05. Unbelieveable

DISCLAIMER TADATOSHI FUJIMAKI

(Karakter lelaki hanya milik Tadatoshi Fujimaki. Untuk OC, kembali kepada pemilik nama masing-masing. Dan alur cerita, sepenuhnya milik saya.)

Warning : Ini hanyalah sebuah fanfiction gaje, kemungkinan (semuanya) OOC, typo bertebaran, bahasa planet, dan merupakan sebuah 'permainan'. Dan, arigatou gozaimasu untuk para sukarelawan yang bersedia menjadi OC di fanfict ini.

.

.

.

Sebelum Purnama hendak mencapai tujuan, Siang sudah memberikan jaminan pada sang Surya akan kemenangan. Membuat sang Surya sudah semakin siap dengan pedang di tangan.

Huh. Ini sebenarnya melelahkan untuk pemula. Surya dan Purnama. Tak ada beda jauh di antara mereka. Karena mereka sama. Sama-sama budak dari keegoisan semata.

.

.

Semuanya terdiam. Menunggu Seizouru untuk mengeluarkan suara. Dan karena tatapan heran dari kedelapan remaja di depannya, akhirnya wanita itu berdehem sebentar. Lalu menyunggingkan senyumnya.

"Sebelum aku memberitahukan kalian, bagaimana jika kita mengundang kedua orang itu terlebih dahulu?" ucapnya sedikit tajam.

"Bagaimana caranya, nanodayo? Bukannya aku ingin tahu. Tapi, bukankah Akashi sudah bilang kalau Haizaki dan Nijimura-senpai ada di tempat yang jauh, nanodayo?" ucap Midorima. Tangannya bergerak menaikkan kacamatanya.

"Selain tsundere, ternyata kau masih saja sedikit telat dalam menganalisa, Shintarou," timpal Seizouru. Sudut bibirnya naik sebelah. Membuat Midorima yang semula berani menatapnya memalingkan muka.

Ia kemudian mengambil ponselnya yang menyala. Ada panggilan masuk.

"Masuk saja, Hakanatsu ..." Seizouru mematikan sambungan. Kemudian menatap pintu masuk. Otomatis semua mengikutinya.

Pintu terkuak lebar. Kemudian menampilkan seorang lelaki paruh baya yang membawa sebuah tas besar. Ia masuk bersama seorang pemuda yang terlihat badass. Sontak semuanya terkaget.

"Shougo-kun?" ucap Kise mewakili semuanya. Di sana, Haizaki tersenyum canggung. Tak terbiasa dengan segala apa yang ia lihat saat ini.

"Ba-bagaimana mungkin?" tanya Momoi tak percaya. Seizouru kemudian mempersilahkan Haizaki untuk duduk di dekatnya.

"Aku sudah menduga kalau Seijuurou tidak akan memanggil Shougo dan Shuuzou. Jadi aku berinisiatif untuk menyuruh Hakanatsu memanggil Shougo. Dan untuk Shuuzou ..." Seizouru melirik lelaki bernama lengkap Akeri Hakanatsu itu. Memerintahnya untuk membuka tas besar yang ia bawa dari tadi.

Akeri kemudian membukanya dan menampilkan sebuah laptop berukuran sedang. Dengan cepat, Akeri mengoperasikan benda tersebut. Kemudian ia pun membalikkan laptop tersebut ke hadapan semuanya. Sebuah video call via webcam.

"Hello, Shuuzou ..." sapa Seizouru begitu wajah Nijimura terlihat di sana. Lelaki itu pun mengangguk dalam visual.

"Baiklah. Karena semuanya sudah berkumpul, kita mulai saja..." ucap wanita seraya membuka sebuah map tebal yang tadi sempat diangsurkan oleh Akeri.

"Tunggu dulu! Mengapa kau seenaknya memerintahkan kami? Dan juga, mengapa Haizaki dan Nijimura-senpai sepertinya mengenal dirimu, huh?" ucap Aomine. Mata birunya menantang manic hazel di depannya itu.

"Gaya bicaramu sama sekali tidak berubah, Daiki. Tetap tak bertata krama seperti yang dulu." Seizouru merendahkan Aomine dengan matanya. Sontak semuanya kaget melihat hal itu.

"Baiklah. Kan kujawab pertanyaanmu semuanya. Kebetulan pelatih basket SMA Fukuda Shogo itu adalah anak buahku. Jadi, aku sesekali menyambangi mereka ketika latihan. Dan tentu saja aku sudah mengenal Shougo dengan baik. Lalu Shuuzou, ah... kebetulan aku punya urusan pribadi dengan keluarganya. Benarkan, Shuuzou?"

"Itu benar, Shiiya-sama." Di layar laptop, Nijimura terlihat sedikit menundukkan kepalanya. Menunjukkan kalau hubungan mereka lebih dari itu. Seizouru tersenyum sebentar. Kemudian ia menatap kesepuluh remaja dengan raut yang tak bisa diartikan.

