Air Mata

Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi. Lagi-lagi, Ruzuya tidak dapat dihubungi. Kise merutuk kesal. Padahal ia ingin memberitahukan perihal pertemuan malam ini. Akhirnya dengan terpaksa, ia mengirim pesan kepada kekasihnya itu.

To: Zuya-chan

Aku ingin bertemu malam ini di taman kota. Ada sesuatu yang ingin kubicarakan. Datanglah jam tujuh tepat.

Setelah pesan itu terkirim, Kise lalu menelpon Aira. Meminta untuk dibawakan kue yang telah ia pesan sebelumnya. Dan Aira pun menyanggupi.

Diliriknya jam yang tergantung di dinding kamarnya, sudah jam enam lebih. Kise lalu segera menyiapkan dirinya.

*****

"Buket mawar kuning sudah ada, kado untuk Zuya-chan pun telah siap. Tinggal kuenya saja yang belum datang," ucap Kise yang saat itu tengah sendirian di taman kota.

Kise lalu duduk dan memperhatikan sekitar. Tak lama, Aira pun datang dengan sekotak kue. Kise menyambutnya hangat.

"Konbanwa, Kise-kun. Ini pesananmu. Sekotak lemon cake. Maaf sekiranya kalau kau atau Keiko-san kurang suka," ucap Aira seraya menyerahkan kotak itu. Kise mengambilnya lalu meletakkan kotak itu di atas bangku taman.

"Ah, seharusnya aku yang meminta maaf karena telah merepotkanmu, Aira-chan. Walau bagaimana pun, arigatou gozaimasu atas pertolongannya," timpal Kise. Aira hanya tersenyum. Setelah itu ia pamit. Sekali lagi Kise mengucapkan terima kasih.

Setelah Aira pergi, Kise segera mengatur tempat pertemuannya dengan Ruzuya. Sebuah meja kecil dengan dua buah kursi pun telah ia siapkan sebelumnya. Kemudian ia merancangnya seperti dinner set. Ia lalu meletakkan buket mawar yang ia bawa ke dalam vas dan mengatur lemon cake di atas piring. Sekotak gelang yang telah dibungkus cantik menunggu untuk dikeluarkan dari sakunya.

Seraya menunggu, Kise berlatih untuk mengucapkan "selamat ulang tahun" . Seolah-olah sedang berdua, Kise mencoba berbagai gaya untuk mengucapkan kalimat itu dengan sempurna. Ia tidak ingin jika nanti ia bertindak aneh di depan kekasih yang sangat dicintainya itu.

Setelah ia rasa siap, ia pun kembali duduk di tempatnya. Lagi-lagi ia membayangkan jika dia dan Ruzuya akan makan malam di sana bersama. Membayangkan itu, membuat Kise senyam-senyum sendiri.

Namun sepertinya, malam ini Kise tidak beruntung. Bulan sudah semakin meninggi dan Ruzuya belum datang juga. Ia melirik jam tangan yang ada di tangan kirinya. Sudah jam setengah sembilan. Berarti, sudah satu setengah jam ia menunggu sendirian di sana.

Dengan gelisah, Kise mencoba menghubungi Ruzuya. Baik itu dari telpon, SMS, maupun e-mail yang ia kirim berulang-ulang. Namun tak ada satupun yang mendapatkan respon dari Ruzuya.

Kise merasakan matanya mulai menghangat. Hatinya benar-benar hancur mengetahui sikap Ruzuya yang tidak menghargai kerja kerasnya. Dengan perlahan, ia lalu mengeluarkan korek api dan menyalakan lilin yang ada di atas lemon cake yang terlihat pucat tertimpa sinar rembulan.

Setelah lilin berbentuk angka tujuh belas itu menyala, Kise lalu menyanyikan lagu ulang tahu dengan hati lebur. Mata tajam itu tak henti-hentinya mengucurkan air mata. Hatinya sesak mendengar dirinya yang bernyanyi pada angin kosong. Namun ia paksakan dirinya untuk tersenyum. Ia berpikir, ini adalah hari bahagia Ruzuya. Dan ia seharusnya tidak boleh bersedih seperti ini.

"Otanjoubi omedettou, Zuya-chan. Semoga kamu tetap dalam keadaan sehat dan bahagia," bisik Kise lembut pada ruang hampa di depannya. Setelah berkata seperti itu, ia lalu meniup lilin itu hingga padam. Ia lantas berdiri seraya membawa buket mawar yang sudah melayu. Perlahan, ia melangkah menuju kolam air mancur yang tak jauh dari tempatnya.

