Day 22

First Meeting

Iruma Jyuuto x Amayana Aya

© KING RECORD, IDEA FACTORY, Otomate

*

Mata di balik kacamata itu hanya memerhatikan dalam diam bagaimana ramainya suasana yang terjadi di depannya. Bahkan pada jalan di luar dinding kaca itu. Ramai lancar oleh satu hal; wanita.

Namun, itu tidak heran mengingat di mana dirinya berada saat ini. Divisi Chuuoku, divisi khusus pemerintahan yang sudah pastinya lebih mengedepankan kepentingan para hawa tersebut dari adamnya. Hanya di saat tertertu saja daerah itu menjadi kawasan yang boleh dimasuki lelaki; bila memiliki izin khusus ataupun ingin melaksanakan gladiator berkedok battle rap guna memperebutkan teritorial lawan.

Untung baginya, ia bisa memasuki daerah itu kapanpun ia mau mengingat dirinya memiliki hal pertama. Kedudukan sebagai Kepala Kepolisian Yokohama sudah cukup untuk mengantarkannya menuju meja resepsionis di bagian Administrasi Chuuoku.

Bukan tanpa alasan seorang Iruma Jyuuto rela berdiri selama nyaris 30 menit di sana. Walau sejujurnya ia mengumpat menyadari betapa leletnya bagian pemerintahan ini bekerja.

"Tuan, ini data yang Anda inginkan. Data tentang Rapper bernama Rainy." Perempuan dengan rambut bermodel shaggy di depannya menyerahkan map berwarna cokelat. Lalu kembali ke belakang komputer dengan wajah datarnya.

Jyuuto pun berterima kasih. Dibawanya map tersebut menuju salah satu bangku pengunjung yang ada. Seandainya bisa, ia memilih untuk membawa map itu dan menelaahnya di kantornya saja. Sayangnya apa yang ia minta itu bukan data sembarangan untuk masa sekarang.

Nama: Kaara Amayashi

Nama MC: Rainy

Tipe: Healer

Tempat, tanggal lahir: Shinjuku, 11 Desember

Divisi asal: Shinjuku

Status: tidak terdaftar dalam divisi manapun

Iris hijau itu sukses menyipit melihat foto 3×4 yang tertempel di bagian kanan atas. Memperlihatkan sosok yang tersenyum kecil dengan mata cokelat keemasan serta rambut pendek berponi panjang di bagian samping, yang berpadu dengan wajah laiknya remaja pada umumnya. Namun, di satu sisi, aura dominan sedikit terlihat. Menjadikannya sebagai sosok bishounen yang malah mengingatkan Jyuuto akan teman Samatoki dari Shibuya.

"Kaara Amayashi? Nama yang sedikit aneh untuk lelaki," komentarnya setelah membaca ulang apa yang ada. Dari situ ia menyimpulkan bahwa lelaki yang ia cari ini sedikit misterius. Mengingat betapa sedikitnya informasi mengenai dirinya. Bahkan di bagian pengerjaan, kata "pengangguran" tercetak dengan rapi.

Yang sayangnya tidak akan dipercayai olehnya begitu saja.

Lantas, jika memang benar Amayashi itu seorang pengangguran, mengapa ia sampai nekat masuk ke dalam sarang Yakuza Yokohama? Benar-benar tidak ada pekerjaan.

Mengucapkan terima kasih, Jyuuto mengembalikan map itu ke bagian resepsionis. Ada hal yang harus ia lakukan sendiri demi menemukan apa yang ia cari.

***

Furano Bookstore terlihat agak sepi hari ini dibandingkan dengan waktu yang sudah terjadi. Membuat seorang Amayana Aya memilih untuk mengganti shift-nya dengan kawan yang lain. Sementara dirinya beristirahat di ruang khusus.

'Mengapa wajahmu kusut?'

Suara dari kedalaman diri membuat ia mengembuskan napas. Tas terogoh, berikut sebotol air yang dikeluarkan setelahnya. Ia meneguk cairan itu beberapa kali, sebelum termenung memandangi bagian bawahnya yang dilapisi celana training berwarna biru navy.

