It's Okay, Sweety


IT'S OKAY, SWEETY

(Murasakibara Atsushi X Naimiya Hanaru)

.

.

Disclaimer Tadatoshi Fujimaki for male chara

And, back to the OC for female chara

Typo, absurd, uknown planet's language, and awkward thing else. Happy reading!

.

.

"Nee, Hana-chin ... aku ingin kue mochi yang manis." Tubuh raksasa yang mirip titan itu membungkuk guna merengkuh sosok yang terbilang kecil baginya. Sementara itu, sosok yang kini tergencet langsung mendongak ke atas. Manik hitam bertemu dengan iris ungu tua.

"Atsushi ... itu kudapan untuk waktu senggang. Bukan untuk sarapan, lho ..." jawab Naimiya Hanaru atau yang sekarang lebih dikenal dengan Murasakibara Hanaru.

Titan bernama Murasakibara Atsushi yang menjabat sebagai suaminya Hanaru hanya bisa mempoutkan bibirnya. Jangan heran. Dia sebenarnya adalah anak kecil yang terjebak di dalam tubuh titan bersurai ungu panjang.

"Sudahlah, Atsushi. Aku akan membuatkannya nanti. Sekarang, kau duduklah dengan manis. Aku akan membuatkanmu karage udang kali ini." Hanaru mengelus pipi Atsushi dengan lembut. Cara yang lembut untuk memerintahkan bayi besar itu duduk.

Atsushi mengangguk sebentar. Kemudian berlalu menuju meja makan dan membiarkan Hanaru dengan aktifitas memasaknya pagi ini.

Atsushi memerhatikan tubuh Hanaru yang jauh lebih kecil daripada tubuh Center miliknya. Diam-diam Atsushi tersenyum kecil. Dia tak pernah menyangka jika dia akan menghabiskan sisa hidupnya bersama gadis yang notabene selalu menjahilinya itu.

Hanaru's PoV

"Nah Atsushi, makanlah dengan banyak ya!" ucapku ketika menaruh sepiring besar karage udang di depannya. Tak lupa juga berbagai makanan pelengkap lainnya. Sekilas, matanya berbinar menatap meja makan yang kini tertutup penuh oleh berbagai hidangan.

"Ittekimasu!" ucapnya kecil. Aku mengikutinya. Kemudian kami pun sarapan dengan tenang. Sebenarnya tenang jika saja Atsushi tidak menggerakkan sumpitnya secara kasar.

"Atsushi, makanlah dengan tenang. Tidak akan ada yang mengambil jatahmu itu kok." Aku menasihatinya setelah melihat cara makannya yang seperti seluruh makanan itu akan kuhabiskan seorang.

"Nhee, Hanha-chin jhugha mhakhan yhang bhanyakh bhiar chephat thingghih ..." Atsushi berbicara dengan mulut penuh. Membuatku ingin tertawa mendengarnya. Anehnya, aku bisa mengerti apa yang dia ucapkan.

"Tentu saja, Atsushi. Kau juga, makanlah yang banyak," ucapku mengembalikan nasihatnya.

"Aghar akhu shemakinh thinggih yha?" tanyanya dengan nada polos luar biasa. Aku terkikik geli mendengarnya. Memangnya kau ingin setinggi apa lagi, Atsushi? Tinggimu yang sekarang aja nyaris dua kali tinggiku tahu. Pikirku.

Namun aku menganggukinya. Biarlah apa saja isi pikiran bayi titan di depanku ini. Dia benar-benar selalu berhasil membuatku tersenyum sedari empat bulan kami berada di bawah satu atap.

"Aku sudah selesai makan. Atsushi, cepat habiskan makananmu itu ya?" ucapku kemudian bangkit guna mengambil air yang kebetulan habis di meja.

"Aku juga selesai, Hana-chin." Dia berbicara begitu namun tangannya mengancungkan mangkuk ke depanku.

"Ada apa? Mengapa kau mengancungkan mangkuk?" tanyaku heran. Aku menelengkan kepala guna meminta jawaban kepada surai ungu itu.

"Tambah." Satu kata yang diucapkan dengan nada polos itu membuat mataku melebar. Apa benar di depanku ini adalah lelaki? Bukan bayi titan yang sedang dalam masa pertumbuhannya, kan?

