03. Straight, Start It!
DISCLAIMER TADATOSHI FUJIMAKI
(Karakter lelaki hanya milik Tadatoshi Fujimaki. Untuk OC, kembali kepada pemilik nama masing-masing. Dan alur cerita, sepenuhnya milik saya.)
Warning : Ini hanyalah sebuah fanfiction gaje, kemungkinan (semuanya) OOC, typo bertebaran, bahasa planet, dan merupakan sebuah 'permainan'. Dan, arigatou gozaimasu untuk para sukarelawan yang bersedia menjadi OC di fanfict ini.
.
.
.
Jejak lembayung masih tertinggal di belakang sana. Tertinggal dari lidah Surya yang hendak menuju pembaringannya. Ia mencoba menutup mata. Walau mungkin, ia tahu ada sesuatu yang mengintip di ujung kumpulan mega.
Dan inilah waktunya. Ketika Purnama muncul memainkan drama. Tetap menjadi anggun walau menyimpan sejuta rahasia. Kilatan tersembunyi terlihat dari lengan bajunya yang sempurna.
Nah, bagaimana kalau kita saksikan putaran perdananya?
.
.
.
SMA Rakuzan. 08:15
"Watashi no namae, Yuuki Arisa desu. Yoroshiku onegaishimasu!"
Tubuh setinggi 165 cm itu tertekuk sempurna. Membuat rambut sebahunya ikut menyujud di depan empat puluh wajah yang memandangnya heran. Tak terkecuali sepasang mata heterokromia yang berdiri angkuh tepat di barisan terdepan.
"Nah, Yuuki-san. Kau bisa duduk di bangku yang kosong," ucap Sensei yang belum Yuuki ketahui namanya. Yuuki mengangguk. Kemudian melangkah anggun ke deretan ketiga. Tempat yang strategis untuk melihat target bersurai darah miliknya.
Pelajaran dimulai. Namun bukannya membuka pelajaran Fisika, Yuuki malah membolak-balik buku tak berjudul di depannya. Lalu meliukkan tinta sewarna jelaga di atasnya.
Akashi Seijuurou. Locked!
.
.
SMA Shuutoku. 08:15.
"Sst ... Shin-chan! Kau lihat murid baru itu? Dia manis ya?" bisik Takao Kazunari dari belakang. Sosok berkepala lumut yang diminta jawaban hanya memberikan deheman. Meminta pada partnernya itu untuk bungkam.
"Asakura Haruka-san, kau bisa duduk di dekat Takao-kun."
Sebuah tangan terangkat menerima kalimat itu. Memberi sinyal kepada si murid baru untuk duduk di sebelah kanannya.
"Yoroshiku onegaishimasu!" bisik Asakura begitu melihat Takao yang tersenyum lebar kepadanya. Takao mengangguk. Namun kepala dengan rambut hitam kemerahan itu menatap sosok di depan teman barunya itu. Target ditemukan.
Bersiaplah, Midorima Shintarou-kun! Batin Asakura begitu badannya melesak untuk menerima pelajaran hari ini.
.
.
Touou Gakuen. 08:15.
"Hari ini, kalian mendapatkan dua orang teman baru. Namanya Yuka Yoshioka-san dan Fukuda Mika-san. Keduanya pindahan dari SMA Yobushina, Osaka. Nah, Yuka-san, Fukuda-san, kalian bisa duduk di tempat yang kosong." Sensei -yang entah mengapa sangat bersemangat melihat keduanya- menunjuk dua buah bangku kosong yang sengaja disiapkan jauh hari.
Yuka dan Fukuda segera menuju bangku yang kebetulan bersisian itu. Dan lokasi mereka tepat di belakang kedua target mereka. Keduanya tersenyum. Lalu mengangguk sopan pada sepasang manusia di depannya.
Aomine Daiki dan Momoi Satsuki. Kita akan bermain tak lama lagi. Lirikan yang mereka lontarkan seolah memberikan pertanda. Game yang mereka mainkan akan mulai perdana.
.