'Jangan membuatku muncul ke permukaan, Aya.'

"Aku masih waras untuk memintamu menggantikanku saat ini," desisnya tak suka.

'Lantas, mengapa perasaanmu terus menurun? Kau tahu kan jika kondisimu seperti ini, justru akan menggantikan kita secara otomatis?'

Tak ada jawaban dari gadis itu. Hingga akhirnya, sosok itu menjadi kesal sendiri dan memutuskan untuk keluar. Dengan awal berupa tubuh yang akan terjatuh dari kursi. Disusul erangan kecil yang menandakan ada kesakitan tersendiri di sana.

"Hah. Kurasa ini lebih baik." Suara yang semula halus itu mendadak berat seketika. Bahkan air muka pada raut berkacamata itu menjadi lebih bersemangat.

'Kalau begitu, selamat bekerja. Aku ingin tidur.'

"Kau belum menjelaskan alasan mood-mu berantakan di bawah sana, Aya." Jika ada yang mendengarnya, pasti akan merasa aneh mengetahui gadis itu seolah berbicara dengan dirinya sendiri. Sayangnya, hanya segelintir orang yang akan paham kalau sosok itu hanya tubuhnya saja yang disebut Amayana Aya. Sementara jiwanya bernama lain; Kaara Amayashi.

"Nee, Aya. Biar kutebak. Apakah penyebab kita yang tertukar saat ini karena dirimu masih trauma dengan kejadian kemarin?"

Tak ada jawaban. Maka Amayashi pun menyimpulkan secara sepihak; tebakannya itu benar adanya.

"Baiklah. Kau beristirahat saja di sana. Aku juga akan mengistirahatkan tubuhmu ini."

Berkata seperti itu, Amayashi memejamkan kelopak mata di balik kaca tipis bergagang itu. Walau ia tidak memungkiri, sekelebat ingatan di hari kemarin terputar begitu saja menjadi mimpinya.

***

Semua bermula ketika sebuah pesan masuk. Pesan yang memintanya untuk mencari data tentang salah satu divisi terberingas di sana; Mad Trigger Crew dari Yokohama.

Amayashi —yang saat itu keluar— pun mengiyakan. Pekerjaan sebagai stalker gelap membuatnya harus berani mengambil misi apapun itu demi profesionalitas. Karena itulah ia memberanikan diri membawa tubuh setinggi 155 cm itu untuk pergi menyeberang ke divisi sebelah, Yokohama.

Tak butuh waktu lama baginya untuk menemui daerah tergelap di divisi itu. Cocok untuk menjadi sarang Yakuza ataupun berandalan lainnya. Ia yang terlihat seperti anak tersesat tak peduli walau ditatapi oleh orang-orang di sana. Cukup menutup mata dan berjalan saja.

Ketika melewati jalan utama, sebuah gang sempit nan gelap ia dapati. Mendengar suara ribut dari tempat itu, ia pun berinisiatif untuk melihatnya.

Iris keemasan itu membelalak lebar terhadap apa yang terjadi. Di sana, seorang lelaki dengan mahkota seputih salju berdiri berhadapan dengan sosok yang lebih ringkih darinya. Sosok ringkih itu seperti memohon ampun dilihat dari gestur tubuhnya yang sampai bersujud di depan si Putih.

Sayangnya, seharusnya Amayashi tidak diam di tempat itu. Rasa iba yang kuat malah mendorong Aya keluar dari kedalaman. Sehingga, hal selanjutnya membuat masalah baru.

Si Mahkota Putih mengeluarkan pisau, lalu tanpa ampun menancapkannya pada punggung Si Ringkih yang langsung menjerit hebat. Muncratan darah terlihat jelas. Setidaknya bagi Aya yang berdiri di muka gang.

Wajah itu memucat. Phobia terhadap caira pekat itu membuatnya limbung. Belum lagi perutnya yang terasa diaduk sedemikian rupa. Alhasil, dirinya terhuyung. Nyaris terjatuh jika saja tidak ada yang menangkapnya.

Hal terakhir yang Aya rasakan ketika tubuhnya diangkat dengan mudah, sosok berkacamata itu memberikan senyum tipis yang semakin lama semakin menggelap.

