00. Prolog
Disclaimer Tadatoshi Fujimaki
(Karakter lelaki hanya milik Tadatoshi Fujimaki. Untuk OC, kembali kepada pemilik nama masing-masing. Dan alur cerita, sepenuhnya milik saya.)
Warning : Ini hanyalah sebuah fanfiction gaje, kemungkinan (semuanya) OOC, typo bertebaran, bahasa planet, dan merupakan sebuah 'permainan'. Dan, arigatou gozaimasu untuk para sukarelawan yang bersedia menjadi OC di fanfict ini.
.
.
.
Awal hanya ada untuk memberikan akhir kesempatan untuk bermain. Begitu juga akhir yang rela bereinkarnasi menjadi permulaan yang baru. Terus bergulir untuk saling mengisi. Menjelma menjadi sesuatu yang bernama kisah.
Namun, adakalanya tengah berkhianat. Dipercaya sebagai penghubung yang dianggap lelucon semata olehnya. Tidak. Ia ada bukan sebagai penghubung. Ia ada sebagai pengacau lingkaran sistematis sang Alam.
Setidaknya itu yang kupercaya saat ini.
(Seizouru Shiiya)
.
.
New York. 19:30.
Hiruk pikuk kota sang Adikuasa menjelma dalam matanya. Bukan sebagai realita yang harus dinikmati. Melainkan sebuah sindiran dari kehidupan untuk dirinya yang sudah berkepala tiga. Karena dirinya sama dengan ciptaan manusia itu. Ada, tapi tak tak lebih dari fatamorgana.
Pintu di belakang sana terketuk. Membuyarkan seluruh ekspetasi yang terangkai di pikirannya. Ia hanya mengetukkan ujung sepatu berhak lima senti yang ia kenakan pada ubin di bawahnya. Dan itu cukup keras sebagai sebuah izin.
Pintu terbuka. Menyambut suara kaki yang dibuat tegas oleh sang empunya.
"Nyonya, saya sudah berhasil menemukan mereka," ucap seorang lelaki berambut putih. Ia membungkuk di depan sebuah meja. Tubuhnya tertekuk sempurna. Tanpa cacat. Tanpa cela.
"Dimana?" satu patah kata keluar dari sosok di balik meja itu. Tepatnya di balik kursi dengan sandaran tinggi yang menyembunyikan penduduknya.
"Di Jepang. Ternyata mereka tidak seperti yang kita perkirakan sebelumnya. Mereka masih remaja SMA, Nyonya," jawabnya. Sekali dengar saja, sudah ketahuan kalau lidahnya bercabang laiknya ular.
"Jepang? Lumayan juga." Sosok tanpa rupa itu kembali menjawab. Nadanya pun tak jauh berbeda dari si pemberi informasi. Sama-sama berbisa.
"Dan juga jangan lengah. Walau mereka masih SMA, mereka adalah asetku yang berharga. Mereka sama berharganya dengan mereka yang sekarang." Sambungnya. Si Putih hanya mengangguk walau tak tertangkap retina.
"Kau sudah tahu siapa yang harus kau hubungi kan?" ucap si Nyonya memecah kesunyian. Ia kemudian berbalik. Menampilkan wajah beserta seringai lebar sebagai perintah. Rambutnya yang digelung tinggi menandakan derajatnya yang tak terbantahkan.
"Tentu saja. Kau bisa mempercayakannya padaku." Lagi, si Putih membungkuk dengan sempurna. Seolah tubuh ringkihnya hanya dilatih untuk itu.
"Baguslah. Sekarang, kau bisa keluar dari sini," ucapnya menunjuk pintu dengan mata. Lelaki berambut putih itu mengangguk. Kemudian perlahan beringsut ke belakang sampai pintu tertutup tanpa suara.
Setelah napas di ruangan itu hanya dari satu sumber, perempuan yang dipanggil Nyonya itu kembali memutar kursinya. Kembali memandangi kepadatan kota New York yang seakan tak pernah padam dari lantai 40 itu. Membuat pikiran seorang Seizouru Shiiya tak berubah.
