Day 18
Got Jealous
Oda Naosu x Tokugawa Suzuka
© Cybird and Voltage
*
Suara sabetan pedang terdengar dari tempat itu, tepatnya dari halaman belakang bagian utara kastil. Di mana Sang Empunya berulang kali mengayunkan pedang kayu miliknya dengan kecepatan penuh di akhir senja.
Dari tebasan terhadap angin di depannya, kentara sekali pemuda itu memiliki masalah. Angin yang menyibakkan diri pun seolah menjadi takut karena aliran emosi yang mereka rasakan memang berat.
Perasaan yang mengubah diri menjadi emosi gelap.
Naosu menghela napas berulang kali setelah tebasannga mencapai yang ke-100. Kelopaknya menyembunyikan kedua manik ruby itu. Sekaligus menyembunyikan resahnya.
Ia beralih menuju Ringorosu. Pohon apel itu seolah menerima kedatangannya dengan menjatuhkan beberapa helai daun. Naosu tersenyum. Jika seandainya pohon itu menjadi manusia, mungkin ia akan menjadi orang kepercayaannya.
Punggung tegak itu tersandarkan sudah di batang pohon. Sementara Naosu menengadah memandang langit yang tertutupi setengah oleh rimbunnya Ringorosu, ia pun mengingat kejadian beberapa lalu.
Seharusnya saat ini ia tidak ada di sini. Seharusnya dirinya tengah berlatih bersama gadis itu.
***
"Gerakanmu masih kaku dan itu terlihat jelas."
Suzuka menoleh ke pintu masuk. Di mana Naosu menyandarkan diri seraya menatap datar pada dirinya. Ah, Suzuka ingat kalau sekarang adalah jadwal mereka berlatih bersama.
"Oleh karenanya aku belajar, Naosu." Suzuka terlihat jengah. Mungkin bosan karena nyaris seluruh percakapannya dengan pewaris utama keluarga Oda itu akan berubah menjadi pertengkaran.
Seolah mengerti, Naosu diam tak menanggapi lagi. Ia masuk ke dalam doujo, mengambil tempat di sisi yang berlawanan dengan Suzuka, lalu mulai berlatih seorang diri.
Di belakangnya, Suzuka diam-diam menoleh. Embusan napas terdengar pelan. Ingatkan Suzuka bahwa hubungannya dengan Naosu akhir-akhir ini mendingin. Semenjak mengenal saudara jauhnya yang bernama Fuyuki, entah mengapa Suzuka sedikit tidak nyaman setiap kedatangannya.
Seperti kemarin. Fuyuki kembali datang berkunjung. Bahkan ia mendapatkan oleh-oleh juga berupa kain untuk kimono dari gadis itu. Menghormati, Suzuka pun menerimanya. Walau setelah itu, kain berwarna hijau kekuningan nan lembut itu menjadi sedikit kusut karena Suzuka yang meremasnya.
Karena Suzuka melihat Naosu yang tidak protes ketika Fuyuki menyuapinya dengan onigiri buatannya sendiri.
Suzuka menggeleng dengan cepat. Ia tidak mungkin cemburu kepada gadis itu kan? Itu wajar karena mereka bersaudara kan? Jadi, seharusnya ia tidak perlu bersikap kekanakan seperti itu.
Namun, tetap saja. Perasaan itu mengalir dengan deras ketika melihat bagaimana intimnya kedua insan itu. Terlalu intim untuk disebut saudara, walau Naosu terlihat biasa saja menanggapinya.
Saking tenggelamnya ke dalam lamunan itu, Suzuka tanpa sadar masuk ke dalam area berlatih Naosu. Karena posisi mereka yang saling membelakangi, alhasil keduanya bertabrakan.
"Kau tak apa, Nona Tokugawa?" Naosu mengulurkan tangan kepada Suzuka yang terduduk di depannya. Beberapa saat lamanya, uluran tersebut menggantung, tak bersambut.
"Ah, kalian rupanya ada di sini."
Keduanya menoleh. Mendapati iris heterokromia yang memandangi mereka dengan ramah.
"Ada apa ini? Suzuka, kau tak apa?" Kirio menghampiri mereka yang dalam posisi itu dengan sedikit mengeryit. Heran karena tidak biasanya suasana di antara keduanya canggung.