"Huh ... Seperti yang sudah kuduga. Kalau metode yang digunakan Kugori terbukti ampuh. Buktinya, sampai sekarang kalian masih belum ingat semuanya kan?"

Semua memasang tampang bingung. Benar-benar tidak mengerti dengan apa yang Seizouru ucapkan. Terlebih ketika cahaya matanya berubah sendu karena mengucapkan hal itu.

"Lupakan hal itu. Itu belum waktunya dibahas. Dan ah, permisi ..." Seizouru bangkit begitu setetes air matanya menitik di atas blazer yang ia gunakan. Dan ia pun segera menghilang bersama Akeri.

Semuanya saling berpadangan. Tentu saja heran atas perilaku Seizouru yang aneh tersebut. Sebelumnya, aura hitam menguar dari sekelilingnya. Dan sekarang? Ia tak ubahnya wanita yang baru saja menonton drama picisan ala remaja.

"Akashi, bibimu itu aneh sekali. Belum pernah kutemui orang seperti dia," ucap Haizaki memecah keheningan. Semuanya sontak memandang Akashi. Yang ditatap hanya bisa mendesah pasrah.

"Aku pun tak tahu kronologis sebenarnya. Semenjak kematian ibuku, ia pindah ke Amerika sampai saat ini. Kudengar dari Otou-sama, dia sempat mengalami tekanan karena kematian Okaa-sama. Dan yang kutahu, Okaa-sama adalah satu-satunya saudara yang Shiiya-basama miliki." Akashi menatap satu persatu wajah di depannya. Mencoba menjelaskan sesuatu yang bahkan tak ia fahami sebelumnya.

"Jika menyangkut hal itu, aku mengerti. Tapi bukankah ucapannya itu berkaitan dengan kita semua? Lalu, mengapa ia menangis hanya karena sekumpulan remaja yang bahkan tak mengenalinya?" Kali ini, Nijimura yang menyahut. Semuanya diam. Mencoba menerjemahkan bahasa yang digunakan oleh Seizouru.

"Dia bilang kalau sampai sekarang kita belum mengingat semuanya, nanodayo. Apakah itu berarti kita pernah bertemu atau kenal dengannya sebelum ini, nanodayo?" Midorima menaikkan kacamatanya. Masih mencoba menganalisa semua yang terjadi.

"Aku setuju dengan Midorimacchi-ssu! Mungkin kita pernah memiliki hubungan dengannya di masa dulu. Tapi kita tidak ingat sama sekali-ssu..." seraya berkata seperti itu, Kise mencomot sebuah permen yang ada di dalam toples di pangkuan Murasakibara. Membuat si Enggrang segera mengambilnya dengan paksa.

"Mou Kise-chin! Itu permen milikku!" ucap Murasakibara. Tangannya yang seperti galah itu segera menyodok Kise yang mencoba tuk berkelit. Membuat Kuroko dan Midorima yang berada di sekitar mereka tanggap tuk menghindar.

"Apakah yang dimaksud Ki-chan itu adalah reinkarnasi?" satu-satunya perempuan saat itu bersuara. Membuat seluruh mata memandang ke arahnya.

"Satsuki, cukup kemampuan masakmu saja yang di bawah batas normal perkiraan manusia. Jangan pikiranmu juga. Kau tahu? Ini bukan acara ramal atau apapun sesuatu yang berbau khayal seperti pikiranmu itu." Aomine segera mendelik kepada Momoi. Membuat gadis itu sedikit tersentak.

"Go-gomen nasai ..."

"Daiki, tak bisakah kau melembutkan bicaramu itu? Kau membuat Satsuki menangis." Kali ini, giliran Akashi yang men-deathglare pemuda tan itu. Kemudian ia menatap ke arah Kuroko yang sibuk menenangkan Momoi.

"Dan yang jadi pertanyaanku juga. Siapa Kugori yang dimaksud oleh Seizouru-san tadi?"

Semua kembali terdiam mendengar pertanyaan Kuroko yang memang luput dari pendengaran mereka tadi.

"Baiklah. Menurutku, Shiiya-basama dan seseorang bernama Kugori itu memiliki suatu hubungan di masa lalu. Demikian juga dengan kita. Tapi kita lupa akan hal itu. Dan tadi, beliau menyebutkan metode. Sedangkan metode sering berkaitan dengan suatu penelitian bukan? Kita anggap saja begitu."

Akashi terdiam sebentar. Kemudian melanjutkan argumennya. "Tadi ia mengatakan "kalau metode yang digunakan Kugori terbukti ampuh. Buktinya, sampai sekarang kalian masih belum ingat semuanya kan?". Kurasa metode yang dimaksud di sini memang penelitian ..." lagi, Akashi menahan napas. Semuanya menunggu.

