Let Me Protect You!


LET ME PROTECT YOU!

(Aomine Daiki X Hoshitsuki Icha)

.

.

Disclaimer Tadatoshi Fujimaki for male chara

And, back to the OC for female chara

Typo, absurd, uknown planet's language, and awkward thing else. Happy reading!

.

.

Tok tok ...

Suara ketukan pintu seketika membuka mata beriris coklat muda itu. Sebuah tangan lalu bergerak untuk membersihkan apapun yang seharusnya tidak menempel di sana. Termasuk rambut soft purple miliknya yang menjuntai tak karuan.

Diliriknya samping kanan. Seorang pemuda berkulit tan tampak masih mendengkur puas. Sekejap kemudian, iris coklat muda itu membelalak begitu melihat jam meja yang ada di nakas. Segera saja, ia langsung membangunkan sosok itu.

"Daiki! Ayo bangun! Ini sudah hampir siang tahu!" teriaknya seraya mengguncangkan tubuh kekar di sampingnya. Namun tak ada reaksi sama sekali dari panther gosong itu.

"AHO! Ayo bangun!" kali ini, dia berteriak tepat di atas gendang telinga sang suami. Mengakibatkan suami berkulit kontras dengan dirinya itu langsung terlonjak kaget dan segera terguling ke bawah.

"Ittai!" lirihan pemuda yang dipanggil Daiki itu disambut dengan kekehan dari gadis yang bertanggung jawab atas kejadian tadi. Dia hanya menahan tawa begitu melihat Daiki yang berusaha bangkit dari posisinya.

"Icha! Sudah berapa kali kukatakan, jangan membangunkanku seperti itu. Sakit tahu!" Dipandanginya perempuan bersurai soft purple yang terduduk di atas ranjang. Kemudian segera beranjak menuju kamar mandi tanpa mempedulikan tatapan jahil dari istrinya itu.

Tok tok tok ...

Suara ketukan pintu itu kembali terdengar setelah keributan di pagi itu mereda. Segera setelah merapikan penampilan seadanya, perempuan bernama Aomine Icha itu lantas menuju ruang tamu. Dengan perlahan, ia membuka pintu yang sudah terketuk sedari tadi.

"Satsuki-neechan!" teriaknya begitu mendapati sosok berambut soft pink di balik pintu. Perempuan yang dipanggil Satsuki itu hanya tersenyum manis mendengar sapaan tuan rumah. [A/N : Di sini, Momoi Satsuki adalah saudara sepupu dari Hoshitsuki Icha]

Icha segera mempersilahkan perempuan dengan tubuh berisi itu untuk masuk dan duduk di ruang tamu. Setelah tubuh tamunya melesat ke bawah, ia pun mengikuti.

"Nee ... Satsuki-neechan ada perlu apa kemari?" tanya Icha setelah sebelumnya dibuka dengan basa-basi ala wanita.

"Tehee ... Sebenarnya tidak ada keperluan khusus, Icha-chan. Aku kesini hanya menyampaikan surat dari ibumu." Berkata seperti itu, Satsuki mengeluarkan senyum sumringahnya seraya merogoh tas tenteng yang ia bawa sedari tadi. Lalu menyodorkan sebuah amplop putih kepada sepupunya itu.

"Eh? Mengapa Okaa-san tidak langsung kemari saja?" tanyanya seraya mengamati benda dalam genggaman tangannya itu.

"Entahlah, Icha-chan. Aku juga tidak tahu. Mungkin beliau ada keperluan sehinga tidak bisa menjengukmu ke sini." Satsuki mengendikkan bahunya. Kemudian menyadari sesuatu.

"Oh ya. Dai-chan mana?" tanyanya. Matanya menelisik setiap bagian rumah yang mampu ia lihat dengan pandangannya.

Icha meringis sedikit mendengar pertanyaan itu. "Hee ... Sebenarnya kami baru saja bangun, Neechan. Jadi, dia sedang berada di kamar mandi sekarang." Jawabnya. Tangannya memegang pundak bagian belakang yang tidak gatal.