.
SMA Kaijo. 08:15.
Akio menatap heran pada sosok bersurai paling terang di kelas barunya itu. Bagaimana tidak heran? Padahal baru saja ia menyebutkan "Akio Karaniya" di depan kelas, sosok rambut jagung itu malah berteriak histeris.
"Akio-san! Kau bisa duduk di dekatku-ssu!" ucapnya riang seraya menepuk-nepuk bangku kosong yang memang ada di dekatnya. Akio hanya menghela napas ketika Sensei memintanya untuk menghentikan teriakan heboh itu.
"Namaku Kise Ryouta-ssu!" ucapnya lagi. Tangannya terangsur pada Akio yang masih mengeryitkan alis. Namun begitu berhasil mengingat data, alisnya mengendur dan digantikan oleh senyuman manis.
"Akio Karaniya." Badan itu terduduk di bangku kosong. Ekor mata Akio melihat bahwa mangsanya kali ini tengah memerhatikan guru.
Kise Ryouta. Umpanku dimakan ikan yang terlena. Batin Akio yang kini mengekor targetnya. Senyuman sinis pun tak luput dari wajah berkacamata itu.
.
.
SMA Yosen. 08:15.
"Kau dapat duduk di sebelah Murasakibara-kun yang berambut ungu itu," ucap Sensei begitu nama Hoshitsuki Icha direkam oleh teman sekelasnya. Hoshitsuki mengangguk. Kemudian perlahan menuju jelmaan Titan masa kini itu.
"Hai Murasakibara-kun. Salam kenal." Hoshitsuki mencoba beramah tamah. Walau di kedalaman sana ia tak habis pikir begitu melihat kantong putih bening di pangkuan lelaki itu. Sekilas saja, sudah ketahuan kalau isinya adalah berbagai kudapan.
"Salham khenhalh jugha, Hhoshi-chin!" suara yang gerimis karena pergerakan aktif rahang lelaki itu hanya diangguki oleh Hoshitsuki. Namun tidak dengan Sensei di depan sana.
"Murasakibara-kun! Ini adalah jam belajar! Bukan untuk kudapan perutmu yang melar!" bentak Sensei yang jelas-jelas merasa tak dihargai oleh siswanya itu.
Murasakibara hanya merenggut kesal. Lalu dengan muka memelas, ia membereskan sisa snack yang ia bantai barusan. Menyurukkannya ke dalam tas yang tak kalah besar itu.
Dan aku rasa, perangkapmu akan begitu mudah, Murasakibara Atsushi. Gumam Hoshitsuki diiringi tangannya yang membersihkan roknya akibat kehujanan remah makanan.
.
.
SMA Seirin. 08:15.
Kuruka Akari.
Naimiya Hanaru.
Sepasang nama itu ditulis di samping empunya yang tersenyum polos ke teman baru mereka. Dari depan, target mereka sudah diketahui. Kebetulan target mereka satu baris. Tentu saja pekerjaan ini akan semakin "manis".
"Naimiya-san, Kuruka-san, kalian bisa duduk di barisan kedua dari jendela."
Bingo! Permintaan sukma mereka dituruti oleh Sensei. Dan keduanya segera menuju tempat yang dimaksud. Tentu saja mereka sengaja melewati duo Merah-Biru yang sepertinya sudah ditelan bosan akibat semilir pelajaran pagi ini.
"Watashi wa Kuruka Akari desu. Yoroshiku ... et-to ..." Kuruka menggaruk tengkuknya yang gatal secara ajaib. Mencoba memancing langit biru di sampingnya untuk hidup.
"Kuroko Tetsuya desu." Senyum setipis benang samar dapat ditangkap oleh retina gelap Kuruka. Walau mungkin yang lain hanya akan melihat lempung berpahat wajah.
Tak mau kalah, Naimiya pun tersenyum manis –sedikit keruh- pada sosok gradasi yang terkantuk-kantuk di depannya.
"Kagami Taiga. Salam kenal, Naimiya." Lelaki itu melengos entah karena musabab apa. Dan Naimiya hanya easy going menanggapinya.