"... dengan kita semua sebagai kelinci percobaannya."

Semuanya tercekat. Bahkan Momoi sampai menutup mulutnya yang ternganga mendengar hipotesa seorang Akashi itu. Semuanya berpikir di balik keterkejutan mereka saat ini. Tak seberapa lama kemudian, mereka pun mengangguk. Membenarkan alasan yang lumayan logis itu.

"Analisamu hampir mendekati benar, Seijuurou."

Semuanya sontak menoleh ke arah datangnya Seizouru. Kali ini penampilannya berbeda. Blazer yang ia gunakan sebelumnya tergantikan oleh tunik kelas atas. Rambutnya pun berubah. Yang semula digelung ketat, kini digerai bebas. Momoi sampai berdecak kagum melihat penampilan yang cepat berubah itu.

"Namun aku tidak akan menjelaskan atau memberitahu apapun tentang itu. Biarkan saja waktu atau si Sialan itu yang akan menjawabnya. Daripada mengurusi hal tersebut, ada hal lain yang lebih penting lagi." Seizouru membuka map yang semula hendak ia buka sebelum dirinya menangis itu.

"Kalian harus menjawab jujur. Dalam sebulan terakhir ini, apakah ada ... oh salah. Maksudku, kuyakin dalam kurun waktu sebulan ini, kalian semua memiliki teman baru kan?" senyum miring Seizouru membuat semua sedikit tersentak. Darimana ia mengetahui hal itu?

"Kalian semua memiliki seorang teman baru di kelas kalian masing-masing. Kecuali di kelas 2-D SMA Seirin dan 2-2 Touou Gakuen yang mendapat dua siswi baru. Lalu, seorang penghuni apartemen baru di New York. Tidak salah kan?"

"Da-darimana kau mengetahui itu semua?" Kagami mengangkat suara. Yang lain pun menyuarakan hal yang sama melalui mata dan anggukan.

"Aku sudah menduga hal itu. Lagipula, informasi dari para stalker handalku tak bisa dianggap main-main. Jadi, bersyukurlah. Aku akan memberitahukan tentang mereka kepada kalian. Sebelumnya, aku akan mencocokkan data yang kudapat dengan pengakuan kalian. Kuharap, kalian mau membantu." Anehnya, mereka bersepuluh mengiyakan apa yang diperintahkan Seizouru kepada mereka.

"Yuuki Arisa. Kelas 2-A SMA Rakuzan. Seorang putri cocok dengan pangeran bukan?" Akashi mengernyit sebentar. Tapi tak lama kemudian mengangguk kala tatapan Seizouru terarah padanya.

"Lalu di kelas 2-1 SMA Shuutoku, Asakura Haruka." Seizouru menatap si Megane yang hanya berdehem menanggapinya. "Oh ya, Shintarou. Haruka itu tipemu lho. Dia setahun lebih tua daripada dirimu." Seizouru terkekeh kecil melihat wajah Midorima yang sedikit blushing.

"Atsushi, dandere sepertimu sepertinya akan menyenangkan bagi yandere sekelas Hoshitsuki Icha." Seizouru hanya mendesah kecil kala ucapannya ditanggapi tidak serius oleh Murasakibara yang telah membinasakan seluruh penduduk toples permen di pangkuannya.

"Ryouta, sebaiknya kau mulai mengatur suara cemprengmu itu. Seorang Akio Karaniya tidak menyukai kebisingan. Jika kau melakukannya, mungkin kau akan dijadikan makanan bulldog olehnya." Ucapan yang benar-benar sadis itu kontan membuat Kise menelan ludahnya sendiri. "K-kan kucoba-ssu ..." cicitnya.

"Di Seirin dan Touou Gakuen ada dua orang bukan? Tapi, aku sudah bisa menerka pasangannya. Aku rasa orang sekalem Kuruka Akari akan mudah memasuki duniamu, Tetsuya." Seizouru lagi-lagi berdecih kecil kala menyadari bahwa ia sedang berbicara dengan tembok.

"Satsuki, apakah kau bisa menjaga dirimu? Yuka Yoshioka adalah tipe perempuan yang lembut dalam melancarkan misinya. Dan kau, kurasa akan mudah termakan," ucap Seizouru dengan sedikit sinis. Dan itu ditanggapi oleh Momoi dengan mencebikkan bibirnya.

"Lalu Daiki. Hum, kau menemukan partner yang menarik rupanya. Fukuda Mika ini sama-sama mesum seperti dirimu. Mungkin kau bisa meminjam majalah Mai-chan padanya suatu hari nanti." Aomine hanya cengengesan melihat Seizouru yang menggelengkan kepala.

