Don't Silent, Please!



DON'T SILENT, PLEASE!

(Kise Ryouta X Yuka Yoshioka)

.

.

Disclaimer Tadatoshi Fujimaki for male chara

And, back to the OC for female chara

Typo, absurd, uknown planet's language, and awkward thing else. Happy reading!

.

.

"Yoshicchi ..." lirihnya sembari memeluk sosok di samping badannya itu. Sosok yang dipanggil Yoshicci itu tersenyum melihat tingkah pemuda dengan surai pirang yang kini mendekapnya erat. Ia sadar kalau sebenarnya pemuda itu sedang mengigau.

Yuka Yoshioka alias Kise Yoshioka perlahan mencoba melepaskan tautan pemuda pirang itu. Dengan gerakan lambat, ia mengangkat tangan Kise Ryouta lalu menaruhnya di samping tubuh pemuda itu sendiri.

Baru saja Yoshioka akan bangkit, sebuah tangan putih menahannya. Tak membiarkan dirinya pergi begitu saja. "Yoshicchi jangan pergi-ssu ..." Ryouta merengek. Seperti anak kecil yang takut ditinggal ibunya.

Yoshioka tersenyum simpul mendengarnya. Tangannya kemudian membelai surai pirang yang menurutnya lembut itu. "Tidak kok, Ryouta. Aku hanya ingin menyiapkan sarapan. Kau ingin sarapan apa?" tanyanya.

"Aku ingin daging asap-ssu!" jawab Ryouta dengan nada yang tiba-tiba cerah. Secerah surai pirangnya yang sedikit acak akibat baru bangun tidur.

"Baiklah. Akan aku siapkan. Kau juga bangun dan mandilah." Yoshioka pun segera beranjak meninggalkan Ryouta yang masih mencari setengah jiwanya.

Ryouta mengangguk malas. Membiarkan Yoshioka melakukan apa yang dia mau. Dan dirinya pun langsung menuju ke kamar mandi. Walau sesekali ia terantuk sesuatu yang ada di depannya karena matanya belum bisa beradaptasi dengan sempurna.

Yoshioka's PoV

Aku tersenyum melihat tingkahnya yang sangat tidak sesuai untuk orang seumurannnya. Terlebih dia lelaki. Namun, aku tahu dia hanya bertingkah seperti itu di depan orang-orang tertentu. Dan itu termasuk aku.

Dapat kudengar dari dapur suara Ryouta yang bersenandung kecil di kamar mandi. Dia itu, apa tidak bisa diam sedikit ya? Bahkan di dalam mimpi pun ia masih terus mengigau. Tak membiarkanku yang tidur dengan nyenyak di sebelahnya. Namun itulah sisi yang kusukai dari Ryouta.

"Yoshicchi!! Bisa kau ambilkan aku handuk-ssu? Aku lupa-ssu!" Dan sekarang, suara beraksen khas itu kembali terdengar dengan jelas. Aku terkikik geli mengingat bagaimana bisa dia melupakan handuknya begitu saja.

Kutinggalkan masakanku demi mengabulkan permintaannya. Setelah handuk ada di genggaman, aku pun pergi ke kamar mandi dan mengetuknya perlahan. "Ryoutacchi, ini handukmu-ssu." Eh? Mengapa aku mengikuti aksennya? Biarlah. Namanya juga lagi iseng.

Pintu kamar mandi terbuka sedikit lama dan kepala Ryouta menyembul dari sana. Sebuah raut yang tak pernah kulihat menghiasi mukanya. Seperti kesal bercampur marah mungkin?

"Ryoutacchi kenapa-ssu? Kok mukanya cemberut begitu-ssu?" aku terkekeh dan masih iseng mengikuti gayanya itu. Tanganku bergerak untuk menyubit pipinya yang basah dengan air tersebut.

Tak ada reaksi. Tak ada rengekan atau ucapan bernada manja yang sebelumnya pasti kudengar jika aku memperlakukannya seperti itu. Mengapa rasanya ada yang aneh dengan Ryouta?

"Yoshioka hidoii," ucapnya. Aku terkejut luar biasa. Ini pertama kalinya ia memanggil namaku dengan lengkap. Biasanya kan hanya dua suku kata ditambah embel-embel –cchi? Dan mengapa aksen –ssu-nya yang khas itu menghilang?

Blam.

Pintu kamar mandi tertutup dengan sedikit keras. Aku masih terhenyak atas sikap Ryouta yang benar-benar OOC ini. Apa karena aku yang menirunya hingga ia cemberut dan bersikap seperti itu? Atau apa?

