Day 14
Bodyswap
Hisazawa Mizuya & Yousuka Ainawa
*
Gelap.
Semuanya gelap. Sebelum akhirnya sebuah cahaya putih muncul dari dirinya. Melesat, kemudian menghilang. Tergantikan oleh cahaya biru yang justru menghantamnya.
Telak di bagian dada.
Ainawa seketika terbangun dari mimpi aneh tersebut. Napasnya memburu di saat pikirannya masih dibingungkan oleh sekelebat bayangan aneh itu.
Irinya menatap sekeliling. Membuat kebingungannya menjadi dua kali lipat. Sejak kapan ada pedang kayu di kamarnya? Sejak kapan ruangannya menjadi lebih manly dengan berbagai hiasan yang maskulin seperti ini?
Sekali lagi, ia menatap sekeliling guna memastikannya. Hingga sadar itu adalah kamar dari kouhai-nya, Mizuya.
Namun, bagaimana bisa ia tertidur di kamar yang empunya entah ada di mana?
Ainawa mencoba bangun. Niatnya hendak mencari Mizuya dan meminta penjelasan. Sayangnya, keadaan masih senang menjailinya.
"Mengapa kakiku jadi besar seperti ini?" Alis itu mengeryit melihat batangan kaki kekar di depan bawahnya. Jelas sekali itu bukan kaki dari tubuhnya yang kecil.
"Aa—"
Mulut yang nyaris berteriak itu terbungkam erat oleh tangan kekar. Butuh waktu beberapa saat untuk meyakinkan Ainawa agar melepas bekapan itu.
Namun ketika melihat lebih jelas ke sekujur dirinya, ia ingin memekik lagi. Ke mana perginya dadanya yang berisi itu?! Yang ada saat ini hanyalah dada bidang yang terbungkus kaos hitam.
Saking datarnya, Ainawa bisa melihat terus ke bawah. Tak terhalang apapun ketika matanya menangkap sesuatu yang mengganjal di daerah selangkangan. Sesuatu yang membuatnya memerah ketika tak sengaja malah memegangnya.
"Tidak!!"
Ainawa berteriak sekali lagi. Tak peduli akan fakta tubuhnya yang berat untuk digerakkan, ia pun bangkit dari kasur sewarna jelaga itu. Tepat ketika melewati cermin setengah badan di dekat pintu, ia tercekat tak percaya.
Bayang yang terpantul di benda mengkilap itu adalah Mizuya. Lengkap dengan raut kekagetan yang nyata.
***
Di satu sisi, napas Mizuya memburu. Demi apapun. Ia tidak pernah membayangkan akan menyentuh dada seorang perempuan yang anehnya sekarang tumbuh di dirinya. Apalagi rambutnya yang secara ajaib memanjang hingga pinggang, ia bertanya-tanya apa yang terjadi.
Iseng, ia melihat ke arah meja rias yang ia yakin sebelumnya tidak ada di kamarnya. Irisnya membola. Bukan lagi netra onyx keabuan yang ia dapati. Melainkan manik cokelat tua yang berubah redup ketika ia sadar akan sesuatu.
Wajah sang aneki yang ia hormati terpampang jelas di kaca.
Suara ketukan —tepatnya gedoran— di pintu kamar membuatnya semakin pias. Bagaimana bisa ia menemui orang lain dalam keadaan seperti ini?
"Mizuya-kun! Buka pintunya! Aku tahu kau ada di dalam!"
Kelopak itu bermain cepat, secepat otaknya yang memproses panggilan itu. Tubuhnya yang kali ini jauh lebih ringan bangkit dari kursi, lalu membuka pintu dengan hati-hati.
Yang ia dapati adalah dirinya yang sedang menarik napas sebanyak mungkin. Ia bisa melihat tubuhnya itu seperti bekerja sendiri.
"N-neesan?" cicitnya tak berani.
Di satu sisi, Ainawa juga tidak mempercayai apa yang ia lihat. Kini, tubuhnya itu berdiri di depannya dalam keadaan yang tak jauh beda. Bingung dan ketakutan melanda.
"Apa yang tengah terjadi?"
Keduanya terdiam. Memandangi tubuh masing-masing yang diisi oleh sukma lawan. Alhasil, Mizuya —yang sekarang berada di raga Ainawa— pun segera meminta tubuhnya itu untuk masuk ke dalam kamar si pemilik roh.
Sekali lagi, hening berkuasa. Hanya embusan napas yang kian memberat menjadi saksi mereka masih hidup. Mizuya pun mencoba membuka suara.
"Neesan, sepertinya ... tubuh kita tertukar karena suatu alasan." Oh, demi apapun, Mizuya merasa aneh mendengar kalimatnya yang disampaikan dalam nada lembut seperti itu.
"Aku juga yakin seperti itu." Ainawa menarik rambut milik Mizuya. Membuat yang empunya hanya tersenyum miris.
"Lalu? Bagaimana ini? Untung anak asrama yang lain sedang berkemah. Sehingga mereka tidak menemukan kita seperti ini." Suara berat itu mengalir lancar kala Ainawa mengungkapkan pendapat.
"Sebaiknya kita tetap beraktifitas seperti biasa seraya memikirkan jalan keluar," lanjutnya.
