31. Hot pool

[Baca special chapter sebelumnya di Karyakarsa, ya. Silakan lanjut baca lagi disini🫣]

Ini adalah pengalaman gila yang baru saja mereka pecahkan rekor selama bertemu kembali dan menikah dalam waktu yang terbilang singkat. Setelah kurang lebih dua tahun mereka sengaja dipisahkan, kini Lily dan Demoz justru terlihat seperti pasangan yang menggunakan lem tembak agar merekat sempurna. Apalagi untuk kegiatan semacam ini, terlalu merekat hingga keduanya tidak mau untuk melepaskan diri satu sama lain.

Harusnya mereka sibuk untuk menyelesaikan kegiatan di kolam renang agar tidak ada orang yang mendapati mereka melakukan hal yang tidak-tidak. Namun, godaan dari rasa gairah membuat keduanya seakan tak peduli dan malah menggila. Kolam renang yang dingin dibuat begitu panas hanya dengan kegiatan mereka menyatukan tubuh. 

Baru beberapa waktu yang lalu Lily merasa kedinginan dengan masuk ke dalam kolam, tapi sekarang dirinya tidak merasakannya. Tubuh Demoz mengantarkan getaran panas hingga membuat air kolam juga ikut panas karena kegiatan mereka. Air menjadi bergelombang dan berbunyi selayaknya ada tubuh yang berenang di sana. Padahal yang ada hanyalah dua tubuh yang bergerak dan sedang berusaha meraih gelombang cinta mereka hingga ke puncak kenikmatan. 

Ketika Lily menyentuh wajah suaminya dan menatap pria itu seiring dengan gemuruh yang menyalak di mata perempuan itu, Lily menyerang bibir Demoz dan segera menyelamatkan suaranya sendiri dari teriakan karena sesuatu mendorongnya hingga ingin berteriak kencang di tempat seterbuka ini. Jika tidak mencium Demoz dan mengerang dalam ciuman tersebut, Lily akan membuat banyak pihak terbangun dengan suara erotisnya. 

Kuku perempuan itu menguat di pundak Demoz dan merasakan semakin ketat melingkupi milik sang suami. Jelas Demoz tidak keberatan dengan hal itu, dia suka dengan apa yang diberikan oleh Lily. Segala tindakan perempuan itu di bawah sana selalu membuat kepala Demoz berputar ke belakang tapi kembali mengarah tatapan tajam untuk menghentak tubuh Lily berulang kali. Jika tidak ingat dengan janin yang sedang tumbuh di sana dan ini menjadi jatah kunjungan, maka Demoz akan mendorong dirinya lebih brutal di atas tubuh Lily. Untung saja dirinya masih sangat waras dan tidak ingin ada kejadian yang membuatnya terpaksa berpuasa terlalu lama. 

"Demz ... aku--"

Demoz menghentikan istrinya untuk mengatakan apa pun dengan lumatannya yang keras. Dengan segala hal yang dirinya miliki, Demoz mampu membuat puncak mereka terasa begitu memuaskan. Lily bisa melalui perasaan lega itu dan Demoz juga mendapatkan miliknya dengan menggeram di bibir istrinya. Mereka sama-sama memberikan apa pun yang diinginkan tanpa ada yang menang sendiri. Porsi yang mereka dapatkan sungguh imbang dan Lily menyukainya. Itu mungkin salah satu alasan mengapa dia tidak bisa berhenti dari sentuhan Demoz. Atau pada dasarnya memang dia sangat mencintai Demoz hingga tak mau kehilangan kesempatan bercinta dengan pria itu.

Deru napas mereka masih senantiasa bersahutan setelah mendapatkan klimaks. Kondisi mereka juga masih sama-sama tak tertutupi dengan baik dengan kain apa pun. Demoz memberikan pelukan dan usapan kecil di perut Lily. 

"Kamu bisa survive di dalam sana, kan?" tanya Demoz pada adik Dimi.

Lily tentu saja sangat terkejut dengan apa yang dilakukan oleh pria itu. Hatinya yang mudah bergetar karena keberadaan janin di perutnya mendadak menjadi sangat sensitif dan ingin menangis terharu. Namun, Lily tak mau menunjukkannya dengan mudah. Demoz tak diizinkan oleh Lily untuk melihat sisi itu.

"Kamu ini ngomong apa, sih? Jangan ajari anakku yang aneh-aneh, ya! Survive survive! Kamu pikir apaan?"

"Ya, dia harus survive karena kita tadi goyangnya--"

"Astaga, Demoz! Gila aja kamu bahas goyang sama anak yang belum lahir!"

