Whatever You Doing


WHATEVER YOU DOING

(Kuroko Tetsuya X Asakura Haruka)

.

.

Disclaimer Tadatoshi Fujimaki for male chara

And, back to the OC for female chara

Typo, absurd, uknown planet's language, and awkward thing else. Happy reading!

.

.

"Tetsuya ..." panggil seorang wanita berambut hitam kemerahan. Sosok baby blue yang merasa terpanggil langsung menoleh ke sumber suara. Wajah datarnya sedikit berkerut akibat seulas senyum tipis yang tak terlihat.

"Haruka? Ada apa kau memanggilku?" tanyanya pada perempuan yang ia panggil Haruka itu. Perempuan itu menoleh ke arah lain. Sepertinya ragu jika mulutnya tidak bisa berbicara dengan benar.

"Ano ... Tetsuya, kau mau makan apa hari ini? Akan kusiapkan dengan segera." Perempuan bermarga asli Asakura itu menunduk. Tak berani menatap iris baby blue yang juga tengah menatapnya.

"Kukira kau ada perlu apa. Etto ... apa sajalah," jawab Tetsuya seraya kembali mengalihkan pandangannya pada novel yang sempat ia baca tadi.

"Apa saja? Kau yakin tidak ingin sesuatu yang khusus? Kare atau takoyaki misalnya?" Haruka kembali melemparkan pertanyaan. Entah ada apa dengannya hingga bersikap cerewet sedikit seperti ini.

"Ya. Apa saja. Asalkan itu masakanmu, Haruka." Tetsuya tak menoleh. Matanya yang terfokus pada kumpulan paragraf di depannya tak bisa menangkap perubahan warna pada wajah istrinya itu. Dari putih bersih, menjadi kemerahan seperti sedang demam.

"Ba-baiklah. Akan kusiapkan dengan cepat." Kuroko Haruka segera berbalik dan meninggalkan Tetsuya yang diam-diam tersenyum kecil. Sesuatu yang jarang bisa dilihat dari seorang Kuroko Tetsuya.

Haruka's PoV

Mengapa jantungku berdebar-debar seperti ini? Padahal ia hanya menjawab pertanyaanku dengan nada monotonnya seperti biasa. Tapi mengapa aku seketika blushing mendengarnya? Apa karena namaku sempat terucap lepas dari bibir mungil itu?

Aku menggelengkan kepala. Tak mau membiarkan perasaan aneh ini akan mengambil alih pikiranku untuk membuatkan Tetsuya sarapan. Segera kuracik berbagai bahan dan bumbu yang ada di depanku. Mengolahnya menjadi sesuatu yang sempurna untuk suamiku itu.

"Haruka?" suara yang sangat kuhafal itu membuatku memalingkan kepala. Kulihat, Tetsuya sudah ada di belakang sana. Langkahnya sedikit tersendat-sendat.

"Ha'i?" alis mataku segera bertaut kala melihat sesuatu yang aneh pada tingkah Tetsuya pagi ini.

"Haruka ..." ia mengucap namaku sekali lagi. Menimbulkan riak dalam dadaku yang terus berulang selama empat bulan semenjak kami hidup bersama.

"Tetsuya!" aku menyebut nama itu dengan keras kala tubuh seputih porselen itu tiba-tiba terantuk ke depan. Walau tidak sampai jatuh, namun aku benar-benar kaget. Beruntung tangan putih itu segera memegang sandaran kursi guna menopang tubuhnya.

"Tetsuya? Kau kenapa? Kau sakit?" tanyaku panik seraya menyentuhkan punggung tanganku ke dahinya. Panas. Dia demam seperti dugaanku. Pantas saja raut mukanya yang datar itu terlihat sedikit berbeda.

Aku segera memapahnya sekuat tenaga ke kamar kami. Walau ia lelaki, namun fisiknya hanya sedikit lebih tinggi daripada aku. Jadi, pekerjaan ini tidak terlalu sulit kukerjakan sendiri.

Kubaringkan Tetsuya di atas ranjang. Melihat keringat dingin yang meleleh di atas kulit wajahnya membuatku benar-benar khawatir. Ini adalah kali pertamanya Tetsuya sakit semenjak kami mengikat hubungan.