"Bukannya kau sudah selesai, Atsushi?" tanyaku. Namun tanganku mengambil mangkuk itu dan kembali mengisikannya dengan nasi yang menggunung.

"Iya. Selesai untuk mangkuk yang tadi." Jawaban polos itu membuatku ternganga. Namun aku langsung menyadari kalau yang di depanku ini adalah Murasakibara Atsushi. Bukan orang lain.

Aku menggelengkan kepala seraya mengembalikan mangkuknya. Dia menatap heran padaku. "Ada apa Hana-chin geleng-geleng kepala?"

"Ah, tidak. Dilihat-lihat, Atsushi ternyata kawaii juga ya?" ucapku. Seketika Atsushi menghadap lain dengan muka yang sudah blushing parah. Aku terkikik geli seraya meninggalkannya menuju ruang keluarga.

End of Hanaru's PoV.

Atsushi's Pov.

Aku melihat Hanaru dari dapur yang merangkap sebagai ruang makan. Dia tertawa kecil di depan siaran tv yang tengah ia tonton. Entah apa yang ditangkap matanya hingga membuat bibir itu terus melebar. Rasanya, aku ingin menghancurkan benda persegi panjang itu karena bukan aku yang membuatnya tertawa.

Aku sudah selesai dengan sarapanku yang sudah entah berapa mangkuk. Tapi aku tidak peduli. Salahkan Hanaru yang membuat makanannya sangat nikmat hingga membuat perutku melar seperti karet. Dan tentu saja aku harus mengisi semua itu.

Aku beranjak menuju lemari yang biasa Hanaru gunakan untuk menyimpan bahan makanan. Karena aku juga menyimpan berbagai macam makanan ringan di sana. Yeah, that's my self.

"Are? Di mana maiubo-maiuboku?" aku menggumam begitu membuka lemari yang isinya hanya tepung, beras, dan berbagai bahan pokok lainnya. Intinya bukan maiubo atau snack.

Aku berpositif thinking. Mungkin Hana-chin menaruhnya di kulkas. Batinku. Kakiku kemudian menuju kulkas yang arahnya berlawanan dengan lemari tadi.

Kosong. Hanya ada daging, sayur mayur, serta buah-buahan. Lagi, keinginanku tidak ada ketika lampu kulkas menyala akibat kubuka. Aku mendengus kesal. Ada yang tidak beres di rumah ini. Apa di rumah ini ada makhluk halus dari negeri jauh yang konon suka mencuri itu? Kudengar, ia suka mencuri uang. Tapi sekarang, mengapa snack dan maiuboku yang menjadi korban?

Daripada berkutat dengan takhayul yang ada di pikiranku, aku kemudian menyusul Hanaru menuju ruang keluarga. Di sana, ia masih khusyuk menonton tv yang masih menyala.

"Hana-chin ..." panggilku. Naimiya menoleh setelah mendengar suara khas milikku itu.

"Atsushi? Ada apa? Kau sudah selesai dengan sarapanmu?" tanyanya. Aku mengangguk. Dia menggeser posisinya dan aku mengisi tempat itu.

"Hana-chin ... di mana semua maiubo dan snack-ku? Di lemari dan kulkas sama sekali tidak ada," ujarku. Mataku menatap ke depan. Namun tidak berminat pada apa yang ada di depanku. Pikiranku masih melayang pada "Tragedi Hilangnya Maiubo".

Dia kemudian memegang dagunya. Dahinya berkerut. Mungkin memikirkan jawaban dari pertanyaanku itu. "Astaga! Aku lupa membelinya, Atsushi!" dia sedikit berteriak seraya refleks menepuk jidat. Matanya yang melebar membuatku memercayainya.

"Hwee ... Hana-chin hidoii! Mengapa bisa lupa?" tanyaku. Apa jadinya diriku tanpa makanan setiaku itu?

"Gomen nasai, Atsushi. Aku sungguh lupa membelinya di minimarket kemarin." Ucapnya seraya menangkupkan tangan di depanku. Aku mendengus kesal. Kemudian setelah itu memalingkan muka tanpa menyadari sebuah smirk tipis muncul di bibir Hanaru.

End of Atsushi's PoV

Author's PoV

Atsushi masih saja mengambek karena tidak bisa mendapati kesukaannya. Sementara di dekatnya, Hanaru masih saja berusaha menahan tawa melihat kepolosan Atsushi yang bahkan tak menyadari perilakunya itu.