Sebelum membuka buku, Naimiya menyempatkan diri untuk menengok keadaan Kuruka di belakangnya.
Kuroko Tetsuya akan segera dipayungi awan hitam. Dan air pun siap untuk memadamkan Kagami Taiga. Pesan tersembunyi dilontarkan dari seringai berkedok senyum manis yang dibalas oleh anggukan sadis.
.
.
SMA Fukuda Shogo. 08:15.
"Narahashi Akemi. Yoroshiku!" Dengan cuek, Narahashi memasang gaya tomboy andalannya. Mengundang seringai kecil dari sosok berambut aneh di belakang sana.
"Kau bisa duduk di bangku paling belakang, Narahashi-san."
Tangan Narahashi membawa tasnya di punggung. Memberikan istirahat pada pundaknya. Dengan segera ia menuruti perintah Sensei. Menuju bangku terbelakang yang dihuni tujuannya sebagai murid baru.
Narahashi segera meloncat kecil. Ditatapnya tapak kaki yang tertidur sebagai penyebab rok yang ia gunakan sedikit kaget. Kemudian menaikinya menuju titik tertinggi dari batangan tubuh itu.
"Mohon bantuannya, teman." Narahashi membalas salam singkat dari lelaki itu dengan seringai di wajahnya. Sementara penghuni kelas yang melihat itu hanya berharap dalam hati. Semoga tidak ada angin yang akan membuat api membakar kelas mereka.
Aku akan membuatmu melongo, Haizaki Shougo. Desisan Narahashi ditelan seringai angin. Seolah memberitahu yang lainnya, bahwa permainan benar-benar dimulaikan.
.
.
New York. 22:15.
Gemerlap kota malam itu tak menggoyahkan perasaan Yousuka. Entah sudah berapa lama ia mengelilingi setiap jengkal kota itu. Mencari tempat tinggal sekaligus mangsanya kali ini.
Akhirnya, ia menemukan apartemen yang dimaksud. Tepat di samping rumah sakit umum di daerah itu. Diiringi dengan helaan napas, Yousuka menggeret kopernya. Memasuki pekarangan dan menjejaki setiap tangga yang ditemui.
Lima menit kemudian, ia sampai di sebuah kamar ke-113. Baru saja ia akan mencolokkan kunci, suara geretan pintu terdengar tepat di belakangnya. Mau tak mau Yousuka menoleh dan mendapati sosok tubuh tegap yang menyembul.
Iris cokelatnya termakan tatapan elang di depan sana. Sama-sama menelisik lawan. Sampai akhirnya Yousuka berinisiatif terlebih dahulu.
"My name is Yousuka Ainawa. Nice to meet you." Senyum ia sampirkan. Bukan berharap mendapat jawaban dari mangsanya, melainkan ingin segera meloloskan diri dari suasana awkward itu.
"Nihon desu ka?" pertanyaan bersambut tanya yang lain. Membuat Yousuka diam-diam merasakan jengah di balik wajahnya yang melembut.
"Ha'i. Watashi wa nihon desu." Akhirnya, identitas itu diketahui. Walau memang dari awal tak masalah jika target mengetahui ia adalah keturunan orang timur sana.
"Ore wa Nijimura Shuuzou. Yoroshiku, Yousuka-san." Tangan terulur. Berharap dapat disambut jemari yang lain. Mau tak mau Yousuka terpaksa melakukan kontak fisik itu. Setelah sadar apa yang harusnya dilakukan, ia segera membuka pintu dengan cepat dan langsung ditelan kegelapan. Meninggalkan Nijimura yang sedikit keheranan kepadanya.
Mulai sekarang, tak ada lagi pelangi setelah hujan. Batin Yousuka di balik gemuruh dadanya yang menghentak di kedalaman sana.
*****
Semuanya sudah dekat dengan target masing-masing. Bersiap melempar kail yang dipercaya membawa ikan besar. Ah, tentunya tak semudah itu. Terlebih mereka semua tidak akan bisa melupakan kejadian sebelumnya.
