Day 26

Getting Married

Nijimura Shuuzou x Yousuka Ainawa

© Tadatoshi Fujimaki

*

"Ne-neechan ... jangan tebal-tebal ..." lirih Ainawa merasakan pipinya yang ditempeli bubuk bedak itu. Ia merasa risih karena hal yang sama terus berulang.

Sosok wanita yang ia panggil "Neechan" hanya tersenyum kecil, sebelum berubah menjadi seringai jail.

"Ayolah, Aina-chan. Kapan lagi kau akan berdandan seperti ini? Seandainya boleh tidak berdandan, tentu kan akan memilih itu kan?"

"Kau tahu aku seperti apa, Neechan."

"Aina-chan ..."

Wanita itu perlahan mengarahkan badan Ainawa untuk tegap menghadap kaca. Di mana terdapat pantulan seorang wanita ber-kimono putih yang sedang duduk, sementara yang berwarna merah berdiri di belakangnya.

"Ini hari terbaikmu. Maka, kau harus tampil dengan baik, kan?"

Bisikan itu sukses membuat Ainawa meremat sedikit Shiromuku berwarna putih itu. Kimono khusus untuk pengantin yang ia kenakan, tepat di hari pernikahannya.

"A-aku ... takut—"

"Ssh. Kau menakutkan apa? Kau dan Shuuzou-kun sudah menjalin hubungan beberapa tahun lamanya. Kau juga yang mengiyakan ketika Shuuzou-kun memintamu kepada kami. Lantas, apa kau ingin berubah pikiran?"

Ainawa menggeleng. Berusaha menahan isak yang mendadak ingin keluar, entah karena apa.

"Aina-chan, dalam beberapa jam ke depan, kau bukan anggota Yousuka lagi. Kau akan menjadi bagian baru dari keluarga Nijimura. Namun, kau harus tetap ingat. Kau selamanya adalah adik kami. Paham?"

"Mana mungkin aku akan melupakan Aira-neechan dan Aka-niichan?! Jika seandainya Shuuzou-senpai mengizinkan, aku ingin tetap tinggal bersama kalian. Setidaknya sampai kalian menikah."

Yousuka Aira, sulung dari keluarga Yousuka itu terlihat berkaca-kaca mendengar ucapan adik bungsunya. Namun, kali ini ia harus melawan itu. Demi kebahagiaan Ainawa sendiri.

"Iya iya. Kami akan menerima kalian kapanpun kalian datang. Dan berhenti memanggil Shuuzou-kun dengan sebutan itu, Aina-chan. Dia akan menjadi suamimu. Bukan seniormu lagi."

"Na-namun—"

"Sudahlah. Nanti riasanmu luntur lho. Dan kita sudah memakan banyak waktu. Pendeta dan yang lainnya pasti sudah menunggu. Ayo."

Ainawa berusaha menahan gejolak di dada kala sang Kakak memasangkannya penutup Wataboshi yang berwarna senada di kepalanya. Pakaian sakral itu nyaris menimbun tubuhnya yang kecil.

"Apakah kalian sudah selesai?"

Suara itu membuat mereka berdua menoleh. Mendapati adik kembar Aira, Akasachi, yang menggunakan kimono hitamnya.

"Ayo."

Aira tersenyum tipis begitu melihat tangan adiknya yang gemetar menyambut milik Akasachi. Demi apapun, ia ingin menangis saking terharunya.

Diiringi beberapa orang dari pihak kuil, Akasachi dengan perlahan menuntun Ainawa. Sebisa mungkin agar adiknya itu tidak terjatuh karena pakaiannya sendiri. Aira pun mengikuti dari belakang.

Sementara di bagian altar, terlihat Shuuzou sudah menunggu. Dirinya yang memakai Montsuki Haori Hakama berwarna hitam legam tampak fokus melihat kedatangan pengantin wanita. Akasachi tersenyum miring ketika mereka akan sampai di sana.

