04. Meet And Greet
DISCLAIMER TADATOSHI FUJIMAKI
(Karakter lelaki hanya milik Tadatoshi Fujimaki. Untuk OC, kembali kepada pemilik nama masing-masing. Dan alur cerita, sepenuhnya milik saya.)
Warning : Ini hanyalah sebuah fanfiction gaje, kemungkinan (semuanya) OOC, typo bertebaran, bahasa planet, dan merupakan sebuah 'permainan'. Dan, arigatou gozaimasu untuk para sukarelawan yang bersedia menjadi OC di fanfict ini.
.
.
.
Purnama mengira tidak akan ada yang mengetahui kepergiannya di bawah pengawasan sang Malam. Hingga ia mulai menapak. Mulai mendekati peraduan Surya yang Mahaluas.
Ia lupa. Ada meteor yang sedang menjaganya. Menjelma menjadi komet dan mengawasinya dibalik gemerlap rambut panjangnya. Karena semua tahu. Komet adalah sekutu sang Surya. Partner yang mudah untuk diajak bekerja sama
.
.
Sebulan setelah itu...
Kyoto. 08:15
Suasana yang cukup cerah untuk mengambil istirahat dari rasa penat. Namun sayangnya, seorang Akashi Seijuurou terlalu terhormat untuk mengambil kesempatan itu. Tanpa memedulikan tubuhnya, ia kembali bekerja. Mengutak-atik file lalu diterbangkan menuju ayahnya yang sedang berada di Tokyo akhir-akhir ini.
Namun bukannya berkonsentrasi akan hal itu, galaksi pikiran Akashi justru terpusat pada kejadian kemarin pagi. Kejadian yang membuatnya cukup terkejut untuk kategori orang sepertinya. Dan itu benar-benar menyita seluruh perhatiannya sampai saat ini.
Flashback on.
Di kelas, Akashi diam-diam memerhatikan Yuuki yang sedang duduk sendirian di bangkunya di belakang sana. Bukan karena apa. Namun ini sudah sebulan semenjak Yuuki menjadi siswi Rakuzan. Sebagai murid baru, ia seharusnya sudah bercengkrama dengan yang lainnya. Namun, Yuuki justru menarik diri dari pergaulan. Dan alhasil, sekelas hanya mengetahui seorang Yuuki Arisa sebatas nama.
Di satu sisi, Yuuki tahu ia sedang diperhatikan oleh mangsanya. Diam-diam ia mengukir senyum licik. Ya. Dia memang sudah berencana akan membuat mangsanya menatap dirinya. Walau untuk itu, ia rela tidak memiliki kenalan lain di sana.
Suara kursi terdengar. Yuuki yang sedang membaca manga saat itu terfokus. Segera ia berucap lirih tepat ketika seorang Singa Merah mendekati dirinya. "Napas normal. Detak jantung normal. Langkah kaki kaku. Pergerakan tangan seimbang dengan kaki. Hm, sempurna."
Akashi sedikit melebarkan bola matanya. Di balik wajah datarnya, ia cukup terkejut atas apa yang ia dengar. Padahal baru saja ia berjalan tiga langkah dari bangkunya, gadis itu sudah mampu menerka semuanya tanpa melihat. Dan yang membuatnya semakin tercengang ialah, makna yang tersembunyi di balik iris hitam kecokelatan itu.
Flashback off.
Akashi memijit keningnya. Padahal, ia yakin ia mampu mengetahui sesuatu di balik kepribadian tenang gadis itu. Namun nyatanya, ia hanya tahu sebatas informasi umum seorang siswi pindahan. Tak lebih. Tak termasuk makna dari tatapan gadis itu.
Suara ponsel yang bordering segera membuyarkan fokus Akashi. Diambilnya ponsel yang terus saja memekik itu. Dilihatnya siapa yang menghubungi. Oh, Akashi Senior rupanya.
"Moshi-moshi... Ada apa Otou-sama menghubungiku?"
"Seijuurou, to the point saja. Apakah kau bisa ke Tokyo besok?"
"Untuk apa? Bukankah tidak ada berkas atau proyek yang kupegang bermasalah?"
