Day 27
On One of Their Birthday
Nijimura Shuuzou x Yousuka Ainawa
© Tadatoshi Fujimaki
*
"Uhm ..." Ainawa mengerang kecil kala kelopak matanya membuka. Hal yang pertama kali ia lihat adalah lelangit kamar yang putih bersih. Butuh beberapa detik baginya untuk fokus, untuk menyadari bahwa ada yang kurang di awal harinya ini.
Menoleh ke samping, hanya bantal yang sedikit bergeser ditambah selimut tersibak yang ia temukan. Tangannya meraba ke tempat itu. Dingin. Bukti sudah lama ditinggalkan.
Dan tiba-tiba, kantuk menyerang dirinya kembali. Akhirnya ia kembali mencari posisi ternyaman, membiarkan rambut sepinggangnya yang menutupi bantal menggelitik wajah. Wangi khas urang aring tercium samar. Lengkap sudah untuk membuat dirinya kembali mengembara ke alam mimpi.
Sementara Ainawa yang perlahan terlelap kembali, Shuuzou hanya tersenyum kecil dari meja kerjanya. Semenjak ia tahu bahwa istrinya terjaga, ia tak menegur. Ingin menyaksikan bagaimana tingkah polos wanita itu. Dengan hasil ia menahan tawa melihat bagaimana Ainawa mencari keberadaannya.
Atensi onyx keabuan itu kembali pada sudut meja. Di mana terdapat sebuah kalender duduk dengan angka 11 yang terlingkari. Bulan terakhir di tahun itu memang istimewa. Selain sebagai saksi pernikahan mereka, juga adanya ulang tahun Ainawa di sana.
Memikirkan tentang ulang tahun, sebuah ide pun muncul di benak Shuuzou. Mengulas senyum, akhirnya ia bangkit dan segera menuju ke kamar mandi kala meyakinkan diri untuk melakukan ide tersebut.
***
Kedua kalinya, Ainawa berhasil kembali ke dunia nyata. Matanya mengerjap untuk memusatkan fokus. Sampai akhirnya ia menoleh dan mendapati sebuah note kecil di nakas di samping ranjangnya.
'Ada urusan mendadak di kantor. Jadi aku harus pergi pagi ini. Oh ya, sarapanmu sudah aku siapkan. Kau makanlah dan nikmati hari minggumu.'
Shuuzou
Membaca note itu membuat Ainawa menepuk jidatnya pelan. Ini pertama kalinya ia telat bangun semenjak menjadi anggota baru di keluarga Nijimura. Untungnya, mereka sudah memutuskan tinggal berdua. Tak bisa Ainawa bayangkan jika seandainya ada kakak atau mertuanya di sana. Tentu ia akan malu sekali.
Toh juga ini bukan salahnya. Ini salah Shuuzou yang terlalu lama bermain di malam hari.
Ainawa mengibaskan tangan di samping kepalanya yang terus menggeleng. Berusaha mengusir rekam jejak atas apa yang mereka lakukan. Segera ia bangun dari kasur dengan lilitan selimut pada tubuhnya. Sedikit tertatih, ia pun ke kamar mandi.
Butuh waktu agak lama bagi Ainawa membersihkan diri. Namun, begitu mengingat bahwa sarapan yang sudah Shuuzou siapkan akan mendingin, ia pun mempercepat diri.
Baju kaos dan rok pendek ia kenakan. Sedikit kebesaran, tetapi ia menyukai itu. Terasa lebih sejuk sehingga menambah suasana ketika dirinya ke dapur.
Di ruang makan, sudah ada beberapa potong roti dan sepiring omelette rice. Tak lupa juga segelas besar air putih, susu, dan beberapa buah apel memenuhi meja makan. Sekali lagi, Ainawa merasa bersalah karena bukan ia yang menyiapkan itu semua.
"Itadakimasu!"
Dinding memantulkan gema itu. Membuat kesunyian semakin terasa. Hanya denting sendok d an piring yang beradu terdengar kencang. Ainawa pun hanya sanggup menghabiskan omelette rice itu saja. Air putih dan susu ia teguk sedikit. Sementara sisanya ia bereskan untuk nanti dimasukkan ke kulkas. Dia sudah berutang dua maaf kepada Shuuzou.
Ah, betapa menyakitkannya.
Ketika membereskan piring terakhir, sesuatu menarik perhatiannya. Ada kertas kecil di bawah piring itu. Ia pun mengambilnya. Sebuah tulisan di balik sana membuatnya mengeryit.
'Wanna play a serious fun?'
"Apa maksudnya?" Berulang kali Ainawa membaca hal itu. Kertasnya pun ia bolak-balik. Namun, tak ada satupun petunjuk lainnya ia temukan.
"Hah. Pasti iseng lagi."
Ainawa menaruh kertas itu ke sakunya. Ia akan menanyakan itu kepada Shuuzou ketika ia pulang nanti. Sekarang, tugasnya adalah membersihkan rumah.
"Oh, aku nyaris lupa memasukkan ini." Gelengan kepala ia lakukan melihat piring dengan roti yang teronggok di pinggir meja. Letaknya yang agak jauh berhasil luput dari perhatiannya.
Benda itu ia ambil lalu dibawa menuju kulkas yang tak jauh daru sana. Kala membuka benda elektronik itu, lagi-lagi Ainawa mendapati note tepat di bawah freezer.
'Kau yakin tidak mau bermain?'