Tiba-tiba saja Naosu harus menahan gemeretak giginya kala melihat Suzuka yang menerima Kirio untuk membantunya berdiri. Sementara dirinya? Didiamkan dalam keadaan memalukan seperti itu.
"Mumpung kau ada di sini, Kirio-san. Kau mau kan menjadi lawan latihanku?" Senyum tipis nan lebar yang berpadu dengan mata tajam itu sekilas terlihat mengerikan di mata Kirio dan Suzuka. Namun, mereka harus sadar bahwa Naosu adalah anak dari siapa.
"Boleh saja. Namun, mengapa kau tidak berlatih dengan Suzuka? Kalian berdua sedari tadi ada di sini kan?"
"Suzuka sepertinya harus menyempurnakan gerakannya terlebih dahulu. Gerakannya masih sangat kaku."
"Benarkah itu, Adik Kecil?" Kirio menoleh ke arah Suzuka yang mana hanya bisa menganggukkan kepala.
"Baiklah. Akan kutemani kau berlatih, Naosu. Setelah mengajari Suzuka tentunya."
Kedua remaja dengan usia yang sama itu serentak memandangi Kirio. Naosu yang merasa diabaikan lagi. Serta Suzuka yang tiba-tiba saja merasa takut dengan tindakan 'kakaknya' itu. Apakah lelaki keturunan Uesugi itu tidak peka dengan suasana di antara mereka yang memberat? Dan sekarang, sepertinya ia berhasil memperkeruh hal itu dengan menolak Naosu.
Sementara Naosu sama seperti ayahnya. Tidak suka dibantah.
"Ah, tentu saja, Kirio-san. Kau bisa menemaniku kapan-kapan. Sekarang, latihlah dulu adik kecilmu itu. Kebetulan aku ingin mengasah kemampuan memanahku dulu."
Sekali lagi, Suzuka dibuat terkejut dengan apa yang terjadi. Jika biasanya Naosu akan menyatakan keberatannya langsung, kali ini tidak. Lelaki itu malah melenggang saja ke sisi doujo yang khusus untuk memanah.
"Baiklah, Adik Kecil. Bisa kita mulai latihannya?" Kirio tersenyum tipis ketika dirinya mengambil pedang kayu dari tempatnya. Suzuka pun mengangguk.
Jadilah mereka berdua berlatih pedang. Suzuka memerhatikan arahan Kirio dengan baik. Walau sebenarnya perhatiannya sedikit melenceng ke arah latihan Naosu yang sedikit lain dari biasanya.
"Suzuka, apa kau tidak merasa aneh dengan kondisi Naosu? Sepertinya ada yang salah dengannya hari ini," ujar Kirio setelah mendapati hal yang sama.
"Entahlah, Kirio-san. Aku tidak tahu mengapa ia menjadi seperti itu." Suzuka menimpali.
Kini keduanya tidak lagi mengayunkan pedang kayu di tangan. Melainkan memerhatikan Naosu dengan latihan abnormalnya.
Jika biasanya Naosu akan sangat teliti dalam membidik target, kali ini tidak. Anak panah di sana tidak perlu berlama-lama di busurnya karena lelaki itu seolah menembakkannya asal-asalan. Begitu satu panah terlepas, sigap tangan Naosu ke belakang. Mengambil sebuah lagi, lalu menembakkannya dengan kecepatan gila.
Yang anehnya selalu tepat sasaran.
Iris keduanya segera melebar kala Naosu mengganti targetnya. Dari papan target, menjadi mereka berdua. Sorot tajam nan dingin itu jarang terlihat, kecuali saat bertugas. Dan saat ini memandangi mereka seolah haus akan darah.
"Naosu—"
"Suzuka! Awas!"
Sebuah panah dengan kecepatan tinggi menuju mereka kedua. Refleks Kirio mendorong dirinya ke arah Suzuka yang lebih berpeluang menjadi target dari benda itu. Keduanya pun jatuh terduduk seiring dengan anak panah yang menancap di dinding doujo.
"Naosu! Apakah kau sudah gila dengan menjadikan kami sebagai targetmu?! Bagaimana jika aku atau Kirio-san kena?!" Suzuka berteriak kesal. Apalagi setelah menyadari bahwa Kirio sedikit lecet karena menolongnya.