"Dan Taiga, kau harus rajin belajar. Naimiya Hanaru yang notabene adalah manipulative yandere tentu akan cepat merasa bosan jika memiliki target yang bahkan tidak mengetahui tentang planaria sepertimu." Seizouru hanya tersenyum simpul melihat Kuroko dan Aomine yang diam-diam menahan tawa karena Kagami di-skak mat telak oleh dirinya.

"Shougo, kurasa akhirnya pukulanmu itu akan menemukan lawan yang sebanding. Pukulan dari Narahashi Akemi sebaiknya kau hindari demi keselamatanmu sendiri." Dari lirikannya, Seizoru tahu kalau Haizaki tengah menyeringai licik.

"Dan yang terakhir, kau harus mewaspadai pergerakan Yousuka Ainawa, Shuuzou. Walau dia terlihat seperti tsundere yang menarik tuk digoda, kau jangan lengah. Atau dia akan menembakmu tepat di kepala." Nijimura tersentak sebentar atas informasi tersebut. Kemudian mengangguk hormat pada Seizouru.

"Darimana kau mengetahui semua ini, Shiiya-basama? Bahkan kau sangat yakin jika semua ucapanmu adalah benar." Akashi akhirnya bersuara setelah dirinya yakin Seizouru tidak akan mengeluarkan informasi lain yang akan mengejutkan mereka lagi.

Seizouru pun hanya tersenyum simpul mendengarnya. Senyum yang terlalu misterius untuk kesepuluh remaja di depannya.

*****

Suara mobil yang menjauh pun menderu nyaring di telinga yang mendengarnya. Malam itu juga, Seizouru memutuskan untuk balik ke Amerika setelah sorenya sukses membuat Kiseki no Sedai terkejut habis-habisan. Namun Seizouru kembali meyakinkan. Itu hanya sebagian kecil dari apa yang belum mereka ketahui tentang Straight.

Para Kiseki no Sedai pun diminta oleh Akashi untuk menginap semalam di rumahnya. Dan kedelapan orang itu pun mengangguk. Kemudian mereka pun masuk ke dalam. Tepat di ruang tamu, mereka dihadang oleh Masaomi.

"Apa yang telah Shiiya-neesama beritahukan kepada kalian? Terutama kau, Seijuurou." Masaomi memasang gaya angkuh khas Tuan Besar miliknya. Kedelapan orang itu terdiam ketakutan. Hanya Akashi yang menatap bosan pada lelaki tua di depannya.

"Hanya tentang teman-teman baru kami yang entah bagaimana diketahui dengan lengkap oleh Shiiya-basama. Selebihnya, tidak ada," jawab Akashi dingin. Masaomi hanya tersenyum kecut mendengar hal itu.

Akashi kemudian kembali memimpin rombongan kecil itu kala ia teringat sesuatu. Sontak ia menghentikan langkah. Diikuti oleh kawan-kawannya.

"Otou-sama ... apa kau mengetahui hubungan Shiiya-basama dengan lelaki bernama Kugori?" tanya Akashi. Manik heterochrome miliknya tetap terpasang dingin.

Wajah Masaomi yang terkejut akan hal itu semakin menimbulkan kecurigaan di benak remaja itu. Sampai akhirnya ia kemudian berbalik. Menaiki tangga dengan perasaan yang tercampur aduk. Akashi dan kawan-kawan masih menunggu.

"Dia adalah suami dari Shiiya-neesama. Sekaligus paman dari kalian semua ..." lirihannya bergaung di dalam ruangan luas itu.

Para pelangi berwujud manusia itu pun sontak terkejut. Kembali dihadapkan pada fakta abu-abu yang membuat pikiran mereka mengkerut lagi.

Paman kalian?!

.

.

.

Lupakan Purnama dan Surya. Juga Malam dan Siang yang merupakan induk semang mereka. Karena ada sesuatu yang lebih menarik tuk dibaca. Sekumpulan awan kosmik pekat di balik kerumunan bintang berkedok penonton setia.

Adakah yang pernah meneliti, apakah ada gempa di alam semesta ini? Jika tidak, sepertinya harus dimulai. Karena alam semesta kan terguncang oleh pertemuan yang harusnya tak tercatat dalam sejarah manapun. Setidaknya sampai saat ini.

.

.

.

Huft... Hontou sumimasen atas keterlambatan Author dalam meng-update part baru dari Flutterby. Gomen nasai //bungkuk 90 derajat.

Etto ... Sepertinya chapter kali ini sedikit absurd. Jadi, sekali lagi maafkan Author karena sudah telat, kualitas ceritanya juga menurun. Soalnya, Author lagi persiapan hibernasi ke fase Reader. Anggap saja itu sebagai masa di mana sisi masochist Author benar-benar keluar. Jadinya, mager di semua aspek. Termasuk dalam hal menulis.

OK. See you next part!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top