Satsuki tersenyum mendengar jawaban itu. Sudah ia duga bahwa teman masa kecil serta suami dari adik sepupunya itu tidak akan berubah. Kemudian ia segera beranjak dari tempat itu.

"Icha-chan, aku pergi dulu ya. Aku sedang ada urusan penting sekarang," ucapnya.

Icha menelengkan kepalanya. "Hee? Apa Satsuki-neechan tidak mau menunggu Daiki dulu? Pasti dia sekarang sudah selesai mandi, Neechan." Gadis bersurai soft purple itu mencoba menghentikan gadis dengan surai soft pink yang ada di depannya.

Satsuki menggeleng dan berkata, "Iie ... sebenarnya aku ingin bertemu dengannya. Namun aku benar-benar ada urusan yang sangat penting. Jadi, aku titip salam saja ya untuk Dai-chan."

Setelah itu, Satsuki langsung melesat begitu saja. Meninggalkan tuan rumah yang masih heran melihat tingkahnya.

.

.

.

Icha's PoV

"Oi Icha! Siapa yang datang tadi itu?"

Aku menoleh ke asal suara begitu masuk ke dalam kamar. Aku terkejut melihat Daiki yang sedang ber-topless ria. Surai navy blue-nya masih meneteskan air. Aku segera menoleh ke lain arah.

"Satsuki-neechan ..." jawabku. Untung ruangan sedikit redup. Jadi ia tidak akan melihat wajahku yang memerah. Kuhempaskan badanku ke atas ranjang setelah sebelumnya menaruh surat pemberian ibu di atas nakas. Aku bisa mendengar Daiki yang hanya ber-ooh kecil menanggapi jawabanku.

"Kau tidak mandi, Icha?" tanya Daiki. Kulirik ia yang berada di depan lemari. Dibukanya lemari itu lalu mencari-cari pakaian. Badan belakangnya yang kekar membuatku sedikit merinding.

"Icha?" panggilnya lagi. Aku segera tersadar kalau aku belum menjawab pertanyaannya itu.

"Eh... Sebentar lagi. Aku masih sedikit malas." Kuregangkan badanku tanpa menyadari seringai yang muncul setelah ia berbalik menghadapku.

"Hee? Apa kau ingin kumandikan, Nyonya Aomine Icha?" Nada seduktif yang meluncur begitu saja dari bibir pemuda berkulit tan itu membuatku seketika menolehkan kepala ke arah Daiki dan mendapatinya yang berjalan perlahan ke arahku.

"IIE! Aku bisa mandi sendiri, Aho! Kono hentai!" aku langsung melesat setelah menyambar handukku. Di belakang, dapat kudengar Daiki yang terkekeh mesum. Kono Mai-chan no fansu! Umpatku dalam hati.

End of Icha's PoV

Daiki's Pov

"IIE! Aku bisa mandi sendiri, Aho! Kono hentai!"

Aku terkekeh mendengar teriakan itu. Ternyata dia masih belum berubah sama sekali semenjak aku bertemu dengannya. Yah, bisa dibilang aku tertarik pada pandangan pertama.

Kubaringkan badanku yang sudah menggunakan kemeja. Ini sudah tiga bulan aku hidup bersama dengan gadis yang semula bermarga Hoshitsuki itu.

"Hoaam ..." entah mengapa aku mengantuk lagi. Kusilangkan kedua tangan di belakang kepala sebagai bantal. Perlahan, mataku menutup seiring dengan ingatanku yang terlempar kepada pertemuan pertama kami.

Flashback on.

Seperti biasa. Aku hanya berbaring di atas rooftop. Semilir angin yang ada selalu berhasil membuatku untuk memejamkan mata. Rasanya benar-benar nikmat.

Walau samar, aku dapat mendengar suara besi yang bergesekan dengan sesuatu. Sepertinya ada yang sedang menaiki tangga menuju rooftop ini. Dan aku sudah menduga kalau itu adalah Satsuki.

"Eh? Ternyata ada orang rupanya ..."

Aku menoleh begitu mendengar kalimat yang sama sekali bukan gaya Satsuki. Di sana, di pegangan tangga, aku melihat sebagian tubuh seorang gadis yang bersurai ungu muda. Sekilas, raut terkejut memenuhi wajah lolinya.

