30. Bikini (2)
[ Setelah chapter ini adalah scene bermuatan dewasa, tapi gak aku publish di sini. Ada di Karyakarsa kataromchick. Bagi yang sudah cukup umur boleh langsung mampir kesana, ya. Cari aja special chapternya. Itu bermuatan dewasa semua.]
Demoz tidak akan bisa sepenuhnya fokus pada apa yang ada di depannya. Ya, kebetulan memang Lily selalu berada di depan pandangannya. Entah karena memang kebetulan perempuan itu selalu ada di depan Demoz atau pria itu tak bisa membiarkan Lily tak berada dalam jarak pandangnya. Yang jelas, Demoz seperti sesuatu yang tidak bisa lepas dari Lily. Perempuan itu yang menggunakan bikini dan mengekspos seluruh tubuhnya adalah hal yang tidak pernah Demoz sangka mampu menghancurkan isi kepalanya yang mengatur kewarasan.
"Kamu lihatin apa? Itu Dimi kamu biarin sendirian."
Demoz kebingungan dengan dirinya sendiri karena tidak fokus melakukan banyak hal. Dimi tidak bisa sepenuhnya dalam pengawasannya karena mata Demoz terus mengamati sang istri. Lily bahkan hanya melakukan gerakan renang yang wajar dan Demoz sudah kehilangan akal. Bagaimana jika Lily melakukan atraksi lainnya? Mungkin Demoz akan mengucurkan darah dari hidungnya karena tidak bisa mengendalikan diri.
"Aku? Aku mau minta gantian sama kamu."
Demoz hanya menggunakan seluruh alasan yang bisa muncul di kepalanya. Dia tahu bahwa istrinya itu pasti bisa mengerti apa yang terjadi dan sedang berusaha menggoda diri Demoz saja. Satu-satunya cara Demoz untuk tetap waras di depan anaknya adalah dengan bersikap biasa saja menyikapi godaan yang ada di depan mata.
"Mau gantian apa?" tanya Lily yang malah sengaja berenang menggunakan gaya punggung dan menjauhi posisi Demoz serta Dimi berada.
"Gantian renangnya," jawab Demoz yang memegangi pelampung Dimi sekaligus mengikuti seluruh gerakan tubuh Lily.
Tidak perlu bergantian, Demoz tidak memerlukan itu sama sekali. Saat ini di kepalanya sudah ada bayangan untuk berenang, yang berarti menyelam di dalam tubuh Lily yang basah. Bentuk tubuh perempuan itu memang bisa dikatakan sudah berkali-kali Demoz lihat, tapi entah kenapa tidak membuat Demoz berhenti terkejut dengan apa yang disuguhkan.
"Hei!" Sekali lagi Demoz mendapati Lily yang menyadarkannya dari lamunan.
"Kamu kebanyakan ngelamun, Demoz. What's wrong?"
Demoz tersenyum saat menyadari betapa jahilnya Lily saat ini. Perempuan itu tidak lagi lugu seperti dua tahun sebelum ini. Genjatan hidup rupanya sudah mengubah Lily yang masih memiliki sifat pemalunya, tapi sekarang pandai membalur sifat itu dengan gaya barunya yang lebih menonjolkan kepercayaan diri berlebih.
"Kamu sedang berusaha melakukan apa kepadaku, Lily? Aku sudah bilang, kan, kita akan melanjutkannya di sesi pembuktian nanti? Kenapa kamu sengaja menggoda aku?"
Lily menoleh pada putra mereka yang mungkin sedang mengamati dan pasti menangkap pembicaraan kedua orangtuanya meski tidak memahami apa yang didengarnya.
"Kamu ini ngomong begitu nggak paham situasi, ya? Ada Dimi di sini!"
"Dia nggak akan ngerti."
Lily memberikan tatapan yang sangat tajam pada suaminya. "Dimi itu anak yang cerdas!"
"Usianya masih kecil, memorinya belum menyimpan jangka panjang."
Merasa kesal karena dibantah terus menerus, Lily memukul dada suaminya hingga pria itu meringis kecil dan mengusapnya.
"Hahaha. Ma, Pa." Tawa Dimi membuat kedua orangtuanya tertegun.
Dimi tertawa dengan lepas hingga kepalanya oleng ke belakang. Jika saja Demoz tidak segera menangkapnya maka anak itu akan terjatuh ke kolam tanpa persiapan apa-apa. Untung saja pelampung dengan karakter flamingo itu mampu menampung tubuh Dimi dengan baik.
"Kamu ketawain papa?" tanya Demoz dengan nada yang dibuat seolah marah. "Kamu nggak mau ngomong tapi pinter nggetawain papa yang dipukul mama, hm?"
