Day 17
Spooning
Iruma Jyuuto x Amayana Aya
© KING RECORD, IDEA FACTORY, Otomate
*
Wig berwarna hitam gradasi sudah terpasang sempurna. Berikut softlens cokelat keemasan yang mengaburkan manik aslinya. Celana training hitam, sepatus kets abu-abu, ditambah jaket panjang yang lengannya disingsingkan.
Di depan kaca, ia kembali mematut diri. Ia mengeryit melihat dadanya sedikit menyembul. Segera ia membuka baju, memperbaiki posisi stagen di sana, lalu kembali melapisinya dengan kaos hitam.
Sudah cukup ia rasa, tas punggung segera ia sampirkan di bahu. Tak lupa sebuah benda berwarna hitam ia masukkan ke dalam sana.
Ji-san, aku pamit ke Yokohama. Aku akan pulang sehabis makan malam.
Pesan itu terkirimkan. Walau agak aneh karena tidak menggunakan panggilan yang biasanya, tapi mau bagaimana lagi? Panggilan dari mereka memang berbeda.
Ji-san
Kalau begitu, kau harus menjaga dirimu, Amayashi-kun. Gunakan 'itu' dalam keadaan terdesak saja. Dan jangan memancing keributan dengan 'Anjing Yokohama'.
Menghela napas, ia memasukkan kembali ponsel ke dalam saku jaket. Lantas segera meninggalkan apartemen dengan pintu bertuliskan "Amayana".
***
Suasana Yokohama di sore hari sedikit sesak. Sebagai distrik yang menjadi pusat pemerintahan, lalu-lalang orang yang tumpah menjadi hal lumrah. Sayangnya, ia masih perlu menolerir hal itu.
Orang lain mungkin akan melihatnya sebagai sosok hikikomori dengan penampilannya itu. Sesuai yang ia harapkan memang. Sehingga misinya pun akan menjadi mudah.
Sayangnya, bagian jaket yang menutupi kepalanya membuatnya hanya bisa menilik pada satu arah. Buta terhadap sisi samping yang memunculkan bahaya.
Tak jauh darinya, sebuah mobil hitam terparkir. Cukup mewah untuk kalangan prestise Yokohama. Kaca hitam mobil itu melindungi pemiliknya yang tengah memerhatikan sosok berjaket yang kini memesan minuman bersoda.
"Oy, Jyuuto. Kau ada di mana?!" Samar suara teriakan terdengar dari ponsel yang ia jauhkan dari telinga. Ia menyeringai, meremehkan. Toh orang itu tidak akan bisa melihatnya.
"Hanya di jalur utama. Hari ini jadwal patroliku ada di sini." Ia menjawab setelah mengembuskan nikotin berbentuk asap.
Tak ada jawaban. Mungkin sosok penelepon itu sudah puas mendengar jawabannya.
Benda persegi panjang ia taruh di dashboard mobil. Mendengar play list memutar lagu yang mewakili kehidupannya, ia kembali terfokus pada sosok itu.
Sosok itu bergerak. Masuk ke sebuah cafe dan duduk di dekat jendela. Sebuah laptop ia keluarkan setelah memesan sesuatu kepada pelayan. Masih buta bahwa ia tengah diperhatikan.
Jyuuto mengernyit melihat sosok berjaket itu yang menahan pelayan setelah pesanannya dibawakan. Ia seperti tengah menanyai pelayan itu sesuatu. Terlihat dari bagaimana ia sigap menulis begitu balasan ia dapatkan.
Bersarung tangan merah, jemarinya menyusup ke dalam saku jas bagian dalam. Sebuah foto terambil. Di mana sosok yang sama terlihat dengan yang ada di cafe.
"Kaara Amayashi, huh?" Jyuuto menipiskan bibir. Insiden beberapa hari lalu membuatnya harus rela berurusan dengan bagian Administrasi Chuuoku. Hingga akhirnya ia mendapatkan apa yang ia mau.
Ponsel ia ambil lagi. Menekan beberapa nomor, lalu menghubunginya. Dengan sabar ia menunggu nada panggilan ketika sosok berjaket itu keluar dari tempatnya dan bergerak kembali.
"Target sudah terlihat. Ia berada sekitar lima puluh meter dari posisi kalian. Segera laksanakan apa yang sudah kujelaskan kemarin."
"Baik, Jyuuto-sama!"
Sekali lagi, ia menipiskan bibir. Lalu segera membawa mobilnya pergi dari sana.
***
Hal yang selama ini Aya —atau sebut saja Amayashi— takutkan jika pergi menjalankan misi ke sarang Yakuza itu akhirnya terjadi. Entah bagaimana kejadiannya, tiba-tiba ia sudah dikejar oleh beberapa lelaki bertubuh besar.
'Bagaimana ini? Apakah kita bisa kabur?'
"Tenang saja, Aya. Akan kupastikan kita bisa selamat." Ia bergumam menjawab dengingan di kepala.
Menoleh, wajah sangar seolah ingin menghabisinya terlihat pertama kali. Menyembunyikan seringai kecil, ia kemudian melakukan gerakan parkour di sebuah dinding, yang ternyata membawanya ke bagian halaman rumah orang.
Sebuah lorong kecil ia dapati setelah berlari terus melewati halaman itu. Sayangnya, masalah yang lebih besar mendatangi dirinya.