Sesampainya di altar, Akasachi melepas gamitan pada lengannya. Mengalihkan tangan Ainawa kepada Shuuzou.

"Ingat, Shuuzou. Jika aku sampai mendengar bahwa Ainawa menangis karenamu, kau tahu harus berurusan dengan siapa."

Desisan yang sampai di telinganya itu tak ayal membuat Shuuzou menyunggingkan senyum. Semenjak mengenal keluarga Ainawa lebih dekat, ia sudah terbiasa mendengar ancaman dari kakak kekasihnya yang mengidap Sister Complex itu; Yousuka Akasachi.

"Akan kuingat itu di setiap detiknya."

Suasana mendadak berubah menjadi jauh lebih khidmat. Shuuzou yang tak bisa melihat wajah Ainawa karena penutup kepalanya, mengulurkan tangan. Sementara Ainawa pun perlahan menyambutnya. Oleh Aira dan Akasachi, keduanya pun didudukkan di depan pendeta.

Upacara pertama dimulai. Upacara penyucian bagi kedua mempelai agar tidak ada kemalangan yang mengikuti di kemudian hari. Di sesi ini, Shuuzou dapat merasakan Ainawa yang bergetar. Begitu gugup ketika pendeta membacakan doa.

'Tenanglah. Semuanya akan berlalu dengan cepat.'

Seolah batin Shuuzou tersampaikan, Ainawa diam-diam melirik dari balik tudungnya. Merasa mendapat respons, ia pun tersenyum kecil. Mengatur napas, lalu kembali terdiam merapalkan apa yang dikatakan oleh pendeta.

Selanjutnya, upacara San San Kudo dilakukan. Ainawa menatap ragu pada Sakazuki di tangannya. Aroma sake manis menguar dari sana. Walau demikian, Ainawa takut jika dirinya tidak tahan terhadap itu.

'Kau bisa, Ai. Kau pasti bisa.'

Menyemangati diri sendiri, Ainawa kemudian memantapkan hati untuk menghirup sake di cawan itu sebanyak tiga kali. Hal yang sama ia lakukan pada dua Sakazuki selanjutnya. Hingga genap sembilan hirupan ia lakukan.

Di sampingnya, Shuuzou pun sudah selesai melakukan San San Kudo. Oleh pendeta, mereka diminta untuk berhadapan. Lalu bersama merapalkan ikrar sehidup semati; suka dan duka selalu bersama hingga di kehidupan selanjutnya.

Ainawa tidak dapat menahan tangis begitu pendeta melepaskan marganya yang dulu. Apa yang diucapkan oleh Aira menjadi kenyataan. Kini ia bukan Yousuka lagi, melainkan Nijimura.

Terakhir, keduanya menggenggam Sakaki atau ranting suci untuk diserahkan bersama sebagai sesaji kepada Dewa. Di sana, Ainawa dapat merasakan tekad Shuuzou dalam membina hubungan bersama dirinya. Genggaman lelaki itu menguat, tapi lembut di saat bersamaan.

Selanjutnya, acara minum sake bersama. Dari altar, Ainawa dapat melihat bagaimana interaksi Akasachi dengan kedua orang tua Shuuzou. Atau Aira yang bercanda bersama kedua adik iparnya yang baru. Suasana bahagia itu benar-benar terasa menembus kalbu.

Ainawa menolehkan kepala ketika tangannya digenggam. Walau dihalangi oleh tudung, ia bisa melihat bagaimana lembutnya senyuman Shuuzou. Termasuk isyarat lelaki itu yang memintanya untuk fokus ke depan.

Di depan mereka, tiga gelas disusun bertumpuk. Dua gadis Miku membawa botol sake di tangan masing-masing, lalu menuangkannya perlahan di gelas teratas. Terus seperti itu hingga ketiga gelas itu terisi sempurna.

