Day 11
Pocky Game
Nijimura Aisozou x Midorima Shinka
© Tadatoshi Fujimaki
*
Suara kriuk kecil terdengar samar dari sosok seorang gadis yang tengah santai memainkan ponselnya di lingkungan sekolah. Saat ini istirahat, setidaknya ia tidak melanggar aturan.
Surai sewarna daun itu bergerak dipermainkan angin. Mencoba menggeletiki pemilik sendiri, sekaligus memberikan kode bahwa ada yang tengah mengamatinya.
Itu berhasil. Di saat gadis itu memberikan waktu untuk merapikan helaian rambutnya, ia melihat sosok tinggi yang berjalan tegap. Posisi mereka nyaris berdekatan karena lelaki itu ternyata menghampirinya.
"Aisou?" sapanya ramah.
"Sudah berapa kali kubilang? Namaku Aisozou. Bukan Aisou, Nona Midorima Shinka."
Helaan napas bersambut senyum mengiringi mereka berdua. Lelaki bernama Aisozou itu pun mengambil tempat di samping Shinka, lalu ikut-ikutan mengeluarkan ponselnya.
"H-hei, a-apa yang kau lakukan, Moncong Elang?!" Shinka berseru panik saat bahunya memberat sebelah. Tentu saja karena Aisozou yang meletakan kepalanya di sana.
"Jangan bergerak, Lumut Kerak. Aku pinjam bahumu sebentar. Kepalaku pusing," imbuh Aisozou tak peduli. Matanya terfokus pada layar ponsel. Di mana visualisasi suasana perang terlihat. Tak butuh waktu lama untuk membuatnya larut dalam permainan online itu.
"By the way, kau sedang apa di sini, Shinka?" Aisozou menyeletukkan kata setelah merasa hampa mengisi di antara mereka.
"Hanya menenangkan diri. Setidaknya sampai kau datang dan mengacaukan segalanya, Baka." Shinka memberikan atensi pada ponsel miliknya juga. Tak menyadari Aisozou yang meliriknya dari samping.
"Oh ya? Jadi, apa sebaiknya aku pergi saja?"
"Pergi saja. Namun, jika kau pergi, kau berutang kepadaku karena telah membuat bahuku pegal begini."
"Hee ... Tsundere as always, huh?"
"Tidak ada yang tsundere di sini, Moncong Elang."
"Itu jelas dirimu, Lumut Kerak."
Nijimura Aisozou berusaha mati-matian menahan tawa melihat dirinya menjaili gadis dingin seperti seorang Midorima Shinka. Dan anehnya, gadis itu mau saja meladeninya.
Shinka pun demikian. Berusaha mengabaikan ejekan Aisozou, ia terfokus pada percakapan yang terjadi di grup ponselnya.
Haizaki Keiko
Jadi bagaimana? Kumpul sekarang?
Akashi Reisa
Aku masih ada latihan piano.
Kuroko Tetsuna
Aku bersama Shuuna-san masih harus mengerjakan piket kelas.
Midorima Shinka
Ya sudah. Intinya aku sekarang berada di depan markas.
Kise Ryuusei
Bersama Si Pendek itu eh?
Sontak Shinka segera mengedarkan pandang ke sekeliling. Guna mencari keberadaan Ryuusei di saat dirinya yakin hanya mereka berdua yang di sana.
Midorima Shinka
Darimana kau tahu?
Momoi Sagi
Aisozou sendiri yang bilang kalau ia tengah mencarimu.
Kise Ryuusei
@Nijimura Shuuna Kakak pendekmu itu ternyata gerak cepat juga ya?
Nijimura Shuuna
Aku tidak mengurusi Ai-nii kali ini.
Haizaki Keiko
Kau kejam sekali, Shuuna.
Setelah itu, balasan dari teman-temannya kian ramai. Membuatnya kelabakan sendiri menjawab pesan-pesan itu.
"Jangan dibalas kalau merepotkanmu seperti itu."
Shinka menoleh. Ia mendapati Aisozou yang memandang ponselnya dengan raut datar.
"Sejak kapan kau mengintip seperti itu?!"
"Siapa suruh suara notifikasinya ribut sekali? Untung aku tidak kalah di game-ku karena kehilangan konsentrasi akibat suara ponselmu."
Shinka mendengkus kesal mendengar pertanyaannya dibalas demikian mudah. Tak peduli, ia pun fokus ke grup pesan kembali.
Akashi Reisa
Shinka, bisa kau bilang posisimu ada di mana?
Midorima Shinka
Aku di depan markas, Rei.
Haizaki Keiko
Masih bersama Aisozou ya?
Kise Ryuusei
Tentu saja. Ya kan, Shinka?
Midorima Shinka
Diam kalian berdua!
Aisozou terkikik sendiri membaca balasan Shinka. "Padahal kau bisa menjawabnya dengan "ya" saja. Nyatanya kau malah merepotkan diri seperti itu," ucapnya geli.
"Terserah aku lah! Itu bukan urusanmu!"
Aisozou mengendikkan bahu di saat dirinya melihat ada suatu bungkusan kecil di pangkuan Shinka. Sontak ia pun mengambilnya.
"Hei! Pocky-ku!" seru Shinka kaget. Terlebih Aisozou mengeluarkan isinya. Sekotak Pocky berukuran sedang dengan rasa cokelat.
"Kau punya makanan, tapi tidak pernah menawariku? Kau tuan rumah yang buruk ternyata." Aisozou membuka kotak tersebut dan mengambil sebuah isinya.