"Memangnya aku peduli? Justru bagus jika kalian kena. Itu tandanya panahku tepat kena sasarannya," timpal Naosu dingin.
Suzuka memandang tak percaya. Lelaki itu benar-benar aneh saat ini. "Namun, kau juga harusnya sadar! Jika ingin berlatih dengan kasar seperti itu, jangan di sini!" Lagi, tanpa sadar Suzuka membentak. Beberapa saat kemudian, gadis itu merasa ciut karena Naosu yang menyeringai kepadanya.
"Baiklah jika itu maumu, Tokugawa Suzuka!"
Naosu benar-benar marah kepada mereka.
***
Dan karena kejadian itulah Naosu berlatih seorang diri di tempat itu. Setidaknya halaman di belakang ruangan kerjanya itu berhasil menjernihkan pikirannya sedikit demi sedikit. Apalagi wangi dari Ringorosu dan Shiroka mendominasi di sana. Membuat lelaki itu tak sadar terlelap di tempatnya.
Karena itulah ia tidak menyadari kedatangan Suzuka. Gadis itu mengambil tempat agak jauh darinya. Menjaga jarak karena tahu Naosu berada di dalam mood yang buruk.
"Mengapa kau datang ke sini, hm?" Suara Naosu terdengar samar. Rupanya ia tahu tentang keadaan sekitar.
"Uhm ... Aku ingin ... Meminta maaf, Naosu."
Lirih dan terbata-bata. Dan Naosu jelas mendengarnya. Ia pun bangkit, lalu memandangi Suzuka yang menunduk di tempatnya saat ini.
"Untuk apa kau meminta maaf?" Lagi, tajamnya suara itu masih enggan bersahabat.
"Eh—?! K-karena ... Kurasa aku sudah membuatmu marah di doujou tadi."
"Akhirnya kau sadar juga."
Suzuka tersentak mendengarnya. Terlebih begitu sadar Naosu sudah ada di depan muka. Alhasil, ia semakin gugup.
"Kau tahu apa kesalahanmu?"
"Ku-kurasa ... Iya."
"Apa?"
"Ma-maaf karena sudah mengabaikanmu selama latihan. Hontou sumimasen." Suzuka menunduk sedikit, memperlihatkan kesungguhan dalam upaya menjaga hubungannya dengan Naosu.
"Jadi, apa yang membuatmu melakukan tindakan bodoh seperti itu, Tokugawa Suzuka?"
Suzuka menelan salivanya sendiri. Lelaki itu masih marah jika dilihat dari caranya memanggil gadis itu. Sepertinya ia tidak memiliki pilihan lain selain jujur.
"Karena kemarin," jawabnya pendek.
Naosu menelengkan kepala dengan heran. Memangnya ada apa dengan hari kemarin sehingga Suzuka menjadi sedih seperti itu? Beberapa detik kemudian, ruby itu menyipit ketika menyadari suatu kemungkinan.
Ternyata ada yang tengah cemburu juga.
Suzuka tak sempat membuka suara ketika Naosu mendorongnya telak ke belakang. Membuat rumput menjadi alas punggungnya, dengan lelaki itu yang mengurungnya dari atas.
"Kau cemburu pada Fuyuki? Asal kau tahu saja. Ia hanya saudara bagiku."
Naosu ingin tertawa melihat reaksi Suzuka yang langsung melengos begitu saja karena ucapannya. Lantas ekspresinya berubah serius kala gadis itu membalas dengan telak.
"Kau juga cemburu pada Kirio-san kan?"
"Memangnya mengapa kalau aku benar-benar cemburu kepada kau dan Uesugi sialan itu?"
Sepertinya Suzuka akan menyesali tindakannya yang menjebak Naosu seperti itu. Karena selang sedetik Naosu melemparkan pertanyaan balik, Suzuka bisa merasakan kepalanya mendadak kosong ketika lelaki itu mempertemukan wajah mereka.
Naosu menciumnya dengan lembut.
Walau singkat, tapi sanggup membuat Suzuka segera menutup muka. Menyembunyikan bagian itu yang ia yakini sekarang sudah berubah warna. Sementara sang pelaku hanya terkekeh kecil karenanya.
Itu tidak salah kan?
*
1424 words
Day 18, end.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top