29. Bikini

[Yuhuuu! Aku update lagi. Yang mau baca duluan bisa ke Karyakarsa kataromchick. Info juga buat kalian yang beum tahu, cerita ini masuk Daddy series. Ada dua cerita yang tamat(Sweetest Daddy, dan Daddy's in Hurry) kalian bisa baca cuplikannya juga di Wattpad aku dan baca special chapter di Karyakarsa kataromchick, yaps. Anyway, series ini memang bermuatan dewasa, jadi yang dibawah umur jangan coba-coba buka special chapter di Karyakarsa.]

Ide seorang Demozza memang tidak pernah mengecewakan untuk mengejutkan banyak pihak. Meski sekarang ini hanya ada Lily sebagai orang dewasa yang bersama pria itu, tetap saja tindakan Demoz sangat mengejutkan. Jika saja ada orang dewasa lainnnya di sana, mereka akan terkesiap dengan tindakan Demoz yang langsung menyodorkan bikini pada Lily. Mudah saja bagi pria itu memberikan bikini yang sudah pasti sangat terbuka untuk Lily pakai. Entah kemana otak pria itu kini.

"Kamu bisa pakai kamar utama atau kamar mandi kalo mau ganti."

Apa katanya? Bisa pakai kamar utama atau kamar mandi buat ganti? Ganti bikini?

Lily benar-benar ingin menghentikan suaminya berkata demikian. Lily ingin Demoz berpikir dengan baik bahwa perempuan itu malu untuk melakukan apa pun. Apalagi jika harus menggunakan pakaian renang di depan pria itu.

"Ganti? Siapa yang setuju mau ikutan renang? Aku nggak mau!"

"Kenapa nggak mau?"

"Ya, karena ini bikini! Apa kamu nggak ngerti kalo ini pakaian yang sangat terbuka??"

"Cuma aku yang lihat."

"Tetep aja aku malu!"

Semakin lama semakin mereka berdua berakhir berdebat tanpa henti. Entah kenapa perkara bikini saja bisa membuat mereka berdebat disaat Dimi sudah menginginkan untuk segera masuk ke dalam kolam renang.

"Maaa au."

Dimi benar-benar tidak bisa diajak kompromi sama sekali dengan mamanya. Anak itu malah ingin segera menceburkan diri.

"Ya, udah. Kalo kamu nggak mau ganti, pake baju itu aja. Masuk ke kolam nemenin Dimi pake baju itu, terus nanti pulangnya kamu pake baju basah. Nggak masalah kalo kamu pengen masuk angin. Aku, sih, bebas."

Demoz jelas sedang memberikan Lily ancaman.

"Aku nggak ikut renang!"

Demoz menatap putra mereka dan berkata, "Dimi, mama nggak mau renang."

Tanpa menunggu beberapa detik, anak itu sudah menangis dengan kencang. Dimi sepertinya sudah dalam pengaruh Demoz dengan sangat baik. Anak itu tidak bisa berada di kubu Lily sama sekali.

Berapa lama mereka hidup bersama? Dimi dan Lily menghabiskan lebih banyak waktu ketimbang Dimi dan Demoz. Entah kenapa tidak ada yang mendukung Lily. Satu-satunya harapan yang bisa Lily minta bantuan adalah bayi di dalam kandungannya.

"Dimi renang sama papa aja, ya?" ucap Lily berusaha untuk menenangkan anaknya. "Dimi boleh renang, kok. Sana renang sama papa."

Bukannya diam, anak itu malah semakin mengencangkan tangisnya. Tidak ada yang bisa menolong anak itu selain ikut renang seperti apa yang Demoz inginkan. Mau tak mau Lily tidak memiliki pilihan selain menuruti suaminya untuk memakai bikini untuk renang bersama dua lelaki yang mirip itu.

"Oke, oke. Mama ikut renang." Demoz tersenyum dan Dimi perlahan bisa menghentikan tangisannya. "Mama ganti baju dulu!"

Demoz mengangguk singkat dengan tatapan penuh arti. "Kamar utamanya ada di—"

"Kamu udah jelasin pas masuk dari tadi!" sela Lily.

Demoz tertawa pelan dan mengangguk. "Aku Cuma mau kamu selalu inget kamar utama kita."

Lily benar-benar dibuat naik darah oleh pria itu. Tidak putranya tidak papanya, keduanya sama-sama ingin menyiksa Lily dengan cara mereka sendiri.

***

Lily tidak tahu apa yang harus dirinya lakukan dengan pakaian seterbuka dan sekecil ini. Lily pernah membayangkan bagaimana rasanya memakai pakaian renang dengan tubuhnya yang tidak sempurna. Namun, itu hanya bayangan. Lily tidak benar-benar akan melakukan tindakan untuk memakai bikin, apalagi pasca melahirkan Dimi. Penampilannya semakin tidak karuan dengan status sebagai ibu. Meski sekarang dirinya merasa percaya diri dengan pakaian kerja, tentu tidak akan sama dengan memakai pakaian terbuka.

"Ngapain, sih, aku malah begini? Ngapain juga nurutin kemauan Demoz?"

Lily bisa saja menggunakan pakaiannya dan menelepon Atri untuk membawakan baju ganti. Tapi memang itu akan menyulitkan Atri. Padahal Lily sendiri yang sengaja memberikan waktu luang untuk pengasuh anaknya itu.

Membuang napas dalam sekali hentak, Lily menguatkan diri untuk keluar dari kamar dan menutupi kakinya dengan kemeja milik Demoz yang diikatkan di pinggang.

Matanya menangkap interaksi Dimi dan papanya dan tidak bisa teralih. Melihat Dimi dan Demoz yang belajar renang bersama membuat Lily menjadi tersentuh. Ini yang dirinya bayangkan sejak sebelum memiliki Dimi. Bayangan memiliki keluarga kecil yang damai dan ceria. Nyatanya hidup tidak memiliki jalan yang dirinya inginkan semudah itu. Damai dan ceria adalah kebbalikan dari jalan yang Lily ambil.

"Mama! Ngapain bengong disitu?" Demoz berseru untuk membangunkan Lily dari lamunan.

Lily mengalihkan tatapannya dari Demoz yang belum melihat bagian perut hingga paha Lily sepenuhnya. Rasanya Lily tidak bisa membuak kemeja pria itu karena rasa malu yang semakin membumbung tinggi. Setiap langkahnya mendekati anak dan suaminya, maka disitulah rasa malu melingkupinya.

"Kamu pake kemejaku?"

Lily tahu harga dari kemeja pria itu tidaklah murah, tapi Lily tidak sedang peduli dengan fakta tersebut. Masa bodoh dengan kemeja pria itu yang akan kusut hanya untuk menutupi setengah tubuh Lily, yang penting perempuan itu merasa aman.

Berdehem sekilas untuk mengurangi rasa gugup, Lily menjawab pria itu. "Iya. Kenapa? Nggak boleh aku pake?"

"Boleh aja. Aku malah seneng karena kemejaku jadi bau kamu nantinya," balas pria itu sambil tersenyum penuh arti.

Lily tentu saja menunduk dan menatap kemeja yang digunakannya. Pikiran Demoz rupanya sudah kemana-mana. Kemeja pria itu menutupi bagian bokong dan paha Lily. Kini perempuan itu mengerti sepenuhnya bau apa yang dimaksud oleh Demoz. Sialan pikiran kotor Demoz! Tapi kenapa juga Lily bisa memahami pikiran kotor pria itu juga? Padahal seharusnya dia tidak usah mengerti apa pun!

"Kok, malah nengokin kemeja aku aja? Kamu nggak mau nemenin Dimi renang?" tanya Demoz. "Dimi, panggil mama ke sini! Suruh mama renang ke sini."

Demoz paling pandai untuk mempengaruhi Dimi yang sangat lugu dan langsung meneriaki Lily. "Maaaaa!"

Lily menyerah untuk menjadi keras kepala. Dia sudah kepalang tanggung melangkah kemana-mana. Dia yang mengerti godaan suaminya langsung melepaskan kemeja itu dari tubuhnya dan mau tak mau memperlihatkan bagian terbuka yang sebenarnya ingin ditutupinya.

Demoz jelas tidak memalingkan pandangan untuk mengamati seluruh siluet istrinya yang memakai bikini. Pria itu bahkan hanya menggunakan tangan untuk mengawasi Dimi dan seluruh tatapannya terpatri pada Lily yang sengaja tak menatap Demoz.

Sudah jelas wajah Lily kini sangat memerah dan tidak tertolong. Dia sudah masuk dalam perangkap Demoz dan akan sekalian menjeburkan diri saja. Mengingat Demoz yang tadi menggodanya dengan kalimat ambigu, maka Lily juga ingin membuat pria itu kelimpungan dengan kalimat yang tak kalah ambigunya.

"Makasih buat bikini barunya yang pas di tubuh aku, ya. Aku jadi bisa ngerasain air membelai kulitku dengan intens."

Lily langsung menarik Dimi yang berada di atas pelampung dan bermain dengan putranya, sengaja mengabaikan Demoz yang menjadi fokus menatap Lily.

"Aku jadi iri sama air kolam ini," bisik Demoz yang tak mau kalah.

Lily menjauhkan kepalanya dari sang suami yang sekarang menaikkan sebelah alisnya dengan sengaja.

"Oh, ya? Mungkin kamu nggak akan sebaik air kolam ini yang bisa membelai sampai titik terdalam!"

"Really? Aku rasa nggak ada yang bisa lebih dalam dari aku untuk menyelami kamu."

Lily menggelengkan kepalanya. "Nggak, dong. Kamu nggak sejago air kolam ini. Apalagi dengan bikini ini aku jadi lebih bisa ngerasain—"

"Aku akan membuktikannya setelah ini." Demoz membuat pembahasan ini menjadi selesai dengan satu konklusi.

"Apa?"

"Kitalanjutkan nanti untuk sesi pembuktiannya, Lilia Posei."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top