Aku segera berlari ke dapur. Kuambil baskom dengan ukuran paling kecil, mengisinya dengan air, kemudian kembali ke kamar setelah sebelumnya mengambil sebuah handuk kecil.

Dengan sedikit tergesa-gesa, aku kemudian melipat kain itu agar sedikit lebih tebal, merendamnya ke dalam air, lalu menempelkannya di dahi Tetsuya.

"Ittai!" rintihannya membuatku tersentak. Kulihat tangannya secara langsung memegang dahinya yang baru saja kukompres. Apa yang salah?

"Haruka ... mengapa kau memakai air hangat untuk mengompresku?" tanyanya sedikit parau. Aku semakin tersentak. Refleks, kumasukkan jemariku ke dalam baskom. Benar. Itu adalah air hangat yang seharusnya tidak kugunakan untuk mengompres orang demam.

"G-go-gomen na-nasai, Tet-tsuya ..." aku mencicit pelan. Mengapa aku bisa seteledor ini jika panik?

Tetsuya menggeleng pelan. "Iie. Daijoubu, Haruka. Itu wajar karena kau sedang panik." Sebuah senyum tipis melengkung di wajah Tetsuya. Namun, melihat senyum itu membuatku semakin merasa bersalah.

"A-aku a-akan mengganti airnya ..." Perlahan, tubuhku beringsut ke belakang. Kalimatku yang gagap tadi sungguh membuatku semakin malu di depan suamiku sendiri.

End of Haruka's PoV

Tetsuya's PoV

Tak bisa kupingkiri kalau aku tersenyum melihat tingkahnya yang ceroboh. Tubuhnya kemudian menghilang di balik belokan. Ah, mengapa dia terlihat lucu jika seperti itu?

Kupejamkan mataku. Mencoba bernegosiasi dengan demam yang membuat sekujur tubuhku seketika ngilu dan menggigil. Namun wajah Haruka yang terbayang mengalihkan sedikit rasa sakit ini. Senyum manis serta pipi chubby-nya kembali membuat senyumku merekah.

Gadis yang semula bermarga Asakura itu memang mudah ceroboh jika panik. Tapi melihatnya yang seperti itu karena diriku, rasanya benar-benar berbeda. Bahkan usahanya untuk memapahku ke kamar itu tak pernah kubayangkan sebelumnya.

Perlahan, aku menutup mataku. Pusing yang kurasakan ternyata mampu membuat tubuh kecilku meminta istirahat lagi. Kembali tertidur, membuatku juga kembali mengingat pertemuan kami semasa SMA.

End of Tetsuya's PoV

Author's PoV

Flashback on.

"Yo Kuroko!" Kagami Taiga, teman sekelas sekaligus 'cahaya' Tetsuya di SMA Seirin menghampiri tempat duduk yang tepat berada di belakangnya. Bel pulang sekolah sudah berdentang beberapa saat yang lalu. Namun sesuatu menahan pemuda berwajah datar itu untuk tidak segera meninggalkan sekolah.

"Kau tidak pulang?" tanyanya. Alis cabang itu bertaut. Heran.

"Chotto matte kudasai, Kagami-kun. Aku tengah mencari uangku," jawab Tetsuya singkat.

"Hee? Memangnya kau ada perlu apa hingga harus mencari uang terlebih dahulu, huh?" tanya Kagami balik.

"Aku ingin membeli vanilla milkshake jika kita melewati Maji Burger nanti. Dan aku tidak mau kerepotan jika uangku ada di tas."

Kagami sweatdrop parah seketika. Seharusnya ia tahu kalau 'bayangan'-nya ini adalah penggila vanilla milkshake. Dan sepertinya ia sadar. Mengapa nilai bahasa Jepangnya sangat rendah mengingat ia bahkan tak sampai terhubung pada maksud lain dari perkataan Tetsuya barusan.

"Jika kau sakit, kau akan merasakannya, Baka!" ucap Kagami setelah melihat Tetsuya menemukan apa yang ia cari. Namun Tetsuya tidak peduli pada hal itu.

Mereka kemudian meninggalkan gedung sekolahnya. Selama perjalanan, mereka sama-sama terdiam. Hingga tak menyadari kalau mereka sudah sampai di depan Maji Burger.