"Nee ... Hana-chin," ucapAtsushi tiba-tiba. Mukanya langsung menghadap Hanaru yang sudah ke dalam wajah normalnya.

"Ada apa?" tanya Hanaru. Entah mengapa, ia merasa janggal dengan perilaku Atsushi.

"Maiuboku kan tidak ada. Jadi, untuk snack time hari ini, aku 'makan' Hana-chin saja ya?" ucapan itu sukses membelalakkan mata Hanaru. Namun belum saja ia menjawab, Atsushi sudah mendorongnya hingga membuat punggung gadis itu mencium dudukan sofa.

"At-atsuhi! Apa yang mau kau lakukan?" Hanaru bertanya dengan wajah sedikit panik. Sementara Atsushi yang berada dalam posisi meng-kabedon sama sekali tidak menggubris pertanyaan itu. Wajah datarnya itu terlihat serius.

"Aku sudah bilang kan, kalau aku mau 'memakan' Hana-chin? Siapa suruh Hana-chin yang lupa membelikanku snack? Jadi, tidak ada salahnya kan kalau Hana-chin yang menggantikan mereka?" Atsushi sedikit menekan bahu Hanaru. Membuat perempuan itu menyadari tindakan serius suaminya itu.

"At-atsu- ...ngghh." Ucapan Hanaru terbungkam begitu bibirnya dilumat oleh Atsushi. Dapat ia rasakan bahwa tangan besar suaminya itu mulai menggerayangi bagian perutnya. Membuat Hanaru sedikit mengeluarkan desah yang memunculkan senyuman di wajah Atsushi.

"Bibir Hana-chin manis." Ucapan itu sukses membuat Hanaru ternganga di bawah Atsushi. Tidak melewatkan kesempatan, Atsushi langsung melesakkan lidahnya ke dalam mulut Hanaru. Lalu lidahnya ...

"Atsushi! Ada maiubo!" Entah bagaimana caranya, Hanaru berhasil mengeluarkan suara di tengah kondisi yang 'pengap' itu. Atsushi segera menolehkan kepala hingga membuat penjagaannya lemah. Melihat kesempatan itu, Hanaru segera kabur ke dalam kamar mereka dengan seringai di wajahnya.

Atsushi segera mengejar Hanaru. Entah ini sudah keberapa kalinya ia dijahili gadis Naimiya itu. Ia sampai di kamarnya yang tertutup tepat ketika semuanya berputar di kepalanya.

Flashback on

Dua orang dengan tinggi yang berbeda jauh berjalan beriringan. Seragam Yosen yang mereka kenakan sudah menjadi identitas umum. Tubuh titan berambut ungu muda itu berjalan di samping pemuda dengan poni yang menutup mata kirinya. Di tangan kirinya tergenggam sebuah kantung plastik putih yang penuh dengan makanan.

"Nee, Muro-chin. Apakah menurutmu rasa yang ini akan enak?" ucap Atsushi seraya mengancungkan sebuah makanan dengan bungkus berwarna hijau gradasi. Himuro Tatsuya hanya mengendikkan bahunya sebagai jawaban.

Merasa tidak puas dengan jawaban Himuro, Atsushi melihat sekeliling lalu menemukan sesosok wanita yang berseragam sama dengan dirinya. Tanpa banyak bicara, Atsushi segera mengajak Himuro kepada gadis itu.

"Doumo," ucapnya. Gadis berambut sebahu itu menoleh dan terpaksa mendongak demi melihat wajah si penyapa.

"Ya? Ada apa?" tanya gadis itu. Himuro yang berada di samping Atsushi hanya tersenyum melihat tingkah sahabatnya tersebut.

"Siapa namamu? Aku Murasakibara Atsushi. Dan dia Himuro Tatsuya." Atsushi menunjuk dirinya dan Himuro secara bergantian. Gadis itu tersenyum hangat.

"Naimiya Hanaru desu," jawabnya. "Kalian pemain inti tim basket Yosen kan?" tanya Hanaru. Mereka berdua mengangguk.

"Wah, ada perlu apa orang dari tim basket menemuiku?" tanya Hanaru. Ia menggilirkan kedua kelereng wajahnya kepada Atsushi dan Himuro.