Dengan tangan gemetar, ia pun menghanyutkan buket itu. Membiarkan air meluruhkan setiap kelopak bunga yang gugur satu persatu. Sekaligus membiarkan hatinya semakin melayang.

Tanpa memperdulikan meja kursi serta lemon cake yang sudah susah payah ia siapkan, Kise melangkah dengan lesu meninggalkan taman kota. Dalam hatinya,ia masih menerka-nerka apa alasan Ruzuya sehingga tidak memenuhi permintaannya itu.

Kakinya terasa berat untuk melangkah. Namun Kise memaksanya. Iris berwarna emas itu hanya bisa menatap sendu pada keramaian jalan yang ia lewati. Sampai sebayang sosok membuat kakinya otomatis berhenti bergerak.

Dada Kise tiba-tiba bergemuruh dengan hebat ketika matanya menangkap sosok dengan rambut sepunggung yang berada di depan sebuah toko di depannya. Walau mereka berhadapan, sepertinya Ruzuya tidak melihat adanya Kise di depan mukanya.

Manik kuning terang itu berbinar-binar dengan adanya gadis itu. Secercah harapan kembali bertunas. Tangannya erat memegang kotak gelang yang berada di dalam sakunya. Ia kemudian memanggil kekasihnya itu dengan perasaan yang membuncah. "Zuya-chan!"

Ruzuya kemudian memalingkan wajahnya ke arah Kise. Namun pandangan mereka tiba-tiba terhalang oleh sesosok tubuh berjaket merah bata. Sosok itu kemudian mengalungkan sebuah kalung dengan liontin berbentuk hati di leher jenjang Ruzuya. "Otanjoubi omedettou, Kei-chan! Kamu sungguh cantik dengan kalung ini. Aishiteru," ucap sosok itu seraya mencium kening Ruzuya.

Kise membatu melihat adegan yang berada di depannya. Lidahnya mendadak kelu. Secercah harapan yang sempat muncul, lantas mengabu dengan cepatnya. Matanya semakin membelalak ketika mengetahui bahwa sosok itu adalah Haizaki Shogo, temannya semasa bersekolah di SMP Teikou dulu.

"Zuya-chan? Shogo-kun? Kalian berdua..." Kise tidak bisa melanjutkan perkataannya. Hatinya yang sudah hancur, kini semakin berubah menjadi debu.

"Ah, ternyata itu kau Ryouta. Ada apa? Dan kau mengenal Kei-chan?" ucap Haizaki yang menyadari keberadaan Kise. Mendengar itu, sebongkah amarah memercik di dadanya.

"Bagaimana aku tidak mengenalnya? Dia adalah kekasihku, Shogo-kun!" teriak Kise dengan suara parau. Ia tak bisa menampik bahwa matanya hendak mengembun lagi.

Alis Haizaki bertautan. "Kekasihmu? Kei-chan adalah pacarku semenjak dua bulan lalu, Ryouta," timpal Haizaki. Sementara itu, Ruzuya hanya menggamit lengan Haizaki perlahan.

"Bukankah kita sudah putus, Kise-kun?" celetukan Ruzuya mengagetkan Kise. Bagaimana mungkin gadis itu memutuskannya secara sepihak.

"Ta-tapi, kapan kita putus?" tanya Kise tak percaya. Haizaki hanya terkekeh melihat keadaan Kise yang patah hati.

"Sekarang!" ucap Ruzuya datar. Mata Kise membeliak mendengar itu. Ia ingin menyangkal semuanya. Ia masih mencintai Ruzuya Keiko. Tapi kini, ia bahkan tak percaya bahwa semua itu adalah nyata. Daripada menimbulkan keributan, akhirnya Kise memilih untuk merelakan gadis yang sudah lima bulan menjadi pacarnya itu.

"Ittekimasu. Otanjoubi omedettou, Zuya-chan. Arigatou untuk segalanya," lirih Kise seraya berjalan melewati mereka. Haizaki hanya tersenyum licik. Sementara itu, mata Kise menatap nanar pada Ruzuya yang juga menatapnya dingin. Membuat penderitaan Kise malam itu menjadi lengkap.


Ah, konfliknya nge-feel gak??

Sepertinya kurang... ///digampar

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: