Day 21
Cooking
Yumeno Gentarou
x
Ayanokouji Misakura
© KING RECORD, IDEA FACTORY, Otomate
*
Misa menahan sesak di dada kala perutnya terasa seperti pakaian yang diremas. Ia nyaris tidak bisa menegakkan badan. Tulang punggung itu terus membungkuk terhitung semenjak ia bangun dari tidur.
Sepertinya, penyakitnya kambuh dan Misa tahu sekali tentang itu.
Sayangnya, hanya ada dirinya yang di rumah. Kedua pasang partner-nya yang lain sedang ke luar karena urusan pribadi. Termasuk Gentarou. Sehingga Misa hanya bisa meremat erat seprai kasur sebagai bahan pelampiasannya.
"Misa-chan~"
Suara sapaan manis itu terhenti kala pintu terbuka. Di sana, Gentarou mematung. Ia yang baru balik dari perpustakaan kota untuk mencari referensi novelnya, mendapati Misa dengan posisi yang tidak baik seperti itu.
"Kau tidak apa, Misa-chan?"
Melontarkan pertanyaan kembali, Gentarou dengan sigap menolong Misa untuk memperbaiki posisi wanita itu yang nyaris jatuh dari ranjang.
"Sakit ..."
Lirihan itu membuat Gentarou merasa iba. Apalagi bagian hakama-nya yang kusut akibat digenggam terlalu erat oleh Misa. Semenjak menikah, ia tahu bahwa istrinya itu mengidap Dysmenorrhea. Selalu terulang nyaris setiap bulan. Namun, tetap saja. Ia tidak tega melihat istrinya seperti itu.
"Misa-chan, tunggu sebentar di sini ya?" Kepala bersurai Sakura itu ditepuknya sekali. Lalu Gentarou segera menuju dapur. Mengisi Warm Water Zak dengan air hangat, kemudian kembali ke kamar untuk menyerahkan benda itu.
"Tahan ini di perutmu." Gentarou menyibak selimut yang menutupi separuh badan Misa, meletakkan benda berwarna cokelat itu di perut wanita itu, dan terakhir mengarahkan tangan Misa agar berada di atasnya.
"Bagaimana? Sudah merasa lebih enak?"
Misa mengangguk kecil. Sedetik kemudian, wajahnya kembali meringis. "M-masih sakit..." lirihnya.
Gentarou mengembuskan napas. Ia kemudian membongkar meja kecil di dekat ranjang. Seingatnya, obat Misa masih ada di sana.
"Kau sudah makan?"
Misa menggeleng.
"Ya sudah. Kalau begitu, tunggulah sebentar. Akan kumasakkan sesuatu untukmu." Gentarou meletakkan strip obat yang ia temukan di atas meja. Kemudian beranjak ke dapur.
Lamat-lamat suara Gentarou memasuki indera pendengaran Misa. Sedetik kemudian, ia menyadari sesuatu.
Persediaan bahan di dapur nyaris habis. Lantas, bagaimana suaminya itu bisa memasak jika tidak ada bahannya?
Misa mencoba untuk bangun dari tempat tidur. Sayangnya, itu membuat perutnya melilit lagi. Membuatnya segera tumbang ke atas tempat tidur.
Baiklah. Mungkin ia bisa beristirahat sejenak sebelum ikut ke dapur dan membantu Gentarou.
***
Di dapur, Gentarou mengeryitkan alis melihat hanya ada tepung, beberapa sayuran, juga beberapa butir telur yang dikumpulkan di depannya. Hasil dari dirinya yang membongkar seluruh tempat untuk mencari bahan yang akan ia olah.
"Ini tidak cukup. Apakah aku harus pergi ke supermarket sebentar untuk berbelanja? Namun, Misa-chan pasti akan menunggu lama. Sementara ia harus segera makan dan minum obat."
Gentarou bergumam kecil. Kembali memandangi bahan makanan di depannya seraya memutar otak. Sekiranya apa yang bisa ia buat dari bahan-bahan ini? Paling mentok, hanya sekadar tempura sayuran. Dan itu jauh dari kata mengenyangkan.
"Ah iya. Mungkin aku bisa meminta bantuan kepadanya." Gentarou mengeluarkan ponsel, lalu mengetikkan beberapa nomor yang langsung ia hubungi.
"Moshi-moshi, Orushu-san?" Ia menyebutkan nama editor yang sering menangani novelnya kala panggilan itu tersambung.
"Aku ingin meminta tolong."
"..."
"Kau kirimkanlah beberapa bahan makanan ke rumahku. Supermarket di sini agak jauh."
"..."
"Misa-chan sakit. Dan aku tidak berani meninggalkannya terlalu lama. Jadi, cepatlah."
"..."
"Baiklah, Orushu-san. Terima kasih."
Gentarou menutup teleponnya. Sekali lagi, manik matanya kembali terfokus pada bahan makanan yang ada. Lengan baju ia singsingkan hingga setengahnya. Lalu mengambil pisau terdekat.
"Sepertinya, aku harus membuat tempura ini dulu. Setidaknya, perut Misa-chan harus terisi."
Dengan cekatan, Gentarou memotong sayuran di depannya. Daun bawang, wortel, dan sebagainya ia potong sama besar. Setelah sayuran siap, giliran adonan yang ia ladeni.
Tak butuh waktu lama, tempura sayuran itu sudah matang. Warnanya yang keemasan mengundang selera. Gentarou pun menaruhnya di piring. Ia segera membawanya ke kamar, tak lupa segelas besar air turut serta.
***
"Misa-chan? Bangunlah. Kau harus makan dulu."
Misa membuka matanya sedikit demi sedikit. Sosok Gentarou yang tersenyum adalah yang pertama kali ia lihat.
"Genta?"
"Ini aku. Sekarang, bangunlah. Kau harus makan dan minum obatmu."
Berkata seperti itu, Gentarou dengan sigap membantu Misa untuk duduk. Tak lupa ia menyusun tumpukan bantal di belakang wanita itu.
"Maafkan aku. Untuk sementara, kau makanlah ini dulu ya?" Gentarou memperlihatkan piring yang berisi potongan tempura yang sudah ia masak.
"Seharusnya aku yang meminta maaf, Genta. Seharusnya aku pergi berbelanja tadi pagi karena tahu persediaan di dapur nyaris habis. Sayangnya—"
Misa mengerjapkan mata kala telunjuk Gentarou tepat berada di depan bibirnya. Memberi isyarat ia harus diam.
"Tak apa. Kau tengah sakit, jadi wajar. Sekarang, buka mulutmu," ucap novelis itu. Tangannya sudah menyodorkan garpu dengan potongan makanan itu di depan bibir Misa.
Gadis dari Asakusa itu menurut. Ia menerima suapan yang diberikan Gentarou. "Enak," ucapnya kala rasa tempura itu tercecap dengan baik.
Gentarou tersenyum tipis. Ia kembali menyuapi Misa dengan hati-hati. Yang mana sepertinya wanita itu merasa malu karena diperlakukan seperti ini. Buktinya, wajah Misa agak memerah.
Di saat Gentarou mempersiapkan obat Misa, suara bel terdengar kencang. Ia sudah tahu siapa itu. Segera ia meminumkan obat itu kepada Misa.
"Kau istirahatlah. Aku yang akan menemui tamu kita." Selimut ia tarik hingga ke dada Misa yang berbaring. Setidaknya, wanitanya itu sudah lebih baik.
Sementara dirinya segera keluar, guna menemui tamu yang sudah ia tahu siapa itu.
***
Tepung, minyak, susu, sayuran, daging, buah, bumbu, dan sebangsanya Gentarou keluarkan dan susun di atas meja. Beberapa benda yang tidak ia ketahui turut serta di dalam sana. Seraya memerhatikan barang-barang itu, ia memikirkan apa yang sekiranya akan ia masak.
"Genta?"
Anggota Fling Posse itu menoleh. Irisnya melebar mendapati Misa yang tertatih di ambang pintu dapur. Segera ia menyongsong kedatangan istrinya itu.