Eh, loli?

"Ano ... Gomen senpai. Aku tidak bermaksud mengganggumu. Kalau begitu, aku permisi. Jaa ne." Ah, ternyata dia seorang kouhai. Pantas ia memanggilku senpai yang notabene kelas dua. Perlahan, wajahnya sedikit demi sedikit menghilang seiring tubuhnya yang kembali menuruni tangga.

"Oi! Tunggu dulu!" teriakku. Entah mengapa dia terlihat sedikit ... menarik?

"Nani?" kepalanya kembali menyembul. Aku kemudian memerintahkannya untuk naik dan duduk di dekatku.

"Namae wa?" tanyaku. Dia tersentak lalu menunduk ketakutan.

"Hoshitsuki Icha, yoroshiku ..." cicitnya. Entah mengapa, aku menarik ujung bibirku sedikit.

"Dai-chan, kelas sudah mau di—"

Sebuah suara agak cempreng seperti menyahuti perkenalan itu. Kami berdua segera menoleh dan mendapati perempuan bersurai soft pink yang terkaget di ujung anak tangga.

"—lai ... Eh, Icha-chan?!" berkata seperti itu, ia langsung berlari dan mendekap perempuan bersurai soft purple itu. Sekarang, aku seperti melihat dua buah marshmallow bertumpang tindih.

"Aitakatta, Icha-chan! Mengapa kau tidak memberitahuku kalau kau akan masuk di Touou Gakuen? Hidoii~" suara berisik Satsuki seperti memecahkan gendang telingaku. Dan sepertinya, dia sangat akrab dengan kouhai bernama Hoshitsuki Icha itu.

"Etto ... Sat-suki-neechan ... di sini ... sesak!" Gadis itu berusaha berontak dalam pelukan Satsuki yang memang benar-benar mematikan. Aku menjadi sedikit kasihan melihat wajahnya yang sudah memucat.

"Oi Satsuki! Apa kau mau membunuh gadis itu, ha?" Sukses. Teriakanku berhasil membuat Icha dapat menghirup udara bebas. Di sampingnya, Satsuki mengucapkan maaf berkali-kali.

"Sepertinya kalian akrab sekali ..." ucapku di tengah suasana yang mendadak canggung. Mereka berdua saling melihat lalu tertawa kecil.

"Tentu saja kami akrab. Dai-chan, perkenalkan. Ini adalah adik sepupuku, Hoshitsuki Icha. Icha-chan, dia adalah temanku dari kecil, namae wa Aomine Daiki." Satsuki memperkenalkan kami dengan riang. Lalu, Icha berdiri dan membungkuk ke arahku.

"Yoroshiku ..." ucapnya seraya tersenyum manis.

Tunggu ... mengapa aku berdebar-debar? Mengapa rasanya aku ingin melindungi senyuman itu ...?

Flashback off.

End of Daiki's PoV

.

.

.

Author's PoV

"Daiki! Bangun! Kenapa kau malah melanjutkan tidurmu, Aho?!" Icha segera melempar sebuah bantal ke muka badass suaminya yang terlelap. Mendapati perilaku seperti itu, membuat Daiki mau tak mau membuka matanya. Berat.

"Hee? Kau sudah selesai mandi, Icha? Hoaamm ..." Daiki menutup mulutnya yang menguap dengan lebar. Diliriknya Icha yang masih menunggu di pinggir ranjang. Tubuh loli istrinya itu hanya terbalut dengan sebuah handuk berwarna senada dengan rambutnya. Itupun yang tertutup hanya dari dada hingga di atas lutut.

Icha yang menyadari pandangan aneh suaminya segera memerah. "A-apa yang kau lihat, Aho?! Dasar mesum!" kembali, ia melemparkan sebuah bantal. Namun kali ini dapat ditangkis dengan baik oleh Daiki.

"Oh ya, Icha. Ada keperluan apa Satsuki kesini?" tanya Daiki pada Icha yang mulai sibuk mencari baju.

"Yare-yare ... Gomen, Daiki. Tadi sebenarnya Satsuki-neechan datang untuk mengantarkan surat dari Okaa-san. Suratnya ada di atas nakas," jawab Icha tanpa memalingkan mukanya.