Pusing memikirkannya, aku kemudian segera beranjak ke dapur. Dan sekarang, konsentrasiku terbagi dua. Terbagi antara masakan dan sifat aneh Ryouta.

End of Yoshioka's Pov

Ryouta's Pov

"Yoshioka hidoii," ucapku dengan susah payah. Bagaimana tidak susah jika aku harus melakukan sesuatu di luar kebiasaanku yang unik itu?

Kulihat raut wajahnya yang terkejut. Dan aku masih tetap memasang wajah datarku. Malah sampai membanting pintu kamar mandi segala. Namun dia tentu tidak tahu, kalau di dalam aku terkikik geli. Siapa yang suruh dia mengikuti gaya bicaraku? Ya sudah. Aku juga gaya bicaranya itu. Alias aku tengah mengisenginya balik.

Langkah kakinya terdengar menjauh. Ah, sekarang dia pasti akan terus kepikiran dengan sikapku tadi. Rasanya sedikit menyakitkan karena ini adalah pertama kalinya aku melihat wajah putri sulung keluarga Yuka itu seperti itu.

Kubasuh badanku dengan air lalu mengambil kedua handuk yang ada di gantungan. Kok dua? Karena sebenarnya aku sudah membawa handuk tadi. Hanya saja, aku ingin melihat wajahnya Yoshioka yang kawaii itu lagi, makanya aku memintanya mengambilkanku sebuah lagi. Tehee~~

Seraya mengeringkan rambutku, aku kemudian mengambil baju. Selama menggunakannya, pikiranku teringat akan pertemuan kami yang jauh dari kata romantis. Mengingatnya saja aku sudah senyam-senyum tak karuan. Dia sungguh berbeda dari awal.

End of Ryouta's PoV

Author's PoV

Flashback on.

"Kise-kun!" "Kyaa!! Kise-sama!" dan berbagai teriakan absurd lainnya mengiringi langkah kaki jenjangnya yang bergerak seperti dikejar setan. Tepatnya, setan berwujud fans-fans-nya yang tengah menggila.

Keturunan Kise itu pun segera mengambil langkah menuju rooftop dengan kecepatan tercepat yang bisa ia gunakan. Dengan nafas terengah-engah, ia kemudian membuka pintu di sana, masuk, dan kembali membantingnya dengan keras. Kemudian terduduk di depan pintu itu dengan tidak elitnya.

"Eh? Ada orang lain ya?" ucap suara lembut yang datang dari belakang tembok di depannya. Ryouta menoleh dan mendapati gadis dengan mahkota berwarna coklat muda berdiri anggun tak jauh darinya. Iris madu miliknya bertemu dengan iris kehitaman milik gadis itu.

Di tengah lamunannya, Ryouta kembali dikagetkan dengan sebuah botol minuman yang terjulur di depannya begitu saja. "Minumlah. Kau sangat kecapekan, bukan?" ucap gadis itu.

Mau tak mau Ryouta meminumnya dengan lahap. Tentunya setelah mengucapkan terima kasih pada penolongnya itu. "Arigatou-ssu," ucapnya. Setelah minum, ia menyadari kalau gadis itu tengah menatapnya dengan tatapan heran.

"Mengapa kau melihatku seperti itu-ssu?" tanya Ryouta khawatir. Ia takut jika perempuan di depannya itu adalah salah satu dari sekian banyak fans-nya. Dan bertemu dengan penggemar itu adalah rutinitas yang melelahkan.

"Tidak. Aku hanya memperhatikan kalau ternyata gaya bicaramu itu sangat lucu. Sepertinya kau tipe yang periang, bukan?"ucap gadis itu. Ryouta dibuat tak bisa bergerak oleh perkataan itu. Periang? Tumben sekali ada yang mengatakannya seperti itu. Jika ribut dan bising sih, sering.

"Ore wa Kise Ryouta-ssu. Yoroshiku-ssu." Entah mengapa, Ryouta sangat ingin berkenalan dengan gadis yang menurutnya berbeda dari yang lainnya itu.

"Sebenarnya aku sudah tahu namamu, Kise-kun. Namaku Yuka Yoshioka," ucap Yoshioka seraya tersenyum hangat. Lagi, Ryouta dibuat semakin heran.

"Yukacchi sendiri saja di sini?" tanyanya. Dan sepertinya dia tidak sadar kalau dia memanggil perempuan di depannya itu dengan embel-embel –cchi. Yang berarti, dia menghormati orang itu.

"Yah, begitulah. Aku sering menghabiskan waktu sendirian di sini. Di sini adem sih." Yoshioka terkekeh melihat pandangan Ryouta yang agak lain.

