02. Mission Massive
DISCLAIMER TADATOSHI FUJIMAKI
(Karakter lelaki hanya milik Tadatoshi Fujimaki. Untuk OC, kembali kepada pemilik nama masing-masing. Dan alur cerita, sepenuhnya milik saya.)
Warning : Ini hanyalah sebuah fanfiction gaje, kemungkinan (semuanya) OOC, typo bertebaran, bahasa planet, dan merupakan sebuah 'permainan'. Dan, arigatou gozaimasu untuk para sukarelawan yang bersedia menjadi OC di fanfict ini.
.
.
.
Ada yang bilang alam semesta akan tetap pada kodratnya. Tetap berputar dan bernapas seperti aturan yang sudah disahkan oleh Sang Pencipta. Matahari tetap menjadi pusaka. Yang harus dilindungi oleh para penghuni Tata Surya.
Namun, siapa sangka jika Purnama mulai mengintip dari garis edarnya yang pudar? Mencoba melepas bumi yang sudah menjaganya dengan sabar. Perlahan mengatur stategi tuk menggapai Matahari yang terjaga sangar. Dan ia tak tahu, kalau penghalangnya bukanlah sekadar tembok semak belukar.
Bukankah harus ada yang memberinya peringatan?
.
.
Osaka. 21:15.
Koper berisikan berbagai keperluan berderet rapi di pinggir setiap ranjang yang berjumlah lima pasang. Tak mengherankan. Sebagai Straight sekaligus keponakan dari Direktur Utama, mereka layak mendapatkan fasilitas seorang Putri Raja. Dan siapa sangka kalau Aruka memiliki ruangan yang cukup –malah lebih- untuk menampung kesepuluh kupu-kupu permatanya itu sekaligus?
Semua tengah terkulai lemas di atas kasur king size pribadi. Sayap mereka sudah terlampau layu jika digunakan beraktifitas kembali. Mereka mencoba terlelap. Walau aslinya masih mengulang rekaan kejadian di ruang Direktur Utama pagi tadi di dalam bioskop masing-masing.
Flashback on.
"Tugas utama kalian telah datang..."
Semuanya mendadak bisu mendengar hal tersebut. Fakta yang berbicara bahwa lidah adalah otot terkuat di dalam anatomi manusia kini hanyalah mitos belaka. Seujung kata pun terlampau berat didorong oleh otot tak bertulang itu.
Hening menggerayangi ruangan itu. Ditambah dengan cekam yang datang untuk memberikan warna suram. Hanya engsel leher mereka yang masih berfungsi. Bergerak guna mencari jawaban dari setiap wajah yang mereka sambangi.
"Tak ada yang protes? Berarti kalian menerima tugas ini, bukan?" dua patah tanya itu seolah menjadi sihir pemanas. Membuat semuanya kembali bergerak. Kaget adalah kata yang tepat untuk mereka.
"Apa maksudmu, Aru-jisama? Bukankah kami sudah menyelesaikan tugas kami lima bulan yang lalu?" Kini Naimiya kehilangan penyumpalnya. Batang permen yang telah ia habiskan atasnya digenggam erat. Bukan benda yang cocok sebagai pelampiasan hormone adrenalin mereka yang tiba-tiba melonjak.
"Maksudmu, tugas kalian yang di Indonesia itu? Hei, Straight! Are you kidding me? That mission was smallest than it. Lagipula, kalian tidak terlalu membuatku membusungkan dada. Karena misi lima bulan kemarin itu kuanggap gagal total!" tukas Aruka sengit. Tangan kekarnya segera menggebrak meja. Dan itu cukup untuk membuat Straight mundur dua langkah ke belakang.
"Gagal total katamu? Padahal kami berhasil meringkus semua cecurut-cecurut yang sudah mengerat batang emasmu! Bahkan kami tak sungkan untuk menjadi shinigami di tengah pasar yang ramai! Dan itu kau katakan gagal total?!" Akio menghunuskan pisau. Sama tajamnya dengan yang Aruka lontarkan tadi.
Aruka terdiam. Sembilan orang sisanya menahan napas. Benar-benar bukan kondisi yang baik untuk merentangkan pita suara.
"Sejak kapan kau menjadi pembangkang, Akio?!" ucap Aruka. Sorot matanya yang dingin benar-benar menusuk dua puluh retina di depannya. Rupanya bukan hanya lidahnya saja yang mengeras dan menjelma menjadi pisau. Namun dengan lihai ia menempa matanya menjadi busur panah beracun.
Akio membeku. Seperti sadar dari mimpi buruk, ia tak ingin kembali tidur dan melanjutkannya. Tak ada yang menyahut atau sekadar mencuri pandang. Kekuasaan seorang Aruka Kugori terbukti di sini.
"Kalian semua maju. Dan ambil amplop yang bertuliskan nickname kalian masing-masing." Aruka menggelar sepuluh amplop sekuning emas. Membuatnya berjejer seperti kipas. Namun menggerahkan pandangan yang melihatnya.
Sebagai yang tertua, Asakura dan Yuka mengulurkan tangan terlebih dahulu. Disusul oleh Naimiya dan Yousuka. Barulah enam orang sisanya melepas amplop itu dari meja dengan anggun.