"Bukan masalah itu. Namun, besok bibimu akan datang. Ia sudah menelponku kemarin. Ia bilang, ada yang ingin ia bicarakan denganmu."
Akashi mengernyitkan alisnya. Tumben sekali bibinya dari pihak ibu itu kembali menghubungi keluarganya. Semenjak kematian Akashi Shiori, bibinya itu benar-benar lepas tangan atas mereka. Seolah kematian Shiori otomatis merupakan kematian hubungan di antara mereka.
"Akan kuusahakan. Namun mungkin aku akan datang sore atau malam. Masih ada tugas yang belum kukerjakan di sini."
"Baiklah. Dan juga, ajak teman-teman Kiseki no Sedai-mu. Baik itu yang lama ataupun yang baru."
Klik.
Suara telepon yang ditutup membuat Akashi terdiam. Fakta bahwa bibinya ingin menemuinya saja sudah cukup untuk kembali membuat kapasitas rasa penasarannya melebihi batas. Dan sekarang, ia disuruh untuk turut membawa teman-temannya. Itu bukanlah suatu permintaan yang wajar.
Tak ambil pusing, Akashi segera membuka emailnya. Mengetikkan beberapa nama yang dimaksud. Menuliskan titah yang harus dituruti. Dan segera mengirimkannya. Toh apapun alasan di balik semua ini, ia akan mengetahuinya esok, bukan?
To: Midorima Shintarou, Murasakibara Atsushi, Momoi Satsuki, Aomine Daiki, Kise Ryouta, Kuroko Tetsuya, Kagami Taiga.
From: Akashi Seijuurou
Subject: Bersiaplah
Kalian semua persiapkan diri kalian. Besok kita semua akan ke rumahku yang ada di Tokyo. Dan aku tidak menerima penolakan.
1.
2.
3.
Your message have been sent!
*****
Keesokannya...
"Akashi-kun, tumben sekali kau mengajak kami ke rumah utamamu." Momoi memasang earphone-nya. Ia yang duduk di samping Akashi sama sekali tidak digubris oleh yang bersangkutan. Membuat gadis berisi itu sedikit mendecak.
"Akashi, apa yang dikatakan Momoi itu benar, nanodayo. Namun bukan berarti aku ingin mengetahuinya. Hanya saja ini aneh, nanodayo"
Di belakang, Midorima mencoba bertanya di sela-sela Kise yang entah bagaimana malah tertidur di bahunya. Sementara di sampingnya lagi sudah tertimbun berbagai limbah anorganik hasil produksi Monster Bayi berwarna ungu. Nasib menjadi orang yang duduk di tengah.
"Entah ada apa, ayahku ingin bertatap muka dengan kalian. Aku pun sempat kaget atas permintaannya itu," jawab Akashi di balik kemudi. Semuanya hanya mengangguk. Namun sekaligus sedikit khawatir. Ingat kalau yang akan mereka temui ini adalah seorang Akashi Masaomi?
"Akashi-kun, bukannya aku bermaksud buruk. Namun tidakkah permintaan ayahmu itu sedikit... janggal?" tanya Kuroko yang duduk di paling belakang. Ia pun terpaksa mengalami nasib seperti Midorima. Bedanya, jika Midorima harus mengurus dua bayi berbeda warna, maka ia harus menjadi penghubung antara Cahaya dan Kegelapan yang mengapitnya dengan perdebatan ala anak TK.
Akashi terdiam. Kenyataan kalau ia tidak memberitahukan kedatangan bibinya itu membuatnya sedikit terganggu. Seingatnya, bibinya itu jauh lebih "absolut" dibandingkan dengan ayahnya. Dan itulah yang membuatnya berpikir dua kali untuk memberitahukan hal itu pada teman-temannya.
Dan, Akashi pun menyerah. "Ah, kau benar, Tetsuya. Sebenarnya, bukan hanya ayahku yang ingin bertemu dengan kalian. Namun ada orang yang lebih berkepentingan lagi dengan kita semua."
"Dare da?" tanya Momoi.