***

Yang pertama kali iris keemasan itu lihat adalah ruang kecil dengan dinding sewarna putih gading. Mungkin ukurannya hanya 3×3 meter persegi. Mengingatkannya akan sel tahanan. Dengan dirinya yang berada di atas kasur di pojokan ruangan itu.

"Kau sudah sadar ... Bocah?"

Amayashi menoleh. Sosok berkacamata itu tersenyum tipis. Tatapannya yang ramah tak memberi jaminan kepada Amayashi untuk tidak waspada terhadapnya.

"Di mana ini?"

"Ini salah satu ruangan dari markas rahasiaku."

Amayashi menyipit. Kemudian menyadari emblem berbentuk segitiga yang berjajar rapi di kerah baju lelaki itu. Seketika ia tersadar lelaki itu siapa.

Iruma Jyuuto. Second line Mad Trigger Crew.

Berarti, lelaki berambut putih yang ia lihat sebelumnya tak lain adalah Leader dari divisi itu sendiri. Dan Amayashi yakin kalau keberadaan Jyuuto kala itu untuk menutupi tindak kejahatan sang Leader.

"Kau tidak akan kemana-mana, Bocah."

Pistol teracung tegak di depan Amayashi yang hendak melarikan diri. Ah, dia ingat kalau lelaki itu adalah Kepala Kepolisian Yokohama. Sehingga, ia segera mematung; tak bergerak sama sekali.

"Kau tidak berasal dari Yokohama, bukan? Apa yang kau lakukan di tempat kami?"

Sekali lagi, Amayashi memilih bungkam. Otaknya masih menyusun rencana untuk kabur dari tempat itu. Hingga tak sengaja, ia mengingat sesuatu yang berguna di sakunya.

Jyuuto sedikit kaget melihat anak lelaki di depannya yang mengeluarkan sebuah semprotan. Sebelum ia memberikan peringatan, bau menyengat sudah terlebih dahulu menyerang penciumannya. Apalagi pandangannya yang mendadak buram karena semprotan itu.

Dan ini adalah saat yang tepat untuk kabur.

***

Membungkuk, dirinya berusaha mengambil napas sebanyak mungkin. Kaki yang dipaksa untuk terus berlari sudah mencapai batas. Setidaknya ia yakin kalau ia sudah ada pada jarak yang aman mengingat ini adalah perbatasan Yokohama.

Ponsel ia ambil. Membuka bagian Message lalu menelepon pengirim pesan teratas di sana. Butuh beberapa saat hingga akhirnya sebuah suara masuk.

"Hei, it's me," ucapnya dengan napas terengah-engah. Setelah jeda beberapa saat, ia pun melanjutkannya kalimatnya, "Rainy."

Saking lelahnya, ia tidak menyadari seseorang yang tengah menguping dari persimpangan. Apalagi dirinya masih lelah, memaksa suaranya untuk menaikkan oktaf agar orang di seberang sana bisa mendengar.

"Aku meminta waktu lebih untuk menyelidiki mereka. Ada masalah di hari pertama."

"..."

"It's OK, Sir. Kau tahu aku tidak akan menjilat ludahku sendiri. Kau akan mendapatkan data Mad Trigger Crew dalam waktu lima hari terhitung saat ini."

"..."

"Baiklah, baiklah. Dalam waktu tiga hari."

Klik.

'Aku merasa kita diperhatikan seseorang.'

Sambungan itu tertutup seiring dengan pernyataan Aya yang berdenging. Refleks Amayashi menoleh ke belakang. Tidak ada apa-apa. Hanya lalu lalang manusia dan kendaraan yang ia lihat.

"Kau terlalu khawatir, Aya. Tidak ada apapun atau siapapun di belakang kita. Sudahlah. Sebaiknya kita pulang."

Setelah menukas ucapan itu, Amayashi pun berjalan dengan santai meninggalkan divisi itu. Tak lupa earphone yang ia colokkan ke telinganya.

Lengah terhadap fakta bahwa seorang lelaki tengah memandanginya dari belakang sana.

*

1425 words

Day 22, end.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top