Ditambah sedikit keributan dan perdebatan kecil yang tak bermakna, akhirnya mereka berdua berhasil membawa pulang tujuan mereka. Tetsuya dengan segelas vanilla milkshake dan Kagami dengan sekantong cheeseburger kembali melanjutkan perjalanan mereka.

"Etto ... Kuroko, apa kau tahu yang dimaksud dengan cinta pada pandangan pertama?" tanya Kagami ragu-ragu. Tetsuya yang di sebelahnya refleks menyemburkan vanilla milkshake yang akan lolos melewati tenggorokannya.

"Kagami-kun, apa kau tidak salah makan hari ini? Atau kau yakin kalau kau tidak pernah terbentur sesuatu?" raut terkejut tersembunyi di balik topeng datar yang Tetsuya selalu kenakan.

"Kuroko Temee! Aku serius dengan ucapanku, Baka!" setelah itu, Kagami langsung menceritakan pengalamannya bertemu dengan seorang gadis yang unik. Gadis yang memiliki selera makan sama sepertinya itu.

Di saat Tetsuya sibuk mendengarkan celotehannya Kagami, tiba-tiba saja seorang perempuan bersurai hitam kemerahan menabrak dirinya. Alhasil, minuman dengan kadar manis yang lebih itu membanjiri seragam Tetsuya.

"S-su-sumimasen! A-aku tidak sengaja menabrakmu!" ucap gadis itu seraya menunduk 90 derajat. Kagami dan Tetsuya dapat merasakan tubuh perempuan itu yang bergetar menahan takutnya.

"Daijoubu, etto..." Tetsuya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Bingung hendak menyebut apa pada gadis di depannya.

"Asakura Haruka desu. Gomen, Senpai. Aku benar-benar tidak sengaja menabrakmu." Gadis itu kembali menundukkan pandangannya setelah menatap wajah Tetsuya dan Kagami singkat.

Tetsuya sedikit terhenyak menatap mata coklat itu walau sepintas. "Boku wa Kuroko Tetsuya desu. Tidak apa-apa, Asakura-san. Lagipula ini bisa dibersihkan dengan cepat," ucap Tetsuya perlahan.

Haruka menggeleng cepat."Iie! A-aku sudah menumpahkan minumanmu, Senpai. Setidaknya biarkan aku menggantinya." Berkata seperti itu, Haruka langsung menarik tangan Tetsuya untuk masuk kembali ke dalam Maji Burger. Sementara Kagami hanya bisa cengo sembari mengekor mereka.

"Sekali lagi maaf, Senpai. A-aku benar-benar tidak sengaja. Kalau begitu, aku pulang dulu. Jaa ne, Kuroko-senpai, Alis cabang-senpai!" gadis itu berlari begitu saja setelah membelikan segelas vanilla milkshake untuk Tetsuya. Bahkan Kagami pun kebagian juga.

Tetsuya hanya menatap rambut hitam kemerahan milik Haruka yang seperti terbakar matahari senja. Tidak ada yang melihat. Namun ia menarik sudut bibirnya ke atas.

"Hei, mengapa gadis itu membelikanku vanilla milkshake? Ini bukan kesukaanku. Dan apa maksudnya dengan memanggilku 'Alis cabang-senpai', huh?" Kagami merutuk kesal seraya menatap horor pada gelas plastik berwarna putih di genggamannya.

"Kagami-kun, sepertinya sekarang aku mengerti ceritamu itu," ucap Tetsuya yang sama sekali tak menggubris ocehan Kagami.

Flashback off

.

.

.

"Tetsuya! Tetsuya!" ucap Haruka mengguncangkan tubuh yang tertidur di depannya. Wajahnya benar-benar panik. Ya iyalah bagaimana tidak panik. Secara, ia melihat Tetsuya selalu tersenyum ketika akan mengompres suaminya itu.

Air yang kali ini digunakan sudah benar. Namun wajah Tetsuya yang OOC benar-benar kembali membuatnya khawatir. Takut Tetsuya tertular virus 'Seringai' milik kedua cahayanya di masa lalu.

"Nggh ..." rintihan Tetsuya membuat Haruka menghembuskan napasnya lega. Untunglah kau segera sadar, Tetsuya. Batinnya.

"Haruka ..." Tetsuya menyebut namanya. Membuat Haruka mendekatkan telinganya ke bibir pucat itu.

"Kimi wa kawaii desu..."

