21. Newlyweds

[Bab 37 sudah tayang di Karyakarsa ya. Yang udah beli paket pasti nggak ketinggalan buat baca😉.]

Lily tidak tahu bahwa hidupnya akan berubah begitu cepat. Rasanya baru beberapa hari saja untuk tahun-tahun dirinya bersembunyi dari Demoz. Begitu dirinya ditemukan oleh pria itu, tiba-tiba saja pernikahan terjadi. Ya, memang bukan tipe pernikahan yang akan membuat hati langsung berbunga-bunga. Justru pernikahan ini terasa sangat konyol karena diburu waktu dan harus menjadi rahasia.

Lily tahu Demoz tidak bersedia membuat pernikahan ini menjadi rahasia, tapi Lily tak mau membuat banyak orang meliriknya sebagai nyonya Demozza Galendra. Apalagi di dunia pekerjaan yang pastinya tidak mengira bahwa kedekatan Lily dan Demoz sudah pernah terjalin di masa lalu dan terhubung menjadi pernikahan. Orang-orang kantor akan langsung mengatakan, "Oh, pantes, begitu Lily yang berangkat proposal konsepnya langsung disetujui."

Meski cepat atau lambat itu memang akan terjadi, tapi Lily tidak mau menunjukkannya secara keterlaluan. Projek dengan anak perusahaan Demoz juga sudah selesai dan hasil memuaskan karena banyak pihak yang jadi tertarik untuk memesan ponsel baru keluaran anak perusahaan pria itu. Tidak heran jika Demoz begitu bahagia.

"Jangan ke mana-mana."

Lily berhenti melakukan kegiatan apa pun karena suara, suaminya. Iya, suaminya! Pagi-pagi sekali pria itu membawa Lily untuk pergi menuju KUA. Tidak pernah Lily sangka bahwa pria itu memang nekat dan membuat seluruh persyaratan bisa terpenuhi dalam semalam.

"Aku harus kerja."

"Ini hari pertama kita menjadi pasangan suami istri, Lily. Bos Kim juga sudah aku hubungi untuk mengizinkan kamu nggak masuk kerja."

Lily melebarkan matanya dan menerjang pria itu dengan menekan kerah baju si pemiliknya. "Kamu kasih tahu bos Kim!? Kamu gila, ya!?"

Demoz dengan tenang menurunkan tangan Lily dan menarik perempuan itu ke pangkuannya. Tangan Lily terkunci seketika tanpa bisa melakukan apa pun.

"Siapa yang bilang ke atasan kamu itu? Aku cuma minta kamu nggak diburu atau dihubungi soal pekerjaan hari ini."

"Terus alasannya apa???"

"Saya mau kamu mengurus sesuatu untuk projek selanjutnya yang mungkin bisa menguntungkan Estetik nantinya."

Lily tidak habis pikir kenapa Demoz melakukan hal yang sangat gegabah. "Bos Kim bisa curiga dan mengira kita punya sesuatu makanya kamu begitu menginginkan aku untuk semua rencana pekerjaan kamu!"

"Biarkan mereka menerka-nerka bahwa kita memang punya sesuatu yang spesial. Toh, kita merahasiakan pernikahan ini. Mereka pasti berpikir kita baru melakukan pendekatan biasa."

Semua hal di mata seorang Demozza Galendra memang tidak terlihat berat sama sekali. Pria itu selalu memiliki pemikiran yang mudah untuk hal yang sulit untuk Lily jabarkan. Orang-orang di kantor Lily akan dengan mudah menebak bahwa memang ada sesuatu antara Lily dan Demoz.

"Lepasin tangan aku!" ucap Lily yang agaknya kesal tangannya dikunci hingga tidak bisa pergi dari pangkuan pria itu.

Bukannya dilepaskan, malah Demoz semakin erat mengunci pergelangan tangan perempuan itu. Demoz bahkan memposisikan kedua tangan perempuan itu di belakang punggung dan segera membuat dada Lily membusung ke depan dan merapat pada pria itu.

"Kenapa kamu masih secantik pertama kali kita bertemu?"

Lily terdiam. Dia benci mengingat sosok dirinya yang dulu. Mudah sekali dibodohi oleh pria berpakaian rapi, bertubuh tegap, dan tatapan yang memabukkan. Semua itu membuat Lily terluka pada akhirnya. Dia menemukan dirinya yang sangat bodoh dan terluka. Apa kamu mau mengulanginya, Lily? Perempuan itu bertanya pada diri sendiri, apakah dirinya akan menjadi seperti itu untuk kedua kalinya?

"Perempuan cantik adalah makna dari perempuan yang bodoh." Lily tidak lagi ingin membuat Demoz merasa bahwa hubungan mereka akan sangat romantis seperti dulu.

"Kamu nggak bodoh," balas Demoz.

"Ya, terserahlah."

Demoz tidak suka suasana yang tiba-tiba menjadi kelam. Mereka sengaja datang ke rumah Demoz tanpa Dimi karena ada agenda yang harus dilakukan berdua. Namun, satu pujian rupanya malah menjerumuskan mereka dalam kenangan tak menyenangkan bagi Lily.

"Kalo kamu memang bodoh, kamu nggak akan memanfaatkan Oma untuk datang dan menyelesaikan masalah."

"Itu aku lakukan karena kepepet. Itu bukan sesuatu yang cerdas. Aku udah dibodohi dengan perasaan semu yang aku kira cinta."

"Kenapa kamu nggak percaya bahwa aku memang mencintai kamu?"

Lily menggeleng. "Nggak tahu."

Dan mereka tahu, ini bukan saatnya untuk bercinta. Sebab suasana hati mereka menjadi begitu kacau dengan pembicaraan yang ada.

*

Demoonel menatap cucunya yang baru keluar dari mobil dan Lily yang menyusulnya. Dimi tertidur di dalam dan Atri sibuk bermain ponsel karena memiliki waktu luang. Demoonel sendiri sengaja menunggu di rumah yang Lily dan Dimi tempati dengan tenang.

"Oma? Kenapa duduk disitu?" Lily langsung menghampiri Demoonel.

Berbeda dengan Lily, cucunya sendiri malah bersikap santai. Mereka seolah sudah paham satu sama lain apa yang akan dilakukan. Demoz tidak mengalami kendala menikahi Lily, itu artinya Demoonel tidak berniat menghalangi.

"Oma mau menyapa pengantin baru." Demoonel merentangkan kedua tangannya. "Welcome home newlyweds!"

Lily melirik pada Demoz saat masuk dalam pelukan Demoonel. Entah apa yang merasuki wanita tua itu hingga terlihat santai saja dengan pernikahan yang dilakukan Demoz dan Lily.

"Aku bahkan belum bilang apa-apa ke Oma. Kenapa bisa sambut kami?" tanya Demoz.

"Oma nggak perlu banyak bertanya atau menunggu kamu untuk kasih tahu." Demoonel menatap Lily setelah merenggangkan pelukannya.

"Kamu baik-baik saja, Lily? Ada luka? Apa Ozza memaksa kamu?"

Setiap hari, Demoonel selalu menanyakan pada diri sendiri bagaimana cucunya akan memperlakukan wanita. Hidup akan selalu berat setiap harinya, dan Demoz adalah cucu satu-satunya yang tidak begitu baik mengendalikan emosi. Demoonel memiliki ketakutan jika Demoz akan membuat semua wanita berakhir pergi.

"Aku nggak seperti dulu, Oma. Kenapa Oma bersikap seolah aku ini kriminal terus menerus?"

Lily melihat interaksi keduanya dengan canggung. Demoz terlihat tidak terima dan Demoonel memang tidak sepenuhnya percaya pada sang cucu.

"Oma hanya mau memastikan bahwa nggak ada perempuan yang kamu sakiti lagi. Oma sudah lebih dari lelah mengurus-"

"Jangan sebut nama perempuan dari masa lalu lagi, Oma! Ada yang akan cemburu dan terluka."

Demoonel langsung mengarahkan tatapan pada Lily. "Kamu nggak suka nama Siri-"

"Oma!" sela Demoz.

"Ah, maafin Oma. Kalo gitu, lupakan saja. Oma nggak akan bahas nama itu. Kalian sudah menikah. Oma juga nggak mau mengacaukannya. Selamat menempuh hidup baru untuk kalian berdua."

Lily tidak bisa tersenyum lega seperti kebanyakan pengantin. Ini pernikahan yang aneh dan dia juga belum tahu seperti apa kehidupan pernikahannya dengan Demoz.

"Oma cuma mau bilang itu, kalian bisa menghabiskan waktu sebagai pasangan pengantin tanpa gangguan."

Lily tidak berharap Demoonel pergi, tapi keberadaan wanita itu hanya akan membuat Lily semakin memikirkan Demoonel yang tahu segalanya. Mengenai Demoz dan Siri, juga Demoz dan Lily.

"Aku kebetulan mau istirahat, Oma. Mungkin kita bisa ngobrol banyak di hari libur."

"Iya, nggak apa-apa."

"Kalo gitu aku masuk dulu, Oma."

Demoonel mengangguk, tapi Demoz tidak mau ditinggal oleh Lily begitu saja. Namun, Demoonel menahan langkah cucunya.

"Ozza, ikut Oma sekarang juga. Ada yang perlu Oma bicarakan."

Demoz tidak bisa pergi jika Demoonel sudah mengatakan demikian. Meski tak rela ditinggal Lily, dia harus mengikuti neneknya yang entah ingin bicara apa.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top