"Bibiku." Akashi –walau tidak dilihat oleh yang lain- sedikit memukul kemudi yang tengah ia kuasai. Entah mengapa satu kata itu benar-benar menimbulkan sensasi tersendiri.
Semuanya terkejut. Ini adalah suatu fakta di mana mereka baru mengetahui Akashi memiliki seorang bibi. Apalagi, bibi sang Emperor ingin bertemu dengan mereka. Ada apa ini?
*****
Tokyo. 16:30.
"Selamat datang, Seijuurou-sama."
Barisan para maid dan butler segera menyambut kaki mereka yang baru menginjak tanah. Dan itu semua cukup untuk membuat mereka merasa kikuk sendiri karena mendapat penghormatan seperti itu. Tentu saja kecuali Akashi. Baginya, itu sudah seperti kebutuhan sehari-hari. Sudah biasa.
"Akhirnya kau datang juga, Seijuurou."
Mereka berdelapan yang baru masuk segera mendongak ke arah tangga lantai dua yang terlihat mewah. Di sana, berdiri seorang lelaki paruh baya dengan tuxedo hitamnya yang elegan. Benar-benar cocok dengan latarnya yang seperti istana.
"Kalian semua bisa beristirahat di ruang tamu. Sei, tolong tunjukkan jalannya pada teman-temanmu itu." Titah Masaomi pun diangguki oleh Akashi. Ia segera memandu teman pelanginya itu menuju ruangan yang dimaksud, setelah sebelumnya ada keributan kecil karena para maid bersikeras membawa barang mereka.
Akashi membawa mereka ke ruangan dengan pintu yang ukurannya tiga kali dari tinggi Murasakibara. Mengundang decak kagum kembali terdengar.
"Akashicchi, kau yakin kita tidak salah ruangan-ssu? I-ini ruang tamu-ssu?"
Pertanyaan Kise yang bernada seperti itu hanya dibalas senyuman ringan oleh Akashi. Ia menggeleng. Meyakinkan mereka bahwa ruangan dengan luas yang wah itu adalah ruang tamu.
"Kalian duduklah." Akashi mempersilahkan semuanya untuk duduk di sofa bergaya vintage yang benar-benar empuk itu. Saking empuknya, Murasakibara pun sedikit tenggelam di sana.
Selang beberapa saat kemudian, beberapa maid dan butler datang membawakan mereka berbagai kudapan berbentuk kue kecil dan juga minuman sebagai pendamping. Setelah lebih dari sepuluh ras pengganjal perut itu tersaji, para pembawanya pun segera menghilang. Berusaha menghormati privasi sang Pangeran dan kawan-kawan.
"Silahkan kalian makan. Tak perlu sungkan-sungkan," ujar Akashi kembali menujukkan tugasnya sebagai tuan rumah. Dan yang paling pertama menyambut hal itu tidak perlu diungkapkan lagi. Karena semuanya sudah tahu.
"Ittadakimasu!" ucap Murasakibara seraya mengambil sepiring pancake, dua buah panekuk, softcake berukuran sedang, segelas minuman bersoda, dan tak lupa juga manisan berupa permen satu kaleng.
Melihat adanya pelopor, yang lain pun segera mengikuti. Kise mengambil softcake berwarna kuning mentega yang tak jauh darinya. Sekaligus mengambilkan Momoi dan Kuroko kudapan yang sama juga. Midorima dan Akashi pun bersama-sama menyesap earl grey tea yang masih mengepulkan asap.
Sementara sisanya? Oh, si duo BakAho itu lagi-lagi melakukan tindakan di luar perkiraan dengan membuat acara tanding makan seperti yang mereka lakukan sebelumnya pada ulang tahun Kuroko. Membuat suasana semakin gaduh.
"Kebiasaan makanmu tetap tak berubah ya, Atsushi?"
Sebuah suara tiba-tiba menghentikan acara makan-memakan itu. Murasakibara yang dimaksud segera tersedak oleh potongan pancake-nya sendiri. Matanya –diikuti mata yang lain- segera menatap sesosok di balik punggung Akashi yang menegang.
"Shiiya-basama?" Akashi memanggil nama itu dalam gentar. Namun dibalas dengan senyuman lembut oleh perempuan yang dimaksud.
