Day 13
Eating Ice Cream
Nijimura Shuuzou x Yousuka Ainawa
© Tadatoshi Fujimaki
*
Priitt!
Lengkingan peluit itu membahana ke seluruh arah. Menjadi penanda bahwa latihan kali ini usai, bunyinya pun keluar sekali lagi. Menyuruh secara tersirat agar para penghuni lapangan segera menepi.
Karenanya, Ainawa dan Momoi pun segera bekerja. Membagikan jatah minuman kepada mereka satu persatu.
"Thanks."
Ainawa melengos begitu ucapan itu keluar dari bibir Shuuzou. Andaikata lelaki itu tidak menyeringai, mungkin Ainawa mau berbaik hati membalasnya singkat.
"Momoi-san! Aku sudah selesai membagikan minumannya." Ainawa segera berlari menuju Momoi yang berada di sebelah lapangan. Tak lupa ia mengangguk sedikit kepada pelatih Shirogane yang bersama gadis itu.
"Baiklah. Tugas kalian berdua sudah usai hari ini, Momoi-san, Yousuka-san. Sebagai gantinya, kalian boleh pulang duluan. Sisanya biarkan saya yang mengurusnya," ucap Shirogane seraya menepuk kepala kedua gadis itu.
"Hai! Arigatou gozaimasu, Kantoku!" Keduanya berujar serentak. Lalu meninggalkan pelatih dengan raut wajah bahagia. Pulang terlebih dahulu ketika latihan memang sebuah berkah tersendiri.
"Hei, kalian mau ke mana?" tanya Aomine yang melihat keduanya menenteng tas.
"Mau pulang," balas Ainawa pendek. Momoi pun tertawa kecil mendengarnya.
"Ahaha ... Maaf, Dai-chan. Yousu-chan hari ini agak aneh. Jadi kuharap kau memaklumi dia. Kami pulang karena pelatih yang mengizinkan. Sudah dulu ya. Jaa!"
Momoi segera menggamit lengan Ainawa yang tak protes. Lalu keduanya segera melewati para pemain yang menatap mereka dengan iri.
"Oke oke. Karena aku yang salah, hari ini aku traktir es krim ya?"
Lamat-lamat suara Momoi masih terdengar. Setidaknya bagi Shuuzou yang kebetulan berada di dekat pintu keluar.
Es krim ya?
***
"Kau mau yang stroberi atau cokelat? Atau rasa yang lainnya?" Momoi menunjuk deretan es krim di dalam freezer. Berharap Ainawa tertarik.
"Kau tak perlu melakukan hal seperti ini, Momoi-san."
"Iie! Aku sudah menumpahkan orange punch-mu tadi. Jadi, anggap saja ini sebagai gantinya."
Momoi mengambil dua buah es krim berbentuk cone dengan dua rasa yang berbeda. Yang vanila ia jaga sendiri, sementara lawannya diberikan kepada Ainawa.
"Kau masih jengkel karena yang tadi?" tanya Momoi ketika ia membayar kudapan itu.
"Sudah tidak. Aku ingat kalau aku masih punya persediaannya di rumah," ucap Ainawa. Ia pandangi cone berujung cokelat yang bertumpuk itu, lalu mulai memakannya.
Dari samping, Momoi tersenyum kecil karena melihat mood sahabatnya itu kembali baik. Hingga getaran di sakunya mengalihkan suasana.
Kalian ada di mana?
Senyum tipis terbentuk begitu saja begitu membaca pesan lengkap dengan pengirimnya. Sudah menjadi kebiasaan barunya untuk memberi tahu posisi jika gadis di sampingnya ada yang mencari.
Kami di tempat biasa. Jika Senpai mau datang, datang saja. Akan kutahan ia sampai kau ke sini.
Pesan itu terkirim. Tak butuh waktu lama, balasan yang mengiyakan pun datang. Membuat netra Sakura miliknya menyipit.
"Ada apa, Momoi-san? Apa kau mau dijemput oleh ayahmu?" Hanya itu yang bisa dipikirkan oleh Ainawa ketika Momoi memasukkan kembali ponselnya.
"Justru sebaliknya. Ayahku bilang ia akan telat menjemputku. Jadi, apa kau mau menemaniku di sini dulu?"
"Kau bisa meminta Aomine-kun untuk itu kan?"
"Ayolah, Yousu-chan. Aku sudah bilang kalau aku akan menunggunya di sini. Kalau menunggu Dai-chan, yang ada aku lumutan."
Momoi merajuk dan Ainawa menghela napas. Ia kali ini kalah lagi.
"Baiklah."
Sorakan kecil terdengar seiring dengan Momoi yang mengajaknya duduk di bangku terdekat. Ainawa menurut dan kembali memakan es krimnya dengan lambat.
"Eh? Ada apa? Es krimnya tidak enak?"
"Bukan begitu. Gigiku ternyata agak ngilu, sehingga aku harus lebih hati-hati memakannya."
"Gomen nasai karena aku membelikanmu itu! Harusnya tadi minuman saja."
"Sudahlah. Yang penting itu darimu."
Percakapan terhenti. Memberi ruang pada embusan angin untuk mengisi kekosongan itu. Keduanya terdiam, fokus pada milik masing-masing. Hingga deritan samar memecahkan keheningan.
Aku sudah ada di persimpangan.
Pesan itu terbaca oleh Momoi. Ia segera menoleh ke tempat yang tertera. Benar saja. Di sana ada sesosok tinggi dengan surai hitam yang tampaknya tengah menunggu sesuatu.