Flashback on.
"Apakah semuanya sudah berkumpul?" Aruka mengedarkan pandangan. Dan mengetahui kalau yang ada hanyalah sembilan kepala.
"Etto... Gomen nasai, Aru-jisama. Aina-san masih di kamar." Kuruka menangkap umpan. Walau menyadari bahwa dirinya terkail dalam masalah.
Semuanya tertegun. Ingatkan mereka bahwa gadis dengan sedikit kelainan mood itu selalu terjaga sepanjang malam. Mungkin meratapi nasibnya yang harus berpisah dari Asia.
"Kalau begitu, kita akan menunggu—"
"Tak perlu memubazirkan lembaran nominal Anda untuk saya, Aru-jisama. Toh besok Anda akan terbebas dari rutinitas memarahi saya, bukan?"
Semua tercekat mendengar jawaban Yousuka yang baru datang dan terbilang nekat itu. Terlebih ketika gadis itu memberi beban pada kursi di depannya dengan kasar. Aruka tak berkomentar. Walau sebenarnya ia ingin langsung melempar gadis itu ke Amerika menggunakan tangannya sendiri.
"Hhh... Baiklah. Karena semua sudah berkumpul, kita mulaikan saja. Pertama, ambillah kotak dengan nickname kalian yang sudah disediakan di belakang sana." Aruka menunjuk dengan dagu. Mengarah pada pojok ruangan. Di mana kotak-kotak sudah disusun manis di atas sebuah meja.
Semua serentak bangun dan menuruti saran itu. Kemudian kembali dengan sebuah kotak perak di tangan masing-masing.
"Isi dari kotak tersebut adalah sebuah jam tangan khusus yang sudah dimodifikasi. Jadi, kalian dapat merekam, memotret, menulis, serta menghubungi anggota yang lain melalui itu. Kontak di sana menggunakan nickname kalian. Dan juga, jam itu sudah dilengkapi dengan pelacak. Jadi, jangan mencoba untuk kabur dari tugas." Aruka menjelaskan semuanya secara panjang lebar.
"Lalu, kau bilang kami akan masuk ke kelas target, kan? Bukankah kami dan target berasal dari kelas yang berbeda-beda?" Tanya Orushu setelah memperhatikan jam miliknya yang berwarna hitam itu.
"Perintahnya sudah jelas bukan? Kalian akan menyesuaikan diri dengan target. Artinya, kalian semua akan menjadi murid kelas dua di sekolah masing-masing. Toh kalian sudah mempelajari seluruh mata pelajarannya secara khusus. Kecuali Yousuka."
Sontak Yousuka mengangkat mukanya. Benar-benar heran atas perkataan itu. Matanya meminta jawaban kepada manic kemerahan Aruka.
"Ya. Kau tidak akan sekolah. Selain memantau Nijimura, kau akan mengumpulkan seluruh data dari kesepuluh target. Dan mengolahnya sebelum mengirimnya kepadaku. Mengerti?" Aruka berjalan menuju Yousuka yang hanya menanggapinya secara dingin.
"Ha'i..." lirihnya perlahan.
Flashback off.
.
.
.
Perlahan, Purnama menjejak dari belakang bumi. Malam hanya memandanginya tanpa arti. Seolah kepergiannya memang sudah dinanti-nanti.
Di satu sisi, Surya mencoba memasang perangkap. Menangkap alam dengan serpihan cahayanya yang pucat. Hanya saja, Siang tak terlalu sependapat. Karena ia tahu, resiko apa yang akan mereka cecap.
.
.
.
Akhirnya, Author dapat menepati janji untuk update setelah semester. Syukurlah semester kemarin tidak terlalu buruk XD
Dan yah ... entah mengapa Author merasa ada yang salah di Flutterby. Apakah Readers ada yang tahu?? Jadi, Author minta maaf jika fanfict ini jauh dari harapan kalian. Gomen nasai. ><
Btw, See you next chapter!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top