"Aku tidak perlu melakukannya untuk orang menjengkelkan sepertimu. Dan jangan memakan snack orang seenaknya!" Shinka semakin jengkel melihat Aisozou dengan wajah tanpa dosa malah berniat menghabisi jajanan tersebut.
Suara dering setidaknya membuatnya beralih menuju ponselnya. Di mana sebuah panggilan video call masuk. Ia pun menerimanya. Memberikan akses kepada wajah Ryuusei, Keiko, Reisa, dan Tetsuna masuk ke layarnya.
"Kau benar-benar bersama Aisozou-kun ya." Tetsuna tersenyum tipis. Di belakangnya, terlihat Shuuna yang memintanya untuk menghapus papan tulis.
"Shuuna-san, kau bergabunglah dengan kami!" Selanjutnya, wajah Shuuna terlihat di samping Tetsuna.
"Jadi, apa maksud kalian membuat hal seperti ini?" Shinka menatap heran, terlebih melihat Ryuusei dan Sagi yang memberikan tatapan aneh.
"Hoy! Pendek!"
Yang terlibat di video call itu sontak menutup mata, kaget mendengar Ryuusei yang tiba-tiba berteriak seperti itu. Sementara yang dimaksud pun menoleh, kesal.
"Ternyata kau, Pirang!" balas Aisozou ketika menatap ponsel Shinka yang menampilkan wajah Ryuusei yang menyeringai.
"Apa kalian tidak bisa akur sebentar, hm?"
Celetukan Reisa membuat semuanya terdiam. Apalagi gadis itu mengeluarkan aura kuasa yang menguar begitu saja. Kuasa mutlak keturunan Akashi.
"Eh? Itu yang Ai-nii pegang Pocky?" Suara Shuuna terdengar samar.
"Tepatnya Pocky milikku. Ia seenaknya saja mengambilnya," jawab Shinka.
"Namun, kau tetap membiarkanku memakannya."
"Itu karena kau yang terlalu keras kepala! Padahal aku sudah memperingatkanmu!" Tangan kiri Shinka meninju bahu Aisozou. Membuat lelaki itu meringis di sela-sela gigitannya.
"Pocky ya? Mengapa kalian tidak main Pocky Game saja?" ujar Reisa. Sontak semuanya terkejut karena tidak menyangka sang Empress mengeluarkan ajakan seperti itu.
"Itu benar! Apalagi sekarang kan tanggal sebelas November. It's the Pocky Day!" sambung Sagi.
Netra zamrud itu melebar. Wajahnya terasa hangat ketika dirinya secara tak sengaja malah membayangkan permainan itu ia lakukan. Bersama Aisozou.
"Pocky Game ya? It's okay." Aisozou menarik batangan biskuit bersalut cokelat itu dari tempatnya, mengigitnya, lalu menepuk bahu Shinka.
"A-apa yang kau lakukan?!" Shinka merona melihat Aisozou yang menatapnya tajam. Sementara bibirnya menyodorkan sisi lain biskuit itu untuk digigit.
Sorakan ramai terdengar dari layar persegi empat. Aisozou menoleh ke sana, menatap tak suka pada isinya, lantas merebut ponsel itu. Shinka tak mampu bereaksi cepat saat lelaki itu mematikan benda itu dan mengantonginya.
"Do it!" desis Aisozou masih dengan posisi yang sama. Melihat Shinka yang blushing seraya menjauhkan diri dari lelaki itu, ia refleks menarik bahu Shinka mendekat.
"E-eeh?!!" Shinka memekik kecil ketika wajahnya dipaksa berhadapan dengan Aisozou. Karena itu pula mulutnya terbuka dengan akhir mengigiti bagian Pocky yang bersalut cokelat.
Aisozou tersenyum tipis melihat Shinka yang berusaha melengos. Tangan besarnya segera menangkup wajah itu agar tidak bergerak. Lantas ia mulai memakan biskuit itu, membuat wajahnya sedikit demi sedikit mendekati wajah Shinka.
Sementara gadis itu sendiri membeku. Ia tidak bisa mengalihkan tatapannya dari raut serius di depannya. Ia tak yakin warna wajahnya masih sama dengan semula. Sudah pasti semerah tomat.
Shinka segera memaksa matanya menutup dengan jantung yang berdegup kencang, kala tinggal satu gigitan lagi maka bibir mereka akan bertemu. Suara gigitan itu terdengar kencang, dengan akhir sebuah sapuan sekilas menyentuh kulit di belahan itu.
"Mengapa kau menutup matamu?"
Shinka membuka matanya dan melihat Aisozou yang duduk dengan posisi semula. Ia secara otomatis menelan sisa biskuit itu ketika lelaki bermarga Nijimura itu menatapnya tajam.
"I-itu ka-karena ...."
"Kau mengiraku akan melakukan hal yang aneh padamu? Tenang saja. Aku masih cukup waras untuk menghindari amukan Shuntarou-senpai."
"..."
"Atau kau malah mengharapkanku menciummu tadi ya?" Seringai Aisozou terbit tanpa bisa dicegah.
"Kono hentai!!" Teriakan Shinka pun mengiringi tubuhnya yang bangkit dan berlari dengan wajah yang sudah memerah. Meninggalkan Aisozou dengan tawa yang berderai di belakang sana.
***
Beberapa saat sebelumnya ...
Ckrek!
Suara jepretan ponsel terdengar dari semak-semak yang tak jauh dari posisi sepasang insan itu. Berasal dari sosok bersurai pirang dan gradasi yang terkikik kecil ketika melihat hasilnya.
Sebuah foto dimana Aisozou yang nyaris mencium Shinka.
*
1235 words
Day 11, end.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top