Amayashi mengetatkan kaki, berusaha mengerem laju larinya kala mendapati sosok itu di ujung lorong. Perlahan, ia pun mundur begitu menyadari siapa itu.
'Itu salah satu targetmu kan? Iruma Jyuuto-san?'
Amayashi menganggukkan kepala mendengar suara Aya yang mempertanyakan identitas lelaki di depan mereka.
'Kau akan terus melewatinya atau bagaimana?'
"Tenang saja." Amayashi menepuk pundaknya sendiri, seolah menepuk raga orang lain. Setelah itu ia mengambil ancang-ancang, segera berlari ke sosok itu.
***
Melihat sosok berjaket yang ia incar menuju dirinya, Jyuuto tersenyum tipis. Tangan di belakang punggung sudah bersiap dengan hypnosis microphone-nya seandainya sosok itu nekat.
Tak salah jika ia sampai meminjam anak buah sang Leader untuk misi pribadinya ini. Ternyata, apa yang sudah ia susun berjalan dengan sempurna.
Sosok itu semakin mendekat. Jyuuto pun merentangkan tangan, memberi halangan, hingga Amayashi mendadak kaget. Sayangnya, ia gagal berhenti walau tahu ada Jyuuto di depannya.
Bugh
Alhasil, Amayashi menabrak lengan Jyuuto. Benturan yang lumayan kuat hingga lelaki berkacamata itu terkejut karena tak bisa menahannya. Berkait, keduanya pun terguling bersama ke arah lorong yang semakin dalam.
Konyol memang. Sayangnya semua itu terjadi dengan cepat. Amayashi hanya bisa menahan diri untuk tidak menutup mata ketika tubuhnya dililit dengan akhir ssebuah tembok menghentikan mereka.
"Hah ... Hah ..."
Pening. Dan itu adalah hal yang paling dibenci oleh Amayashi ataupun Aya. Tak ada sahutan dari dalam kepalanya. Sepertinya sosok utama itu terkapar di kedalaman sana.
Butuh dua detik untuknya sadar bahwa ia sekarang terhimpit. Jemarinya menahan dinding di depan sana. Sementara dari belakang, lengan Jyuuto terkait di leher dan perutnya.
Lumayan intim untuk dua orang lelaki.
"Kau mau lari ke mana, Orang aneh?"
"Sialan!"
Amayashi pun menyikut ulu hati Jyuuto kala pergerakan jemari lelaki itu akan turun ke dadanya. Akan bahaya jika sampai bagian itu teraba.
Merasa lilitan itu mengendor, Amayashi pun mengait lengan Jyuuto, lalu menolak kakinya ke dinding. Sehingga sekarang posisinya tergantikan oleh lelaki berkacamata itu.
Baru saja dia mengambil beberapa langkah untuk kabur, tubuhnya seketika terduduk karena gelombang suara menghantamnya dari belakang. Sempatkan diri menoleh, di sana Jyuuto sudah siap dengan hypnosis microphone-nya.
"Kau juga pemegangnya, kan? Mari kita selesaikan dengan cara lelaki." Penekanan diberikan di akhir kata. Membuat Amayashi berfirasat buruk.
'Darimana ia tahu semua itu?'
"Entahlah." Amayashi mendesis. Tangannya berpindah ke belakang, mencari bukaan tersembunyi di tasnya, lalu mengambil benda hitam panjang dari sana.
"Sudah kuduga." Dalam keremangan langit yang mulai menyenja, Amayashi dapat melihat lelaki itu menyeringai.
"Kuberikan satu kesempatan. Menyerahlah. Karena kau tidak akan bisa menang melawanku, Bocah."
Gelombang suara kembali menyerang. Pertanda milik lelaki itu siap digunakan. Membuat Amayashi segera mencari cara teraman untuk lolos tanpa terluka sedikit pun.
'Hei! Bukankah kau masih memiliki persediaan benda itu di tasmu?'
Netra cokelat keemasan itu melebar. Senyumnya membenarkan ucapan Aya dari kedalaman sana. Kembali jemarinya merogoh tas. Dan akhirnya ia menemukan benda itu.
Satu-satunya yang ia pikirkan saat itu adalah berlari. Ketika gengamannya sontak melempar beberapa benda bulat ke arah Jyuuto, dengan hasil berupa ledakan asap yang tebal.
***
"Uhuk...."
Jyuuto segera menghalau asap yang mengerumuninya. Membuatnya terbatuk kecil. Hal yang ia ingat sebelum itu adalah Amayashi yang melemparkan sesuatu kepadanya, sebelum pandangannya tertutup asap tebal.
Sebuah nada panggilan ia dengar kemudian. Saku terogoh, mengeluarkan ponsel hitam yang langsung ia tempelkan di telinga.
"Jyuuto, di mana posisimu? Samatoki dari tadi mencarimu."
"Tenang, Riou. Aku hanya pergi bermain sebentar. Aku akan segera kembali."
Sambungan ditutup. Begitu juga hypnosis microphone yang diletakkan kembali di tempat semula. Seraya membersihkan pakaiannya yang kotor karena terguling tadi, ia pun kembali mengingat sosok yang kini menghilang itu.
Well played, Baby.
*
1193 words
Day 17, end.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top