegang saat ini."

"Iya, iya, iya! Bisa berhenti bahas itu? Aku mau menenangkan pikiran dengan kabar mengejutkan ini!"

Lily menghela napasnya dan membiarkan suaminya si tukang pemarah itu menghabiskan waktu sendiri untuk berpikir dan menyerap informasi dadakan itu. Setelah ini, entah apa yang akan terjadi. Yang jelas, Lily berharap supaya keberadaan cucu baru itu tidak membawa masalah apa pun.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top