"Apakah aku bisa meninggalkanmu di sini, Shiiya-neesama?" ucap Masaomi yang ternyata mengekor perempuan itu. Seizouru Shiiya mengangguk. Memberikan kode bahwa Masaomi sudah tak memiliki kepentingan di ruangan itu.
Suara pintu yang berdebam diikuti dengan tubuh Seizouru yang terduduk anggun di kursi utama. Ia menatap kedelapan remaja yang seketika menjadi pendiam karena kedatangannya.
"Ah, mengapa kalian bersikap seperti ini? Santai saja. Lanjutkan saja snack time kalian itu." Seizouru mengulas senyum lembutnya. Menimbulkan getaran berbeda frekuensi bagi yang menatapnya.
Tetap tak ada yang berani memulai. Sebelum akhirnya Akashi mencairkan kebekuan itu dengan menawari Seizouru segelas teh yang langsung diserapnya dengan perlahan. Barulah setelah itu yang lain kembali memulai aktifitas mereka. Kembali memakan onggokan jajanan di depan mereka. Hanya saja mereka tidak berani untuk gaduh. Bahkan Aomine dan Kagami pun nyaris tak membiarkan sendok dan piring mereka beradu.
"Oh ya. Tak sopan jika aku tidak memperkenalkan diriku terlebih dahulu. Watashi wa Seizouru Shiiya desu. Akashi Shiori no Oneesama. Sekaligus bibi dari Akashi Seijuurou. Salam kenal semuanya."
Perkenalan yang benar-benar sempurna. Bahkan Momoi pun terkagum-kagum melihat bagaimana bibir tipis itu bergerak untuk melahirkan kata perkata. Entah apa yang menjadi bahan baku dari pita suaranya hingga mampu menciptakan suara yang begitu lembut dan merdu seperti itu.
"Shiiya-basama, perkenalkan. Mereka adalah teman-temanku. Yang ini Mido—"
"Ah, kau tak perlu repot, Seijuurou. Aku sudah mengetahui semuanya. Benar kan, Shintarou?"
Jika tadi Akashi kesal karena ucapannya berani dipotong, kini Midorima tak tahu harus berkata apa menanggapi ucapan dari wanita yang asing baginya itu.
Namun ... rasa-rasanya ia familiar dengan sosok Seizouru di depannya.
"Oh ya. Daiki, Taiga, bagaimana latihan kalian? Kalian tentunya sudah semakin kuat bukan?"
Lagi-lagi, seluruh ruangan dibungkam seketika. Benar-benar heran atas apa yang terjadi. Aomine dan Kagami saling pandang. Entah berisyarat apa. Namun mereka kemudian mengangguk bersamaan.
"Atsushi, apa kau sudah memeriksakan dirimu ke dokter? Kau yakin kau tidak terkena diabetes jika pemasukan gulamu tidak dikontrol seperti itu?" Lagi, Seizouru membuka pertanyaan. Membuat Murasakibara yang semula hendak memakan panekuk-nya harus puas menelan ludah.
"Lalu Satsuki, apa kau masih menyukai Tetsuya seperti dulu?"
Checkmate. Momoi melebarkan manic sakuranya begitu telinganya kembali bekerja. Otomatis ia memandang Kuroko yang masih setia memasang wajah temboknya. Namun semuanya yakin, bahwa keduanya tentu ketar ketir karena hal itu.
"Dan yang terakhir... Apakah kau masih bekerja sebagai model, Ryouta?" Seizouru menatap kelereng madu Kise yang membulat. Mata hazel-nya masih terus menatap Kise yang sudah menggaruk tengkuknya.
"Ma-masih-ssu," jawabnya dengan nyengir kuda.
Seizouru tersenyum melihat reaksi Surai Pelangi di depannya. Namun semua berubah kala jemarinya bergiliran menjejak pada wajah-wajah mereka. Tampak raut kurang puas terukir di paras cantiknya.
"Are? Ini kurang dua. Harusnya ada sepuluh orang," ucap Seizouru seperti bicara dengan dirinya sendiri. Semuanya saling memandang heran. Masih belum menemukan jawaban atas keanehan ini.