Bersamaan dengan itu, perwakilan pendeta pun mengumumkan bahwa pernikahan antara Nijimura Shuuzou dan Yousuka Ainawa telah sah.

***

Alunan musik dari kecapi tradisional yang dimainkan oleh beberapa Miku mengalun indah. Mewarnai acara resepsi yang digelar tak lama setelah upacara pernikahan.

"Ah ya, bukankah kau bilang akan menikah setelah adikmu itu menikah?" tanya Ayah Shuuzou kepada Akasachi. Lelaki bermanik hitam itu mengangguk.

"Benar, Paman. Saya dan Aira sudah sepakat bahwa kami tidak akan menikah, setidaknya sampai Ainawa yang lebih dahulu melakukannya. Ini semua karena kami ingin Ainawa tetap ada yang menjaga walau kami berkeluarga nantinya." Akasachi pun menuangkan sake yang ke sekian kalinya ke cawan lelaki tua itu.

"Dan saya berterima kasih karena Shuuzou mau mengemban tugas itu di sisa umurnya," lanjutnya lagi.

"Ahaha ... tak perlu sungkan begitu, Nak. Kamilah yang beruntung karena mendapatkan menantu seperti Nak Ainawa. Setelah ini, tentu kami bisa hidup tenang di Amerika. Oh ya, apa boleh aku meminta sesuatu?"

"Apa itu, Paman?"

"Shuuzou bilang, ia akan tinggal di Jepang bersama istrinya. Sementara kami akan kembali ke Amerika. Oleh karena itu, kalian pantaulah mereka. Kau boleh melakukan apapun kepada Shuuzou jika ia menyakiti Nak Ainawa."

"Tentu, Paman. Tanpa kau minta pun itu akan kulakukan."

Tawa kembali pecah di antara dua orang lelaki itu. Sementara Shuuzou yang mendengarnya hanya tersenyum simpul. Kelakar antara orang berumur memang aneh-aneh.

"Shuuzou-niisan! Lihat! Ainawa-neesan sudah datang!" ucap adik lelaki Shuuzou yang baru saja menamatkan SMP-nya.

Semuanya menoleh ke arah pintu masuk. Pertama, Aira dan adik perempuan Shuuzou yang tiba. Membentuk pagar, mereka berdiri di samping jalan. Menyambut kedatangan tamu utama.

Tak lama setelah itu, Shuuzou melihat sosok yang telah melahirkannya menuntun perlahan sosok yang terus menunduk. Irou-chikake berwarna merah dengan hiasan burung bangau itu sontak mendapatkan perhatian lebih. Terutama Shuuzou yang terus menatap pemakainya.

Netra mereka bertemu satu sama lain seiring dengan ibu Shuuzou yang mendudukkan Ainawa di samping anaknya itu. Lalu, acara pun berlanjut kembali.

"Kau sangat cantik."

Bisikan itu merubah wajah Ainawa menjadi sewarna pakaiannya. Sayangnya, ia tak mungkin meladeni lelaki bermata elang itu di kondisi seperti ini.

"Di-diamlah, Shuuzou—"

"Hm?" Shuuzou menelengkan kepala mendengar ucapan itu yang terhenti di namanya.

Sementara Ainawa berusaha agar tidak menyebutkan embel-embel apapun. Benar. Sekarang Shuuzou adalah suaminya. Ia tidak boleh memanggilnya "senpai" lagi.

"Ya ya. Hanya Shuuzou saja."

Shuuzou tak dapat menahan senyum setelah mengerti akan apa yang Ainawa lakukan. Ia sempatkan diri untuk mengait jemari itu. Semakin lama semakin menguat ketika itu berbalas.

Untuk ke sekian kalinya, keduanya menatap satu sama lain. Sebelum akhirnya Shuuzou maju dan mencium dahi Ainawa yang berusaha untuk menahan diri agar tidak menangis lagi.

Selamat datang di kehidupan yang baru.

*

1295 words

Day 26, end.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top