"Ah, Yousu-chan! Ayahku bilang ia sudah sampai di persimpangan terdekat. Aku ke sana dulu ya?"
"Hati-hati di jalan, Momoi-san!" Ainawa memberikan anggukan sekaligus lambaian kepada gadis dengan surai sepinggang yang menjauh itu. Lalu kembali ke kenyataan bahwa ia sudah sendiri.
Pemandangan khas sore hari yang menyenja membuatnya memilih diam sesaat. Namun, seketika ia sadar karena dua hal. Angin yang menggelitik mengingatkannya yang lupa membawa jaket.
Dan sebuah senyuman yang menghampiri netranya. Saat itu juga ia menolehkannya ke arah lain.
"Hei, apakah aku benar-benar buruk di matamu sehingga responmu seperti itu?" ucap Shuuzou kala melihat tanggapan Ainawa atas kedatangannya.
"Untuk apa kau ke sini?" Tanya berbalas tanya, Ainawa memilih untuk tetap melihat samping.
"Aku hanya kebetulan lewat."
Kebetulan direncanakan.
Ainawa mendengkus kesal. Entah mengapa perasaannya tiba-tiba berubah aneh dengan kehadiran kapten tim basket itu. Aneh, yang tidak ia tahu apakah harus menyukai atau membencinya.
"Yousuka, es krimmu meleleh lho."
Tersadar dari lamunan, Ainawa sedikit panik melihat tangannya yang dibanjuri cairan sewarna matanya itu. Bahkan ada yang sampai membentuk lukisan abstrak di roknya.
"Astaga—!" Pekikan itu datang terlambat. Dengan satu tangan, Ainawa segera membongkar tas punggungnya. Mencari sesuatu yang sekiranya bisa digunakan untuk menghapus jejak cairan yang sudah lengket di tangannya itu.
Demi menghindari kejatuhan lebih banyak lagi, tangan kanan Ainawa menjauh dari daerah rok. Tanpa sadar malah mendekati daerah yang lebih berbahaya; Shuuzou.
Grep
Napasnya tercekat begitu saja kala merasakan pergelangan tangan dilingkari genggaman. Lebih kaget lagi ketika yang melakukan itu balik menatapnya tajam; seolah tak menerima adanya bantahan.
Rasa aneh seperti kejutan listrik yang menggelitik dirasakannya begitu lidah Shuuzou keluar, lalu menjilati lelehan es krim sekaligus kulitnya di bawah sana. Apalagi gerakannya begitu halus dan lambat, tak ada rasa jijik sekalipun.
Yang Ainawa inginkan adalah menarik tangannya secepat mungkin. Sayang otaknya menolak permintaan kali ini. Tangannya seolah kaku begitu otot tak bertulang itu benar-benar lihai membersihkan kulitnya. Menimbulkan efek remang yang tak bisa ia hindari.
Jilatan lidah itu kemudian kembali ke atas. Tepatnya pada es krim yang sebagian besar sudah dimakan oleh Ainawa. Tanpa permisi, sisa es krim itu kembali kehilangan diri dalam kapasitas besar.
Tak ada komentar dari gadis dengan kacamata itu. Apa yang dirasakan dari buah perbuatan lelaki itu sudah membuat suaranya nyaris tertelan semua.
Hingga Shuuzou merogoh saku celananya, mengeluarkan tisu kemasan, dan membersihkan tangan Ainawa untuk kedua kalinya. Di saat itulah kesadarannya kembali.
"Untuk apa kau melakukan hal memalukan tadi jika kau punya tisu, Baka-senpai?!" ucap Ainawa sebisa mungkin menahan kekesalannya.
Shuuzou hanya tersenyum kecil, lalu berkata, "memangnya mengapa? Toh kau juga tidak protes selama aku melakukannya kan?"
"Na-namun—"
"Namun apa? Ah. Apa aku melakukannya di tempat yang salah? Seharusnya aku melakukannya di bagian ini kan?" Shuuzou menunjuk bilah bibirnya yang menyeringai. Sukses membuat Ainawa menjadi merah padam.
"Kau gila!"
"Aku tidak gila. Lagipula, kita secara tidak sengaja juga sudah melakukannya."
Netra onyx itu menunjuk pada cone es krim yang sudah terlihat bagian dalamnya karena bagian atas sudah nyaris habis. Mengetahui maksud Shuuzou, Ainawa benar-benar merasa malu.
"Kau gila!"
Mengulangi kalimat yang sama, Ainawa langsung mengambil semua tisu di tangan Shuuzou, lalu menyapukannya secara kasar di bibir pemuda itu.
"Kalau kau mau membersihkan sisa es krim di bibirku, setidaknya lakukan dengan lembut, Nona Wakil Manajer," celetuk Shuuzou setelah melihat noda cokelat pada tisu di jemari Ainawa. Ia tersenyum lagi.
"Si-siapa juga mau melakukan hal bodoh seperti itu?!"
"Kau sudah melakukannya lho."
Shuuzou segera menutup mata begitu gumpalan tisu dilempar ke mukanya. Ia pun terkekeh kecil karena berhasil menjaili gadis yang pergi darinya itu untuk ke sekian kalinya.
"Tunggu aku!"
Shuuzou menyusul. Walau untuk itu ia harus kembali mendengar omelan Ainawa.
*
1240 words
Day 13, end
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top