"Kise-kun sendiri? Ada keperluan apa di sini?" tanya Yoshioka setelah tak mendapat respon dari Ryouta.

"Eh? Aku-ssu? Aku hanya kabur dari fans-ku-ssu. Padahal, ketika aku keluar dari gym, tidak ada orang-ssu. Tiba-tiba saja mereka mengejarku-ssu ..." refleks, Ryouta menceritakan semuanya pada gadis yang baru dikenalnya itu. Oh tidak. Sepertinya ia kini dengan semangat menceritakan dirinya.

Mulai dari kebiasaannya, hobi, pekerjaan, sampai setiap perlombaan basket yang ia ikuti ia ceritakan secara lancar. Di sampingnya, Yoshioka hanya tersenyum simpul selama Ryouta bercerita. Ia tak menyela apalagi menyuruh untuk menghentikan alkisah yang panjang itu.

Sadar kalau dirinya sudah terlalu banyak bicara, Ryouta segera berhenti dan memandangi Yoshioka yang bahkan tak berkedip melihatnya. "Eh, kok berhenti? Lanjutkan saja. Aku senang mendengar ceritamu itu, Kise-kun."

Ryouta ternganga seolah tak percaya terhadap pendengarannya sendiri. Jika di depannya ini adalah Kasamatsu-senpai, sudah pasti dari tadi ia ditendang ke bulan akibat suara bisingnya itu.

"Etto ... Apa Yukacchi tidak merasa terganggu dengan suaraku yang ribut ini-ssu?" tanya Ryouta dengan tampang bersalah. Tentu saja bersalah karena dirinya secara tidak langsung tengah merusak gendang telinga orang lain.

"Hee? Kenapa kau berkata seperti itu, Kise-kun? Kau kan orangnya periang, jadi wajarlah jika orang periang itu banyak bicara." Yoshioka kemudian menyender di dekat Ryouta. Tak mempedulikan tatapan Ryouta yang semakin intens melihatnya.

Demi seluruh jadwal pemotretan Ryouta yang saat ini tengah melunjak, baru pertama kali ini ada yang tidak protes sama sekali terhadap suaranya itu. Bahkan teman-teman Kiseki no Sedai-nya tak akan segan untuk menghajarnya jika berbicara panjang lebar seperti tadi. Tapi gadis di depannya ini? Sudah kuduga. Dia memang berbeda. Pikir Ryouta saat itu juga.

"Yukacchi, arigatou-ssu," ucap Ryouta tulus. Setulus Yoshioka yang memiliki pemikiran 180 derajat berbeda dari yang lain mengenai dirinya.

"Eh, untuk apa tiba-tiba kau berterima kasih, Kise-kun?" tanya Yoshioka. Iris kelamnya kembali bertabrakan dengan iris madu di depannya.

"Tehee~~ karena Yukacchi mempunyai pendapat yang berbeda tentang diriku-ssu!" Ryouta kembali pada sifat awalnya setelah sebelumnya hanya terdiam tak karuan. Dan senyum Yoshioka semakin membuatnya yakin. Kalau gadis itu benar-benar berbeda.

Flashback off.

.

.

.

"Eh, Yoshicchi belum makan-ssu?" tanya Ryouta begitu melihat istrinya hanya duduk di depannya. Makanan yang terhidang sama sekali tidak ia sentuh.

"Ryouta ..." panggilan itu nyaris tak terdengar. Beruntunglah Ryouta yang dapat mendengarnya di tengah gesekan sumpit dengan mangkuk di tangannya.

"Ya-ssu?" timpalnya. Di depannya, Yoshioka duduk dengan gelisah. Seolah sedang ada yang ia pikirkan.

"Ryouta ... Gomen nasai. Sebenarnya aku tadi hanya iseng dengan mengikuti gaya bicaramu. Tapi, kumohon. Kau jangan ngambek dan diam seperti tadi ya? Orang periang sepertimu tidak cocok jika diam," ucap Yoshioka. Pandangannya menunduk. Sama sekali tak berani menatap Ryouta yang juga menatapnya.

Yare-yare, ternyata dia memikirkannya sampai sejauh ini-ssu! Pikir Ryouta melihat tingkah istrinya. Perlahan, dilepasnya atribut makan yang ia pegang. Ia kemudian berdiri dan menuju belakang Yoshioka.

"Yoshicchi tidak salah-ssu. Aku yang salah-ssu. Aku juga tadi sebenarnya hanya niat untuk mengerjaimu-ssu. Aku janji tidak akan seperti tadi-ssu. Kau juga jangan sedih-ssu." Tangan putihnya ia kalungkan di leher Yoshioka. Tak lama kemudian, ia dapat merasakan sentuhan lembut di sana.