"Apa maksud Anda, Seizouru-san?" ucap Kuroko memberanikan dirinya. Semuanya mengangguk bersamaan. Meminta kepastian pada sosok itu.
"Di mana Shougo dan Shuuzou?" tanya Seizouru pada mereka. Namun tatapannya yang menajam membuat semuanya tak berani menjawab.
"Haizaki ada di Shizuoka dan Nijimura-san ada di Amerika, Oba-sama," jawab Akashi. Manic heterokromia-nya menembus dalam iris hazel milik Seizouru. Menantang, sekaligus penasaran.
"Apakah perintahku melalui Masaomi kurang jelas, huh?"
Sekalimat setajam silet itu menghapuskan seluruh ramah-tamah yang sebelumnya Seizouru lakukan. Para Kiseki no Sedai terdiam. Menjadi patung yang terpahat dengan sempurna hanya karena satu kali tarikan napas itu.
"Ck, ternyata ketidakpekaan Shiori menurun padamu, Seijuurou." Seizouru mengucap sinis pada Akashi yang sudah mengepalkan tangannya. Katakan jika ini semua adalah salahnya. Namun tetap saja. Ia merasa tidak terima jika mendiang ibunya dibawa-bawa seperti itu.
"Huh, lupakan saja semua itu. Walau sejujurnya aku sedikit merasa tidak dihargai oleh ipar dan keponakanku ini."
Nuansa gothic tampak kentara pada dompet yang baru saja dibuka oleh Seizouru. Ia mengeluarkan sebuah ponsel berhias pualam yang seketika mengundang decak kagum. Lalu menarikan jemarinya sebentar, sebelum akhirnya benda itu bertengger manis di cuping telinganya.
Tak seberapa lama. Hanya sepersekian detik yang bahkan tak diberi suara oleh bibirnya yang ber-lipstick merah maroon itu. Setelah mengembalikan benda itu ke habitatnya, Seizouru segera mengedarkan pandangan. Kembali fokus pada Pelangi berwujud manusia yang seolah tak bernyawa lagi. Sebuah senyum tipis pun terajut indah pada lekuk pipinya.
"Ada yang ingin kubicarakan dengan kalian ..."
.
.
.
Tata surya menjelma menjadi ring untuk berlaga. Para pelatih sudah menyiapkan amunisi untuk memenangkan gladiator kali ini. Dan tak lupa pula mereka menyiapkan cadangan jika para Utama mati.
Lalu, akankah ada penonton yang bersedia membayar untuk sebuah pertunjukan, yang dilakukan hanya untuk pembuktian ego semata?
.
.
.
Hay semuanya! Akhirnya Author bisa update lagi di Flutterby setelah kesibukan karena semester dan rangkaian acara sebelum menerima rapot. Dan ... selamat buat semua Readers yang sudah menerima hasilnya. Apapun hasilnya, terima dan syukuri ya ^_^
Btw, chapter ini bagaimana menurut kalian? Egen en egen, Author merasa kurang di bagian nih. Apa karena alurnya yang slow banget ya? Aih, Gomen nasai. Author agak kesulitan nge-handle cerita dengan banyak karakter seperti ini. Jadi, maafkan Author kalau alurnya -juga ceritanya- kurang memuaskan.
Oh ya. Ada pemberitahuan nih. Mungkin ada di antara kalian yang juga membaca fanfict berjudul Reason karya teman Author, . Bagi yang mengikuti kedua fanfict ini, mungkin sering melihat kami yang update bersamaan. //itu karena agar kami bisa perang komentar tujuannya.//
Namun untuk minggu ini, si Author Sableng -julukan Author ke Kugori- itu tidak bisa up dikarenakan laptopnya lagi sakit jiwa dan sedang berurusan di rumah sakit. Juga karena ada masalah yang lain. Jadi, dia nitip salam buat Readers-nya //pede amat//. Dia bilang, "Minggu depan si Niji sama Ainawa makin klop deh. Janji!" //Oke. setelah dia bilang gini, Author langsung bikin dia masuk RS//
OK. It's time to say, "See you next chapter!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top