Dan dari itu, Ainawa yakin. Kalau semua ini ulah Shuuzou. Ia meragukan kepergian lelaki itu sekarang. Pasti ia tengah bersembunyi di suatu tempat.
"Shuuzou! Kau di sini kan?" Ia berteriak. Dan hanya gema yang merespons, melempar balik pertanyaannya.
"Ah, aku memikirkan apa sih?" Note itu dikantongi lagi. Ainawa diam-diam mempertanyakan semua itu. Di saat yang sama, ia tidak ingin memikirkannya.
Sekarang, ia sudah ada di ruang tamu. Lengkap dengan peralatan kebersihan. Sayangnya, lagi-lagi kejadian yang sama terulang.
'Baiklah. Kita mulai. Pertama, pergilah ke ruang keluarga.'
"Astaga. Kau menyebalkan, Shuuzou—"
Nyaris Ainawa akan mengumpat seperti masa di mana mereka belum seatap. Salahkan note kecil yang lagi-lagi ia temukan terselip di bawah vas bunga.
Namun, bagaimana pun juga, Ainawa mengikutinya. Ia pergi ke ruang keluarga. Kali ini, ia memutuskan untuk serius. Ya. Dia menerima tantangan Shuuzou.
Berkeliling sebentar di dalam ruangan itu, Ainawa akhirnya menemukan apa yang ia cari. Note berwarna keabuan itu menempel dari bawah meja kaca yang ada. Shuuzou memang niat sekali untuk mengerjainya.
'Kau lelah? Beristirahatlah.'
"Tentu saja, Baka. Siapa yang tidak lelah harus keliling rumah dalam satu waktu?" gumam Ainawa membaca tulisan di sana. Sedetik kemudian, ia mengeryit.
Kali ini, apa yang harus ia lakukan? Perintah di sana menyuruhnya untuk beristirahat. Apa maksudnya berhenti melakukan kegiatan, atau malah menunjukkan hal yang lain?
"Ah, aku yakin pasti itu!"
Ainawa tak dapat menahan senyum. Entah iya atau tidak, sepertinya lelaki itu ingat kalau dia tidak suka dibuat penasaran. Sekalinya penasaran, harus segera ia tahu.
Langkah wanita itu kembali ke ruangan yang menjadi titik awal semuanya. Yakni kamar mereka berdua. Ainawa yakin sekali kalau inilah yang dimaksud oleh Shuuzou.
Di depan pintu berwarna putih itu, Ainawa meragu. Bagaimana jika semua ini murni hanya keisengan? Namun, otaknya menyangkal. Meminta tubuh itu untuk melanjutkan apa yang sudah mereka lakukan. Toh nanti ia bisa memarahi Shuuzou.
Cklek
Ainawa menahan napas seraya membuka sedikit demi sedikit benda itu. Entah mengapa, ruangan itu kali ini memiliki aura yang berbeda dari terakhir kali ditinggalkan. Berbeda, yang anehnya membuat dirinya nyaman.
"Shuu—"
Ainawa menghentikan pita suaranya tepat di kata itu, kala matanya menatap apa yang ada di kamarnya. Tempat itu berubah drastis dengan ornamen rangkaian bunga yang ada di beberapa titik. Pun sebuah meja kecil khusus untuk dua orang sudah tertata rapi lengkap dengan kursi dan peralatan lainnya. Di atasnya, sebuah kue dengan lilin menyala menyambutnya.
Belum Ainawa berkomentar apapun, ia sudah dikagetkan lagi dengan tangan yang tiba-tiba berada di depannya lalu bergerak ke belakang. Sebelum akhirnya ia menyadari ada sesuatu yang menggelitik bagian leher.
Sebuah kalung melingkari lehernya.
Tangannya meraba benda dengan liontin berbentuk tetesan air mata itu. Menggenggamnya erat, seerat dengan rengkuhan yang tiba-tiba ia rasakan dari belakang.
"Kau suka?"
Suara berat itu berbisik tepat di daun telinganya. Bahunya menjadi tak seimbang setelah sebuah wajah menaruh ujung diri di sana. Perlahan, Ainawa mengangguki pertanyaan itu.
"Tentu saja. Aku sangat suka." Lirihan itu bergetar. Merasakan sesuatu yang mendesak keluar dari mata. Perlahan, genggaman pada mata kalung ia lepaskan. Beralih menautkan jemarinya pada rengkuhan di pinggang.
"Selamat ulang tahun, Ai. Maaf jika semuanya terkesan aneh dan iseng."
Wajah berkacamata itu menoleh ke belakang demi melihat netra suami yang menatapnya teduh. Ainawa bisa merasakan jalinan di tangannya mengendor. Memudahkannya untuk membalik badan dan memeluk lelaki itu.
"Ti-tidak, Shuu. Ini tidak aneh. Ini ... adalah hadiah terindah. Terima kasih."
Wajah ia tenggelamkan pada dada bidang itu. Membiarkan pelukannya berbalas, berikut elusan yang menyisiri rambut sepinggang itu.
"Dan kau tetaplah yang terindah bagiku."
Jemari panjang Shuuzou menangkup kedua pipi Ainawa. Dibersihkannya jejak air mata yang melengket di sana. Sebelum akhirnya menunduk dan memberikan ciuman lembut di sana, yang langsung dibalas oleh Ainawa.
Aishiteru.
*
1245 words
Day 27, end.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top