"Tugas kali ini adalah tugas individu. Jadi, amplop itu berisikan data lengkap tentang target kalian masing-masing. Sekarang baliklah ke Asrama. Tangkap dan kurung setiap rincian yang kalian buru dari isinya. Kemudian, kemas kamar kalian. Karena mulai besok lusa kalian akan menemui target."
Serentak semuanya mencuri wajah Aruka. Benar-benar tak percaya dengan apa yang baru saja terjamah oleh telinga mereka.
"A-apa maksudmu, Aru-jisama?" tanya Fukuda dengan takut-takut. Bukan tak paham. Hanya ingin sekadar memastikan agar tak terjerumus ke dalam lubang perangkap.
"Akan kuperjelas. Mulai lusa, kalian akan bersekolah di sekolah target. Awasi mereka. Jangan sampai aku kembali melihat Mission Failed atau sejenisnya terpampang di notebook-ku. Dan aku sama sekali tidak menerima bantahan dari kalian! Sekarang, pergilah!"
Damn it!
Flashback off.
"Nee, Minna-san! Boleh kulihat target kalian siapa?" ucap Yuka setelah merenggangkan per-per di tubuhnya. Semuanya menyetujui walau harus bangkit tak ubahnya zombie. Lalu menuju sebuah meja besar yang biasa mereka gunakan tuk bertukar kabar.
Semua duduk melingkar. Lalu membuat amplop emas sebagai sesajen pertemuan kali ini. Sesajen telah dikumpulkan di tengah. Asakura berinisiatif untuk membuka miliknya terlebih dahulu. Nickname "Spring" dirobek kasar.
"Midorima Shintarou. Kelas 2 di SMA Shuutoku, Tokyo. Lulusan SMP Teikou. Tim inti basket." Asakura membaca sekilas kertas yang ia dapat dengan lantang. Agar semuanya mendapatkan jatah informasi.
Matanya mendelik begitu melihat rekaan lelaki megane yang tampak dingin. Surai hijaunya menambah suasana suram foto tersebut.
Melihat reaksi Asakura, semuanya kembali mengambil milik masing-masing. Setelah itu, remah robekan kertas berlarian menuju lantai. Disusul sisa amplop itu yang sudah tidak dibutuhkan.
"Akashi Seijuurou ini terlalu menyeramkan untuk kujamah!" teriak Yuuki seraya memamerkan sebuah kertas. Lelaki bersurai merah menyala menatap nyalang.
"Itu masih mending daripada yang kudapat. Lihat! Nama Haizaki Shougo cocok dengan wajahnya yang sangar." Narahashi menunjukkan targetnya dengan senang hati pada Yuuki. Dan gadis itu mengangguk.
"Aku yakin Kise Ryouta ini adalah orang yang berisik." Akio meringis begitu melihat senyum lebar seorang lelaki bersurai kuning yang tertawa lebar di fotonya.
"Apa aku tidak salah target? Target kita kan orang Jepang. Kenapa aku malah mendapat orang Negro?!" sahut Fukuda seraya menatap aneh pada sosok yang bertuliskan "Aomine Daiki" di fotonya.
"Aku tidak yakin Kagami Taiga ini pintar ...." Lirih Naimiya seraya menaruh sebuah foto di atas meja. Lelaki bersurai merah gradasi hitam terlihat nyengir kuda di dalam sana.
"Entah mengapa aku merasa kurang subur dibandingkan dengan gadis bernama Momoi Satsuki ini..." ucap Yuka setelah melihat gadis dengan mahkota sakura di depannya.
"Kuroko Tetsuya. Sepertinya dia orang yang kalem." Ucap Kuruka setelah membolak balik foto seorang langit biru dengan awan putih di genggamannya.
"Apakah para sejarawan tidak salah tulis? Aku yakin Murasakibara Atsushi ini adalah fosil hidup dari Pithecanthropus Erectus! Tingginya saja dua meter!" Hoshitsuki mencebikkan bibirnya melihat sosok kepala hingga pinggang yang dicetak itu.
Setelah itu semua sibuk mengoceh tentang target mereka. Lupa kalau seharusnya mereka beristirahat demi hari esok.
"Are? Ainawa ... kau belum memberitahu kami siapa targetmu itu, lho..." Nada Asakura yang keheranan mematikan seluruh suara di ruangan itu. Mereka semua serentak menoleh kepada Yousuka yang tengah meringkuk di atas kasurnya. Entah sejak kapan.
"Ainawa ..." Yuka memberanikan dirinya untuk mendekati gadis itu. Baiklah. Sepertinya target kali ini berhasil membuat sisi buruk Yousuka keluar. Ia menyembunyikan wajahnya dengan erat di balik bantal berbentuk beruang kesayangannya.
"Aku tidak terima ini!" teriakan Yousuka yang tiba-tiba mengagetkan semuanya. Terutama Yuka yang hanya berjarak satu meter dari gadis berambut sepinggang itu. Terlebih ketika ia dengan sigap melompat dan berlari kencang keluar kamar. Membuat tanda tanya besar di atas kepala setiap orang.