"Arigatou, Ryouta." Yoshioka menyenderkan kepalanya di lengan putih itu. Jujur saja. Ia benar-benar tak nyaman jika Ryouta mendiamkannya seperti tadi.

"Etto, Yoshicchi ... Ada yang ingin kutanyakan padamu-ssu," ucap Ryouta tiba-tiba. Seketika Yoshioka mendongakkan kepalanya. Menatap dalam iris madu Ryouta yang juga menunduk melihatnya.

"Kau ingin menanyakan apa, Ryouta?" Yoshioka mencoba membelai pipi Ryouta dengan tangannya yang bebas. Matanya menunggu suara yang keluar dari bibir mantan model itu.

"Ano ... Apa alasan Yoshicchi hingga betah bersamaku-ssu? Padahal kan aku bising dan tidak bisa diam-ssu." Ryouta menatap arah lain dengan tatapan sendu. Takut jika ternyata jawaban Yoshioka tidak sesuai harapannya.

"Ara ara ... Aku kira kau mau menanyakan apa, Ryouta. Jawabannya tentu sudah jelas bukan? Kalau kita sudah terikat untuk selamanya. Jadi, aku tidak akan meninggalkanmu. Dan untuk suaramu itu, aku tidak keberatan sama sekali. Karena dengan mendengar suaramu, aku tahu kalau kau sedang bersamaku. Jelas, Ryouta?" Yoshioka menatap ke arah depan. Kemudian kembali menyenderkan kepalanya pada lengan Ryouta.

Ryouta mengangguk walau tidak dilihat oleh Yoshioka. Jawaban itu sudah cukup untuk membuat hatinya tenang. Kepalanya kemudian menunduk dan mencium puncak kepala berwarna coklat muda itu. Setelah itu, pipinya pun mengambil alih untuk bersandar pada kepala istrinya.

Lama dalam posisi seperti itu, Ryouta akhirnya menyadari kalau Yoshioka sudah tertidur lelap di lengannya. "Ara? Yoshicchi ternyata sudah tidur-ssu. Hwee ... kenapa Yoshicchi tak mengajakku-ssu?" childish-nya keluar begitu saja. Dibelainya kepala Yoshioka yang sedikit acak.

Tak lama, pemuda berambut pirang itu tersenyum. Dengan hati-hati ia berusaha melepaskan tangannya. Setelah itu, digendongnya Yoshioka yang terlelap ala bridal style menuju kamar mereka.

Waa ... Yoshicchi manis sekali kalau tertidur-ssu. Batin Ryouta kala melihat wajah polos istrinya yang kini sudah dibaringkan di atas ranjang. Tangan Ryouta kemudian bergerak untuk menghalau helaian rambut yang menutupi wajah putih itu.

Ryouta menghela napas sebelum akhirnya mengecup pipi di bawahnya dengan lembut. "Oyasumi, Yoshicchi," bisiknya di telinga Yoshioka. Setelah itu ia kembali ke dapur. Mencoba membereskan peralatan makan yang sudah mereka gunakan.

Di dalam kamar, Yoshioka membuka matanya dengan cepat. Sebuah senyum tersungging di bibirnya. Ternyata triknya untuk menjahili Ryouta yang kedua kalinya berhasil juga. "Ryouta, teruslah berbicara. Aku senang bisa mendengar suaramu yang riang itu," lirihnya perlahan.

.

.

.

Ara ara ... ternyata chapter ini jadi 1.847 words-ssu. Padahal Author tidak yakin jika bagian Kise dan Yuka-nee akan panjang-ssu. Secara, Author tidak terlalu tahu menahu tentang Kise-ssu! //Kise : Heairacchi kenapa ikutin aku-ssu?//Author : Tehee~ Soalnya itu lucu-ssu//ditabok Kise//

Etto ... bagaimana menurut kalian sifat Kise di sini? OOC kah? Absurd? Atau benar-benar melenceng dari sifat aslinya? Waa ... sumimasen, sumimasen! Author seharusnya tidak dilahirkan. _/\_ //eh, kok malah ada Sakurai kesasar yak? Lupakan saja/slap//

Yatta! Gak nyangka kalau fanfict ini sudah sampai setengahnya. Setelah ini, kita akan bertemu dengan pasangan Kuroko! Yups ... tepatnya dengan Kuroko Tetsuya-chan dan Asakura Haruka-neesan //ngadep lain//

Sudahlah. Intinya semoga kalian betah di fanfict absurd ini. Segala kritik dan saran Author terima dengan senang hati. So, jangan segan untuk memberi komentar ya! Chiao!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top