"Nee, Nai-chin, apa menurutmu rasa ini akan enak?" lagi, Atsushi mengancungkan makanan yang sama ke depan Hanaru. Gadis itu cengo. Jadi, dia diajak berkenalan hanya untuk berpendapat tentang makanan? Sebuah ide jahil muncul di kepalanya.

"Tentu saja. Rasa matcha itu enak lho," jawab Hanaru. Atsushi langsung menampakkan binar pada wajahnya. Dengan sedikit tergesa, ia merobek paksa bungkus makanan itu dan langsung melahap isinya yang berwarna sama dengan kemasannya.

"Wah! Ternyata Nai-chin benar! Ini enak sekali." Atsushi melanjutkan makanannya. Sementara dua orang yang menonton hanya menggelengkan kepala.

"Ne, Murasakibara-kun ... apa kau mau sesuatu yang lebih enak?" tawaran Hanaru disambut oleh anggukan si titan. Kontan saja Hanaru segera merogoh tasnya dan mengancungkan sebuah permen lollipop. Atsushi langsung mengambilnya tanpa basa basi.

"Kalau begitu, aku pergi dulu ya, Murasakibara-kun, Himuro-san! Jaa ne!" Hanaru segera berlari seraya melambaikan tangan dan dijawab singkat oleh keduanya. Atsushi langsung menatap permen dalam genggamannya itu.

"Nai-chin baik sekali memberikanku permen padaku. Ya kan, Muro-chin?" ucap Atsushi dengan nada polosnya. Sementara itu, Himuro merasa gelisah ketika memperhatikan kemasan permen yang menurutnya aneh itu.

"Ittekimasu!" ucap Atsushi ketika pentolan lollipop yang sudah terbuka itu akan memasuki mulutnya.

"Atsushi! Jangan makan—"

Terlambat. Peringatan Himuro tidak sampai karena Atsushi sudah memasukkan permen itu sepenuhnya. Dan sekarang, Himuro hanya menunggu pasrah apa yang akan terjadi.

"Hueek! Permen apa ini? Mengapa rasanya tidak enak?" Atsushi segera memuntahkan permen yang baru sepersekian detik ia makan. Tangannya membuang permen itu entah kemana sementara bibirnya terus saja meludah guna membersihkan mulutnya dari rasa neraka itu.

Himuro yang menjadi saksi mata hanya tersenyum getir melihat nasib miris sang partner. Sembari mengurut tengkuk Atsushi yang terus muntah, Himuro berusaha menahan tawanya. Siapa suruh titan itu asal menerima barang dan tidak mendengarkannya?

"Tentu saja tidak enak. Itu permen pelocan rasa blue cheese, Atsushi." Himuro memegang perutnya. Berusaha agar tawanya tidak meledak di samping Atsushi yang mukanya sudah pucat kebiruan.

Flashback off.

.

.

.

"Nee ... Hana-chin~ buka pintunya. Aku ingin bicara," ucap Atsushi seraya terus berusaha mendorong pintu yang ia yakin tidak terkunci. Ia dapat merasakan bahwa tubuh mungil Hanaru yang bertahan di balik pintu itu.

"Iie! Aku tidak akan membukakan jika Atsushi masih berniat untuk melakukan itu," jawab Hanaru dari dalam.

Atsushi yang mendengarnya langsung merengut kesal. "Ha'i! Aku berjanji tidak akan melakukannya nanti."

Tidak digubris membuat Atsushi akhirnya mengeluarkan tenaga lebih. Sampai akhirnya pintu pun terbuka dan—

"Ittai!"

—Hanaru jatuh dalam posisi tersungkur begitu saja. Atsushi kaget setengah mati begitu kepala istrinya sempat menabrak bagian bawah ranjang mereka. Segera ia membangunkan dan meletakkan Hanaru di pangkuannya.

"Hwee ... Hana-chin, kau tidak kenapa kan?" Atsushi terlihat cemas. Terlebih ketika ia meraba kepala istrinya dan mendapati kalau tengkorak berlapis surai hitam itu sedikit membengkak.

"Daijoubu, Atsushi. Aku hanya sedikit pusing," jawab Hanaru berusaha menenangkan titan ungu itu.

"Iie! Kepala Hana-chin membengkak dan itu harus diobati!" Atsushi bersikeras untuk mengobati Hanaru yang sudah ia letakkan di atas kasur. Atsushi kemudian berjalan menuju kotak obat yang berada di pojok ruangan tepat saat Hanaru sedikit berteriak.