"Pantas saja ia seperti itu ..." ucap Yuka seraya membaca kertas yang ternyata adalah data target dari Yousuka. Kertas itu tertinggal di sisi ranjangnya.
"Memangnya kenapa Yuka-san?" tanya Hoshitsuki. Semuanya menatap dengan pertanyaan sama.
"Karena Ainawa harus pergi ke Amerika untuk menemui Nijimura Shuuzou." Yuka meringis ketika menunjukkan sebuah foto lelaki berambut hitam. Semuanya langsung tercekat. Patut saja gadis itu langsung berubah drastis.
*****
Sementara di kamar tengah riuh membicarakan target, Yousuka harus kembali berhadapan dengan gebrakan Aruka yang bahkan tidak menurunkan kekuatannya di malam hari.
"Bisa kau ulang permintaanmu itu, Yousuka Ainawa?" ujar Aruka sinis.
"Aku meminta misi ini –setidaknya misiku- dibatalkan!" teriak Yousuka histeris.
"Mengapa?!"
"Mengapa hanya aku saja yang mendapatkan target begitu jauh?! Yang lain hanya mengurus surat kepindahan sekolah. Tapi aku harus membuat visa dan paspor . Memang apa istimewanya seorang Nijimura Shuuzou itu hingga aku harus menjadi turis HANYA untuk menemuinya?!" Yousuka kalap. Fakta kalau dia tidak pernah jauh dari keluarganya yang sekarang membuatnya tidak bisa pergi jauh sendirian.
Aruka mengembuskan napas melihat Yousuka yang sekarang berusaha menahan isak tangisnya. Ia tahu mengapa dan bagaimana alasan akurat dari Yousuka. Tapi kini, tujuan dari misi lebih utama.
"Karena dia adalah yang utama. Sekaligus tertua dan tersulit di antara semua target," ucap Aruka dingin.
"Lalu mengapa bukan yang lain menerimanya? Mungkin Haru-nee atau Yuka-nee saja yang lebih berpengalaman? Atau kau bisa menukarku dengan Nai-chan. Dia cocok dengan sifat target ini. Tapi mengapa aku?!" paraunya suara Yousuka tak digubris oleh Aruka yang mendingin. Malah sekarang, ia berusaha untuk membekukan ruangan itu.
"Yousuka, aku tidak pernah salah dalam menentukan target. Aku sudah menganalisis dan melihat peluang keberhasilan kalian dengan target yang telah kutentukan. Masalah lain seperti paspor, tempat tinggal, dan lainnya akan kubicarakan besok. Intinya kau hanya harus mempelajari lebih dalam tentang targetmu." Aruka berjalan. Menggerakkan tubuh kakunya untuk mencoba merengkuh keponakannya itu.
"Tapi mengapa harus aku yang terberat?" ulang Yousuka.
"Anggap saja ini sebagai hukumanmu."
"Hukuman?"
"Ya. Hukuman karena kau tidak mengetuk pintu ketika memasuki ruanganku waktu itu!" wajah Aruka yang mencoba berguyon malah terlihat seram di manic cokelat Yousuka.
Damn it! Lain kali akan kucoba untuk mendobraknya saja. Siapa tahu kan kalau aku tiba-tiba mendapat rumah gratis di Segitiga Bermuda sana?! Pikiran Yousuka semakin tidak mewaras. Dihentakknya tangan Aruka yang ada di bahunya. Kemudian berlari lagi meninggalkan ruangan itu.
"Cih! Dasar temperamental." Aruka mendecih begitu melihat Yousuka yang melaksanakan ide gilanya. Kaki mungil gadis itu menendang keras pintu ruangannya. Benar-benar sebuah kekesalan yang memuncak.
Hening kembali merajai ruangan. Pelan, Aruka kembali ke kursinya. Kemudian memutar leher kursi agar ia mendapat spot yang cocok untuk melihat rembulan. Dipandanginya dewi malam yang terlihat sendu. Sama pucatnya dengan pikirannya saat ini.
"Akar masalah ini adalah kau, Shiiya!" geraman laiknya srigala itu rupanya disambut oleh orchestra nyanyian srigala di luar sana. Seolah ada hubungan asli antara kedua makhluk yang sama-sama licik itu.
.
.
Purnama hendak menemui sang Surya. Terdengar lucu memang di telinga. Namun sudah tak ada yang bisa menolak walau lubuk hati tak menerima. Terpaksa, pertemuan antara dua pesona alam akan diadakan dalam waktu dekat. Cukup memikat untuk sebuah pertarungan jarak dekat.
Sayangnya, Malam dan Siang terlalu dirajai oleh congkak mereka yang membengkak. Rela menumbalkan pusaka mereka hanya untuk pembuktian alibi semata. Mereka lupa. Kalau mempermainkan kodrat alam tak selucu melihat sirkus jalanan.
Inilah mengapa selalu manusia menjelma menjadi musuh utama Kami-sama.
.
.
Hee... Kembali lagi dengan Author sableng ini!
Fix lah... Gak terlalu banyak omong di sini! Karena ini adalah chapter terakhir. karena besok Author harus UKK.
See ya!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top