Demoz terdiam karena Lily sudah kembali dalam mode 'tukang protes'. Secara perlahan Lily menarik diri dan Demoz merasa kehilangan seketika. 

"Kok, udahan?" tanya pria itu.

"Mau ngapain lagi? Emang udah selesai, kan?" 

"Kalo cuma satu kali--"

"Jangan gila, ya. Aku bisa sakit kedinginan di sini. Naik, dan masuk ke kamar! Aku nggak mau kena flu dan bikin banyak pertanyaan dari orang-orang."

"Kalo flu--"

"Astaga, berhenti buat bales ucapan perempuan hamil yang lagi sensi. Oke?"

"Kenapa masih sensi? Kurang seks--"

Lily may tak mau langsung menepuk bibir pria itu dan meninggalkan Demoz yang terkejut. 

"Ly?" 

"Bodo amat!"

***

Pagi ini Lily sengaja untuk bangun lebih awal untuk berangkat kerja tanpa gangguan dari Demoz. Pria itu masih tertidur pulas, mungkin karena kelelahan. Ya, bagaimana tidak lelah, mereka melakukan ronde kedua di kamar semalam. Memang gairah seks mereka tidak bisa dibendung, dan mereka pantas diberi label sebagai pasangan gila seks!

"Bu, semalam denger sesuatu nggak?" tanya Atri yang sedang mengoles roti dengan selai sembari menjaga Dimi yang sudah bangun pagi juga.

"Denger apa?" sahut Lily tanpa memfokuskan diri sepenuhnya pada Atri.

"Masa semalem saya kayak denger ada yang main di kolam."

Lily langsung terbatuk dengan ludahnya sendiri. Dia tidak tahu kenapa mendengar kata main membuat dirinya berpikir bahwa Atri membahas permainan yang kotor. 

"Ya ampun, Bu. Kenapa sampe keselek begitu?"

Lily melambaikan tangannya agar Atri tidak perlu sibuk mengurusinya yang masih berusaha menyesuaikan diri. 

"Kamu tadi bilang apa, Atri?"

"Tadi malam saya kayak denger ada yang main di kolam renang, Bu. Saya bukannya nakut-nakutin, tapi kayaknya di rumah ini ada penunggunya, Bu."

Lily mulai bisa tenang setelah Atri menjelaskan kecurigaannya mengarah pada hal mistis. Hampir aja! Lily mengira dirinya dan Demoz dipergoki Atri dan mengira pengasuh Dimi itu menonton live porn dari pasangan tersebut. 

"Penunggu apa, sih, Atri?"

"Ih, Ibu ini dibilangin malah nanya penunggu apa!" Atri mulai gemas dengan majikannya. "Mungkin karena rumah ini lama nggak ditempati, Bu. Saya sampe nggak berani keluar buat cek. Saya ngeri, Bu. Untungnya aja semalam dek Dimi nggak rewel, penunggunya nggak gangguin Dimi. Tapi saya agak takut juga, sih, Bu."

Penunggu apanya, Atri? Itu saya dan Demoz yang main di kolam! 

Entah bagaimana Lily juga gemas ingin menjelaskan bahwa bukan hantu jadi-jadian yang menggunakan kolam renang untuk menakutinya, melainkan pasangan yang cukup gila hingga membuat terkejut semua orang yang melihat mereka. 

"Kenapa kamu malah jadi penakut sama yang begituan? Ini rumah nggak ada apa-apanya. Buktinya Dimi nggak rewel begitu pindah ke sini."

"Iya, sih. Dek Dimi nggak diganggu, tapi saya yang diganggu sama kegiatan makhluk itu, Bu."

Lily menepuk jidatnya sendiri. Tidak ada yang bisa memastikan jawaban penuh kejutan apa yang akan Atri sampaikan jika pembicaraan ini diteruskan. 

"Lain kali nggak akan ada yang ganggu kamu."

"Hah? Kok, Ibu tahu?"

Karena saya pelakunya! 

"Ya, karena nggak ada makhluk kayak gitu! Kamu cuma perlu ibadah dan nggak akan ada yang ganggu kamu, Atri."

Atri tertawa setelah mengatakan oh yang panjang. "Saya kirain Ibu ini pawangnya, ternyata Ibu nyuruh saya ibadah."

Lily menggeram karena jadi salah tingkah sendiri dengan respon Atri yang lucu. Maafin saya, Atri. Telinga kamu jadi denger yang aneh-aneh. 



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top