"Atsushi! Jangan dibu—"

Srek. Bruk.

Tepat saat Atsushi membuka kotak obat yang sedikit macet itu, sejumlah maiubo dan berbagai macam snack segera jatuh bak air terjun membanjiri kaki Atsushi.

"—ka." Hanaru menelan ludahnya sendiri ketika iris ungu tua Atsushi menatapnya dengan tajam. Hanaru dapat merasakan aura hitam yang menguar seiring langkah Atsushi yang semakin mendekat ke arahnya.

"T-tu-tunggu, Atsushi. A-aku hanya iseng saja dengan menaruhnya di situ. Aku tidak bermak—"

Ucapan Hanaru kembali terpotong ketika Atsushi memasukkan sebuah maiubo ke dalam mulutnya yang sibuk meracau. Setelah tersedak beberapa kali, Hanaru memandang Atsushi yang hanya duduk tenang di samping ranjang mereka. Tangan kanannya sudah naik turun untuk memasukkan makanan ke dalam gigitannya itu.

"At-atsushi, apa yang kau lakukan? Kau tidak memarahiku?" tanya Hanaru seraya mengunyah perlahan maiubo yang ada dalam genggamannya. Dari samping, Atsushi menggeleng perlahan.

"Maiubo itu enak," ucap Atsushi pelan. Kontan saja Hanaru menautkan alisnya. Ia benar-benar tidak mengerti apa maksud Atsushi. Ataukah itu hanya sekadar gumaman tak jelas?

"Apa maksudmu?" tanyanya.

"Maiubo itu memang enak. Jadi wajar jika Hana-chin sengaja menyembunyikannya dariku. Itu karena Hana-chin tidak mau membagikannya denganku bukan?" Atsushi hanya menatap Naimiya dengan wajah datarnya seperti biasa. Menatap Hanaru yang kini membatu dengan sempurna.

Jadi, dia tidak berpikir kalau aku tengah mengisenginya? Dia berpikir kalau aku menyembunyikan jajanan itu karena aku menyukainya dan tidak ingin berbagi? Kau ... benar-benar bayi, Atsushi. Batin Hanaru ribut. Iris hitamnya memandang iris ungu tua Atsushi yang sesekali menutup karena pemuda itu menguap.

"Daisuki, Atsushi," ucap Hanaru seraya memeluk erat Atsushi.

"It's okay, Sweety." Atsushi membalas pelukan tersebut tanpa menanyakan mengapa Hanaru mengucapkan kalimat yang membuatnya blushing parah itu. Dasar bayi titan!

.

.

.

Ada yang bisa menampar Author? //OC: Akan kami lakukan dengan senang hati//Author: Iie!//kabur//. Jujur, Author kaget melihat bagiannya Murasakibara dan Nai-chan melebihi 2k kata. Alias 2.155 words! Entah mau bahagia atau sedih karena ini. Bahagia karena ini dibuat dalam sehari. Sedih kalau seandainya Nai-chan akan membalas Author nantinya. //Nai-chan: Bersiaplah, Heia-san!//Author merinding//

Awalnya Author mengira bagian MidoRisa yang terpanjang. Kan secara mereka terceritakan dalam 1.921 kata. Tapi ternyata ... MuraNai mengalahkan mereka. Author ngakak di scene flashback on-nya ketika Murasakibara makan permen pelocan dari Nai-chan. Dan jujur, ide permen itu terambil dari anime sebelah alias Sket Dance! //Bossun: Ada yang memanggil Sket Dance? Kami akan siap membantu!//Author: Kagak ada yang manggil! Pergi sana!//nendang Bossun//.

And the last chapter but not least is ... pair of NijiAina!//tangan Author keselek nulisnya//OC: Yey! NijiAina akhirnya tiba!//. Dan Author harus nyiapin mental karena bagian terakhir ini benar-benar ... ah sudahlah. Lupakan saja. //Akemi-san + Haru-nee: Tsundeaira!//Author: Aku nggak tsun!//

Yosha! Semoga kalian semua senang dengan fanfict gaje nan absurd dari Author ini. Jangan lupa tinggalkan kripik, eh kritik maksudnya. Dan Author akan menerimanya dengan senang hati. So, sampai jumpa lagi!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top