Demoz menggelitik perut telanjang anak itu dengan menciumnya. Dimi semakin tertawa dan mereka menghabiskan waktu dengan baik di sana. Meski siang ini sesi renang selesai, tapi Demoz tetap menyiapkan sesi lain untuk memenuhi bayangan di dalam kepalanya.
***
Lily tidak akan pergi kemanapun lagi. Meski banyak barang yang belum dipindahkan ke rumah ini, tapi Demoz tidak mengizinkannya kembali pulang. Padahal Lily belum bicara dengan Demoonel mengenai hal ini, tapi Demoz dengan keras kepala mengatakan bahwa masih banyak waktu untuk bisa mengatakannya pada sang nenek mengenai kepindahan Lily dan Dimi.
"Lihat, nih! Gara-gara kamu minta buru-buru langsung tinggal di sini, aku malah nggak bawa apa pun!"
Lily memakai baju Demoz yang jauh lebih besar untuk dirinya gunakan. Pria itu bahkan tidak repot mengenai pakaian dalam Lily karena diam-diam pria itu sudah menyiapkan pakaian dalam dengan motif yang disuka. Garis bawahi, motif yang disuka oleh Demoz! Pria itu memiliki bayangan menarik jika Lily menggunakan pakaian dalam yang dipilihkannya untuk dipakai pada keseharian. Ya, keseharian! Demoz benar-benar menyiapkan pakaian dalam untuk Lily dalam jumlah yang banyak.
"Kamu cocok dengan pakaianku."
"Aku lebih cocok pakai ukuranku sendiri! Lagian kenapa kamu beliin pakaian dalam dengan tepat tapi nggak beliin pakaian rumahan?"
"Aku nggak tahu model yang kamu suka."
Lily menggelengkan kepalanya tidak percaya. "Aku nggak butuh model, Demoz. Yang penting bisa aku pakai! Bahkan celana dalam dan bra yang kamu belikan aku nggak protes mengena modelnya, kan?"
"Kalo kamu nggak masalah dengan model apa pun, kamu nggak akan protes memakai pakaian sekarang. Padahal kamu keliatan sangat bagus dengan kaos yang kebesaran begini."
"Astaga laki-laki ini!"
Demoz tersenyum mendengar istrinya yang mengeluh dengan balasan demi balasan yang diberikan oleh pria itu.
"Dimi sepertinya udah tidur dengan Atri di kamar barunya. Anak itu nggak rewel sejak pertama kali datang. Aku nggak mau disaat dia udah betah di sini harus balik ke rumah lamanya dan nggak mau di sini. Mumpung Dimi nggak rewel dan betah, aku mau kalian di sini dan merasakan sebenar-benarnya rumah."
Lily melirik suaminya dengan cepat. "Itu cuma alasan supaya aku diam dan setuju, kan?"
"Nggak. Aku serius."
Lily tidak melihat adanya kebohongan atau ragu-ragu dari pria itu. Mau tak mau Lily akhirnya mengangguk dan tidak menimpali ucapan pria itu. Dia akan menaiki ranjang jika saja Demoz tidak menahan pinggangnya dan mencium tengkuk Lily dengan seduktif.
"Kamu ngapain??" tanya Lily dengan bingung.
Demoz mengendus leher istrinya dan menggerakan tangan hingga ke balik kaus yang Lily gunakan untuk mengusap perut perempuan itu.
"Aku nggak tahu pertanyaan kamu itu serius atau memang sengaja menggoda. Sejak tadi siang kamu bersikap sangat berani, Lily."
Lily jelas tidak percaya bahwa suaminya masih ingat dengan sikap Lily yang memang sengaja menggoda Demoz untuk menutupi rasa malu.
"Astaga, kamu memang nggak bisa digoda sedikit, ya?" balas Lily dengan nada gugup yang coba ditekannya.
"Kamu harus bertanggung jawab dengan pilihan yang kamu ambil."
"Aku nggak memilih apa pun."
Lily berusaha menyangkal sentuhan pria itu di dada dan bibir Demoz yang meraba belakang telinganya. Namun, sia-sia saja Lily menyangkal semua yang suaminya berikan. Dia kalah dengan semua atensi intim yang diberikan oleh pria itu.
"Demoz ...."
Lily ingin meminta pria itu berhenti, tapi justru malah berakhir mendesahkan nama suaminya.
"I'll give want you want, tapi bukan di sini, Sayang."
Lily mengerutkan keningnya ditengah sentuhan Demoz. "A-apa?" tanya perempuan itu setengah linglung.
"Pakai bikini yang ada di lemari kamu dan kita lakukan di kolam renang."
Demozza Galendra memang gila!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top