Satu kalimat yang lolos itu membuat Haruka membeku seketika. Rona merah pun segera menjalar di wajahnya.

"Tet-tesuya! Apa maksudmu itu ha?" Gawat. Haruka mulai panik lagi. Padahal Tetsuya sedang sakit. Tapi mengapa bisa mengucapkan kalimat seperti itu? Sepertinya Tetsuya benar-benar tertular penyakit kedua makhluk 'astral' yang entah ada di mana.

"Sssh ... tenang Haruka. Aku tidak bermaksud apa-apa." Tetsuya mencoba menenangkan istrinya itu. Namun tidak mempan. Akhirnya dengan susah payah, Tetsuya bangkit dari tempat tidurnya lalu mencium pipi Haruka dengan cepat.

Setengah jiwa Haruka langsung terlepas begitu saja. Namun dengan cepat kembali ketika ranjang berderit akibat Tetsuya yang kembali pada posisi awalnya. Kemudian hening. Tak ada yang berbicara.

"Ano, Tetsuya ... mengapa kau tersenyum ketika tidur tadi? Apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?" tanya Haruka dengan sedikit ragu. Takut jika itu menyinggung perasaan Tetsuya.

Tetsuya tersenyum samar. "Iie. Aku hanya teringat dengan gadis bersurai hitam kemerahan yang menabrakku hingga membasahi baju seragamku dengan vanilla milkshake," ucap Tetsuya dengan nada monotonnya.

Sadar bahwa dirinya yang dimaksud, Haruka memalingkan wajah. Jantungnya kembali marathon akibat ini. Sungguh. Lebih baik ia dikagetkan oleh Tetsuya akibat efek misdirection daripada seperti ini. Jiwanya tidak sanggup.

"Tetsuya, apa kau memerlukan sesuatu?" tanya Haruka setelah detak jantungnya kembali normal. Walau tidak sepenuhnya sih.

"Air gula," jawab Tetsuya singkat diiringi senyumannya. Haruka seketika melting dan mengangguk bersamaan. Kemudian bangkit ke dapur. Selang beberapa menit kemudian, ia kembali masuk membawa segelas air.

"Arigatou." Tetsuya menerima gelas itu lalu menatap Haruka. Yang ditatap langsung menghadap lain.

Tiba-tiba saja Tetsuya menyemburkan air yang baru diminumnya. Membuat Haruka kembali terkaget-kaget.

"Haruka, mengapa rasanya asin? Ini ... air garam," ucap Tetsuya pelan. Takut menyinggung perasaan Haruka yang seketika sweatdrop. Jadi, yang kumasukkan tadi adalah garam? Bukannya gula? Pikir Haruka kacau.

"Hwaa ... Sumimasen, Tetsuya. Aku tidak sengaja." Haruka langsung menghambur ke dalam dada Tetsuya dan menangis di sana. Ia merasa gagal melayani suaminya dengan baik.

"Daijoubu, Haruka," bisik Tetsuya lembut seraya mengelus puncak kepala istrinya yang terguncang itu. Perlahan, guncangan itu mereda dengan sendirinya.

"Aishiteru, Kuroko Haruka." Sebuah kalimat itu meluncur dari bibir Tetsuya sebelum ia kembali memejamkan mata.

.

.

.

Kyaa!! Author senyam-senyum sendiri selama merangkai 1.712 kata ini. Tentunya sambil membayangi setiap adegannya dong. Hihi ... Kuro-chan dan Haru-nee tampil OOC ya? Waa ... sumimasen kalau begitu. Tapi ... Author suka lho dengan chapter ini. //dibunuh Haru-nee//

Oke oke ... bagaimana menurut kalian cerita ini? Terlalu absurd ya? Kalau iya, ya sama seperti Author-nya yang sama-sama absurd. Hee ... //ditabok semua OC// . Yosh. Setelah ini kita akan retell cerita dari pasangan si Tsundere Tiang Wortel //di-shoot pake lucky item// ... Maksudku Midorima Shintarou dan Yuuki Arisa-san. Whoa ... gimana ceritanya ya?

So, tunggu terus update dari fanfiction ini. //Kalau enggak, juga enggak apa-apa kok. Author tidak memaksa//. Jangan lupa tinggalkan voment agar Author bisa terus berkarya. Sayonara, Minna-san!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top