Ia kemudian mengambil sesuatu dari saku jas yang ia kenakan. Sebuah foto dengan latar ruang kelas yang usang. Dua puluh empat wajah memberikan warna yang ditatap sendu oleh retina hazel itu. Ah, ternyata raksasa yang memutar jam bekerja terlalu cepat. Membuat waktu seolah berlari kencang. Meninggalkan dia -dan juga mereka- terseok-seok hanya untuk mengenggam semuanya.
Diambilnya sebuah pemantik berhias berlian. Sebuah pemantik yang pantas untuk membakar kenangan itu. Api dinyalakan. Kemudian mulai melahap pinggiran kertas usang itu. Dibiarkannya api dan oksigen bersatu. Membawa kertas yang sudah bergradasi itu menjauhi tangannya; dan mendekati lantai tentunya.
"Ternyata kau tak pernah berubah, Kugori. Dan aku tak menyangka kalau kau akan membawa mainanku begitu jauh." Matanya menatap gedung-gedung di luar sana. Yang seolah mencoba mencakar langit yang tak akan pernah mereka gapai. Huh. Dasar manusia bodoh.
"Tapi tak mengapa. Aku akan segera mengambil kembali mainanku. Mereka terlalu bagus jika berada di tangan orang lemah seperti dirimu, Berengsek!" lagi, ia berbicara pada angin. Mencoba memberi tugas pada angin itu untuk menggaungkan apa yang ia katakan barusan.
Jemari lentik sudah memegang ponsel. Menari cepat di atas benda itu seperti penari Waltz namun dengan irama rock. Indah, namun tentu saja tidak pada eksistensinya.
Kini tinggal telinga berhias anting perak itu diberi tugas. Berusaha mencari suara kala satelit di angkasa sana menyambungkannya dengan penerima.
Terhubung.
"Mulaikan saja."
Klik.
Sambungan dimatikan. Dua patah kata nan singkat itu sudah cukup untuk memberikan perintah pada orang di seberang lautan sana. Sang Nyonya tersenyum. Lebih tepatnya menyeringai. Kegiatan terakhir yang ia lakukan hanyalah memandang hasil kremasi foto itu di sudut meja. Menyedihkan. Namun tak dapat dibantah.
Dan ia tahu kota New York tak ingin tertidur. Masih terjaga untuk menantikan lanjutan cerita.
It's time to starting, right?
.
.
Bukan ingin membinasakan. Hanya ingin mengulang dalam lembaran baru. Namun tetap saja yang terbagus adalah sang Mahakarya pertama.
Dan ia siap untuk melukiskan semuanya. Begitu juga pena di genggamannya. Siap mengukir lagi jejak darah di belakang sana; tentunya juga air mata.
.
.
Yosh! Ternyata minatku untuk membuat fanfiction belum berakhir :D . Syukur otakku masih mau berjalan untuk membuat fanfiction lagi. Walau sebenarnya, project yang lain masih menunggu belaian //miris liat isi laptop.
Btw, sekadar info saja. Mungkin ada yang penasaran. Apa sih makna dari "Flutterby" yang notabene merupakan judul fanfiction Author kali ini? Ada yang pernah dengar kata itu? Nih Author kasih bocoran. Kali aja ada yang bisa nebak jalan ceritanya. :v //apa hubungannya coba?
Sebenarnya, Flutterby itu adalah nama asli dari kupu-kupu. Bisa dibilang, itu adalah nama si Sayap cantik itu sebelum Butterfly dipergunakan seperti sekarang. Kupu-kupu itu cantik dan mempesona. Namun sayangnya, ia termasuk salah satu serangga dengan umur yang singkat. Paling lama cuma setahun. Dan tentu saja itu tergantung dari jenis spesies si kupu-kupu.
Jadi, apa hubungannya kupu-kupu dengan kisah fanfiction ini? Eits... Silahkan itu kalian simpan saja. Beralibi saja sepuasnya. Toh Author sudah memiliki deskripsi lain mengapa dan bagaimana nasib fanfict ini selanjutnya.
Oke. Dikarenakan Author sudah kehabisan kata-kata, jadi kata-kata yang terakhir bisa keluar yakni: Semoga kalian senang dengan cerita ini selanjunya. Happy reading and see you next part! ^_^
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top