Mizuya mengangguk. Lantas ia tersadar akan suasana tubuh yang ia tempati. "N-neesan, kurasa aku harus mandi. Di sini ger—"
"Berani kau membuka bajuku, kupastikan nyawamu tidak bertahan lama, Mizuya-kun!"
Mizuya menatap tak percaya melihat betapa cocoknya raut wajahnya yang berpadu dengan sifat yandere Ainawa yang memang jarang keluar. Sayangnya itu tidak bertahan lama karena ia dipelototi terus oleh dirinya sendiri.
Sementara Ainawa sendiri sebenarnya tidak ingin mengatakan hal seperti itu. Sayang tingkah Mizuya yang mengibas-ngibas kain di depan dada montok itu membuatnya parno sendiri. Lupakan bahwa ia juga tak sengaja telah menyentuh 'aset' orang lain.
"Lalu bagaimana? Tidak mungkin kan aku terus memakai pakaianmu ini?" Mizuya menoleh ke bawah. Dipegangnya kaos sewarna langit itu, sebelum menoleh ke arah lain karena tidak sengaja melihat isinya.
Sungguh. Memang aneh rasanya bagi mereka melihat tubuh sendiri yang melakukan tindakan di luar kewajaran itu.
"Ya sudah. Kita saling menggantikan saja."
"Eh?!! A-apa maksudmu, Neesan?!"
"Tentu saja aku akan menggantikan baju pada tubuhku itu. Namun, kau harus menutup matamu hingga selesai. Dan kau juga harus melakukan hal yang sama pada tubuhmu ini."
Mizuya terlihat meragu dengan usulan Ainawa. Hingga akhirnya ia pun menyetujui itu.
"Kalau begitu, tubuhmu yang lebih dulu."
Ainawa mengangguk. Tangan besar yang ia kendalikan segera membongkar lemari. Mengeluarkan satu set pakaian dalam, baju lengan panjang, juga sebuah rok semata kaki yang ia letakkan di atas kasur.
"Sekarang, tutup matamu," perintah Ainawa. Mizuya menutup mata tubuh itu. Dapat ia rasakan ada kain yang melilit di sana.
"Wah, ternyata ini rasanya jadi tinggi," gumam Ainawa yang menyadari betapa kecilnya dirinya dibanding tubuh Mizuya yang notabene adalah yang terbesar di asrama.
Hal yang aneh kembali merayapi perasaan Ainawa. Untuk pertama kalinya, tubuhnya dijamah oleh orang luar. Apalagi ini lelaki. Membuatnya berhati-hati agar sampai tidak terkena kulit putih itu.
"Baiklah. Sudah selesai." Suara berat itu bernada riang. Puas melihat sosok di depannya sudah berganti rupa. Walau aslinya, ia masih tidak percaya akan semua ini.
"Mataku sekarang ternodai," lirih Mizuya seraya memegangi rok yang ia kenakan.
"Giliran tubuhmu, Mizuya-kun."
Keduanya berpindah tempat menuju kamar Mizuya. Dalam sekejap, Mizuya juga melakukan hal yang sama pada tubuhnya yang didiami oleh Ainawa. Demi apapun. Jangan sampai ada yang melihat mereka di posisi ini.
Seorang perempuan menggantikan baju lelaki muda? Yang benar saja!
"Hah ..." Desahan itu keluar singkat dari tubuh perempuan yang kini duduk di ranjang. Sementara lelaki di depannya memilih untuk berdiri.
"Mizuya-kun, jangan duduk seperti itu dengan tubuhku," ucap Ainawa. Mungkin dirinya risih melihat cara duduk tubuhnya yang agak lebar dengan rok itu.
"A-ah, maaf, Neesan." Buru-buru Mizuya merapatkan kaki itu. Sebelum akhirnya menyadari ada yang aneh dengan dirinya.
"Mizuya-kun!" Ainawa berteriak ketika melihat tubuhnya jatuh begitu saja ke atas kasur. Belum ia sempat mengecek, kepala milik Mizuya itu terasa memberat dengan sendiri. Ainawa mengerang, sebelum akhirnya ikut menjatuhkan diri ke atas kasur.
***
"Emh ..." Ainawa mengerjap kala kepalanya terasa berputar. Lagi, pemandangan kamar Mizuya yang ia lihat pertama kali. Lantas, ia menoleh begitu sebuah tangan halus terangkat.
Apakah aku sudah kembali ke tubuhku?
Berpikir demikian, Ainawa segera meraba-raba wajahnya sendiri. Pipi chubby dengan rambut hitam panjang di atasnya. Benar. Ini adalah wajahnya.
Ia akan bangun saat merasakan ada beban di tubuhnya. Semakin heran ketika ternyata ada tubuh yang menghimpit.
"EH?!" Ainawa berteriak ketika mata Mizuya menatapnya. Dan itu menular. Tentu saja karena mereka sadar akan posisi mereka; Mizuya yang menindih Ainawa.
Untuk ke sekian kalinya, kehebohan absurd terjadi di asrama yang terletak di pedalaman Yobushina Gakuen itu.
*
1185 words
Day 14, end.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top