Daiki segera mengambil surat yang dimaksud lalu membukanya. Mukanya tersentak begitu membaca isi dari surat tersebut. Lalu, sebuah smirk muncul dengan jelas di bibirnya.

"Ada apa? Apa kata Okaa-san di surat itu?" tanya Icha begitu melihat raut muka Daiki yang berubah dengan cepat. Firasat buruk tiba-tiba menyergap batinnya.

Daiki tidak menjawab. Ia hanya memperlihatkan surat itu tanpa memberikannya pada Icha. Icha segera menunduk sedikit untuk membaca paragraf-paragraf yang ada di depannya. Tanpa menyadari Daiki tengah menatap minat pada sesuatu di balik kerah bajunya yang sedikit longgar.

Icha segera membeku membaca surat itu. "A-apa maksud Okaa-san?" tanyanya kaget. Diliriknya Daiki yang sepertinya faham betul dengan isi surat itu.

"Sesuai permintaan Okaa-san, dia menginginkan seorang penggantimu alias cucu ..." dengan cepat, Daiki melempar surat itu entah kemana. Sebagai gantinya, ia menarik pinggang Icha lalu mendudukkan gadis itu di pangkuannya.

"Aku memang berjanji pada kedua orang tuamu untuk melindungimu. Namun untuk saat ini, sepertinya aku akan melanggar janjiku sendiri. Jadi, bagaimana? Bisa kita mulai sekarang?" bisik Daiki seraya mengendus sedikit daerah di bawah telinga Icha.

"A-aho! Apa maksudmu itu, hah?" Icha mulai panik mendengar nada seduktif yang keluar secara asal dari bibir pemuda tan itu.

"Tentu saja kau mengerti, Icha. Aku, menginginkan 'jatah'ku ..." Daiki segera membanting tubuh Icha yang lebih kecil dari dirinya ke atas kasur. Sepertinya, dia memang benar-benar niat untuk melaksanakan isi surat dari mertuanya itu.

.

.

.

Omake

"Satsuki-chan, apa kau sudah mengantar surat itu pada Icha dan Daiki?" suara di seberang terdengar riang.

"Tentu saja sudah, Bibi. Tapi, aku penasaran dengan isi surat itu. Apa isi surat yang membuat Bibi memaksaku untuk mengantarnya pagi-pagi seperti ini? Bahkan Icha-chan dan Dai-chan baru saja bangun ketika aku sampai di sana," celoteh Satsuki panjang lebar menanggapi teleponnya itu.

"Ara ara ... tidak ada yang spesial dari surat itu. Bibi hanya menulis, "Icha, Daiki, kapan kalian akan mengirimkan Okaa-san penggantinya Icha? Okaa-san ingin yang berwajah kawaii seperti Icha namun lincah seperti Daiki". Hanya itu isi suratnya ..." suara bibinya yang terkekeh di ujung kalimat membuat Satsuki ikut-ikutan terkekeh kecil.

"Bibi ada-ada saja. Aku yakin, kalau Dai-chan bisa memenuhi permintaan Bibi dengan cepat." Satsuki lalu tersenyum. Ia tidak bisa membayangkan apa yang tengah diperbuat oleh kedua sepupunya itu setelah membaca surat tersebut.

Fewh ... 1.739 kata ternyata. Murasacchi dan Aomine tampil OOC di sini ya? Ara ara ... gomen nasai kalau begitu. Tapi syukurlah bisa jadi dengan cepat.

Kyaa! Kok Author ketawa sendiri ya di bagian ini? Apa mungkin gara-gara surat dari Ibunya Icha-chan yang benar-benar ambigu atau apa? Tehee .. maafkan Author kalau kesannya kurang dapat di sini.

Chapter selanjutnya, kita akan mendapat cerita dari pasangan KagaRan nih~ //ditabok Ran-san//. So, jangan lupa tinggalkan voment agar Author bisa memperbaiki diri dan chapter selanjutnya bisa cepat dipublish //Reader : apa hubungannya coba?//. Hehe ... Jadi, Jaa ne, Minna-san!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top