"Kau seharusnya di kamar saja, Misa-chan. Biarkan aku yang memasak."
"Dan membiarkanmu menghancurkan dapur? Ayolah Genta. Bahkan tempura-mu tadi sedikit gosong—" Misa menutup mulutnya dengan cepat. Hal yang seharusnya tidak ia katakan keluar juga.
Sementara Gentarou hanya tersenyum tipis kala memergoki Misa yang memandanginya. Ia memang tahu bahwa tempura yang ia masak tidaklah bagus. Namun, demi Misa, ia harus tetap memberikan itu. Salah satu alasan mengapa Gentarou sedari tadi bingung mau memasak apa; ia tidak memiliki kemampuan di bidang itu.
"G-gomen nasai, Gen."
"Kau membuatku terluka, Misa-chan~"
"Ehh?!" Misa mengangkat muka. Kaget karena mendengar pengakuan Gentarou. Iris violetnya mencoba mencari kebohongan di mata hijau itu. Sedetik kemudian, ia mendapatkan apa yang ia cari.
"Uso desu yo~"
Tagline itu tak membuat Misa merasa lebih baik. Ia memang seharusnya tidak mengatai Gentarou seperti itu. Harusnya ia menghargai usaha suaminya.
"Maa, daijoubu, Misa-chan. Tidak apa kau protes karena kau berhak untuk itu. Aku yang salah. Bisa saja perutmu semakin sakit karena memakan makananku, kan? Jadi, maafkan aku," ucap Gentarou lembut kala melihat wajah Misa yang murung. Ia bahkan sampai harus mengelus kepala bermahkota Sakura itu agar kembali semangat.
"Hai'..."
Jawaban lirih Misa itu mengembangkan senyum Gentarou yang kini berjongkok di depan Misa yang duduk di kursi. Ditangkupnya kedua tangan itu menggunakan miliknya, lalu berkata, "nah. Bagaimana kalau sekarang, Nyonya Yumeno Misakura mengajari aku memasak? Kau mau kan, Nyonya?" Sebagai penutup, Gentarou mencium punggung tangan Misa.
"Genta!" Misa berseru panik karena malu. Entah apa warna mukanya saat ini. Namun, ia masih belum kuat menghadapi tingkah Gentarou yang mendadak manis seperti itu.
"Mau ya?"
"Iya iya. Akan kuajari kau memasak."
Seulas senyum terlihat di masing-masing wajah sepasang insan itu. Dibantu Gentarou dalam mengambil alat, Misa pun mulai menjelaskan bahan-bahan di depan mereka.
"Kau mendengarkanku tidak sih?" sungut Misa saat menyadari Gentarou selalu memandanginya, alih-alih melihat bahan makanan di depannya.
"Tidak. Aku lebih baik melihat wajah Misa-chan yang berbicara. Lucu."
"Genta!"
"Hahaha ... Uso desu yo~ Aku mendengarkanmu kok, Misa-chan. Namun, aku serius. Wajahmu kala berbicara itu benar-benar indah."
Kali ini, wajah Misa sudah semerah tomat di tangannya. Beruntung ia tidak berinisiatif melempar lelaki dengan wajah pura-pura polos di depannya itu.
Selanjutnya, mereka pun memasak bersama. Dengan arahan Misa, Gentarou berusaha sebaik mungkin untuk tidak gagal kali ini.
"Ah, bumbu yang kau masukkan pas sekali, Genta. Supnya terasa enak!" seru Misa kala mencicipi kaldu sup di depannya. Ia pun meminta Gentarou merasakan juga. Semakin senang kala lelaki itu mengiyakan.
"Seenak dirimu." Sebelah mata lelaki itu mengerling singkat, cukup untuk membuat Misa overheat.
Dengan akhir, Gentarou tertawa miris kala merasakan spatula yang mengenai kepalanya. Sementara sang pelaku memilih untuk memalingkan muka.
Padahal, ia tidak berbohong sama sekali.
*
1381 words.
Day 21, end.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top