13 | Mistaken
Masa kini.
Sarah menatap pantulan tubuhnya di cermin. Rambutnya sudah dua tahun ini tidak dia potong, terdapat sedikit sisa warna hitam di ujungnya sebab dia pernah mewarnai rambutnya untuk keperluan menutupi identitasnya. Sarah menarik kaus berwarna kuning dari dalam lemari dan mengenakannya. Ikat rambutnya hilang entah kemana, jadi dia membiarkan rambutnya terurai.
Saat Sarah membuka pintu kamar, suara gaduh mulai terdengar. Orang-orang berlalu lalang di depan kamarnya seraya membawa kotak-kotak logistik berisi persediaan makanan. Sarah tidak terlalu peduli. Gadis itu memilih mengenakan tasnya dan menutup kembali kamarnya rapat-rapat. Yang harus dia lakukan sekarang adalah menghindar. Dia tidak mau berada di keramaian orang-orang baru yang selalu menatapnya penasaran. Dia ingin menyendiri dan mengisi buku diary-nya yang sudah kosong berhari-hari.
Baru saja Sarah ingin bergegas menuju tangga untuk turun dari kapal, Shanks datang dengan sebuah kotak kayu berisi buah-buahan. Pria itu menghadang dirinya dan memberikan kotak logistik tersebut kepadanya.
Sarah refleks tidak bisa menolak, sebab kalau dia tidak acuh, kotak itu akan terjatuh dan hancur.
"Kau?! Apa-apaan?!" protesnya. Apalagi kotak ini sangat berat.
"Bantu yang lain turunkan logistik. Mau bagaimanapun kau bukan tamu di sini. Kau kru bajak laut Akagami."
"Aku bukan bagian dari kalian!"
"Seorang anggota bisa keluar atas persetujuan kaptennya. Aku tidak menyetujuinya."
"Sialan!"
"Language! Aku ini masih kaptenmu, lho. Tunjukkan wibawamu sedikit! Meskipun kau paling muda di sini, tapi secara teknis kau itu senior!"
Shanks terkekeh dan pergi begitu saja. Sarah menggeram kesal. Akhirnya mau tidak mau dia bergabung dengan yang lain, turun mengangkut logistik. Gadis itu pun menaruh logistik itu sembarangan, namun Lime buru-buru menepuk kepalanya.
"Kau mau isinya hancur terendam air?!" ucap pria itu. "Taruh di pinggir sana!" lanjutnya menunjuk tumpukan kotak logistik dan drum berisi bir.
Sarah mendengkus kesal. Dia kembali mengangkat kotak tersebut dan menaruhnya sesuai yang dikatakan oleh Lime. Gadis itu meneliti kondisi di sekitarnya, dan dengan langkah pelan mengambil ancang-ancang untuk menyelinap masuk ke dalam hutan agar terhindar dari mereka.
"Eitss! Kau mau pergi ke mana, anak manis? Kau lebih baik bantu aku bersihkan ikan!"
Roo tiba-tiba datang menggagalkan rencana kaburnya dengan mengangkat tas ranselnya sehingga tubuhnya juga ikutan terangkat beberapa sentimeter di atas pasir. Sarah terkejut, berusaha untuk memberontak tapi Roo sudah lebih dulu menaruhnya, duduk di atas tikar. Di hadapannya terdapat tumpukan ikan segar, tak lupa pria berbadan gempal itu menyediakan pisau untuknya.
"Paman Roo!!" kesal Sarah. Gadis itu menaruh pisaunya kembali dan mengambil ancang-ancang untuk berdiri. Namun Shanks menahan kepalanya agar tetap duduk di sana.
"No, Sarah! You have to finish your job!"
Sumpah, rasanya Sarah ingin meledak. Namun tidak jadi saat semua mata memandang ke arahnya. Sial, ini merupakan kelemahannya! Dia ini sebenarnya introvert garis keras, tahu! Sarah kembali menahan kesal. Meraih pisau dengan kasar dan menyayat sisik ikan dengan brutal. Lihat saja! Setelah setumpuk ikan ini beres dia akan kabur tanpa ada yang melihat!
"Oh iya Sarah, setelah kau bersihkan ikannya, langsung kau marinasi saja. Bumbunya ada di kantung putih di meja. Taburkan garam dan ketumbar yang banyak!"
Sarah melongo sedikit speechless. "Kau bilang hanya bersihkan ikannya saja?!"
"Sarah!" Shanks yang sedang tertidur di kursi santai memanggil namanya untuk memberikan peringatan.
"Berisik!" umpat Sarah. Lihat, pria itu saja bahkan tidak melakukan apa-apa! Enak saja dia menyuruhnya seenak jidat. Tapi tetap saja, gadis itu akhirnya menuruti permintaan Roo.
15 menit pun berlalu tanpa dia sadari. Semua ikan sudah dia bumbui. Sekarang dia bisa bebas melakukan apa yang dia mau. Alhasil dengan langkah pasti dia berjalan mengendap-endap menuju jalan setapak di hutan. Tapi aksinya gagal kala Benn datang dan mengangkat tas ranselnya (lagi) sehingga tubuhnya juga terangkat beberapa sentimeter.
"Oh ayolah, Paman Benn! Aku hanya ingin melihat hutan!"
Benn membawanya duduk di alas tikar lain yang di hadapannya terdapat tumpukan semangka, pepaya dan mangga. Tak lupa Benn memberikannya pisau. "Bantu aku kupas mangga dan pepayanya. Setelah itu potong semangkanya. Jangan terlalu besar dan jangan terlalu kecil!"
"Paman Benn!" kesal Sarah. Dia kembali mengambil ancang-ancang untuk kembali berdiri, tapi entah datang dari mana, Shanks lagi-lagi menahan kepalanya.
"Sarah!"
"Arrght!" Gadis itu tidak jadi pergi. Mengambil pisau dan mengupas tumpukan buah mangga dan pepaya. Tak lupa dia menyelipkan dua buah mangga ke dalam tasnya. Setelah itu, dia memotong-motongnya semangkanya. Potongannya tidak merata. Ada yang rapih, ada yang mencong. Ada yang besar, bahkan ada yang sangat kecil. Persetan lah! Yang penting semuanya beres.
Setelah beres, Sarah menaruh kembali pisaunya dan berlari dengan cepat masuk ke dalam hutan. Kali ini aksinya berhasil. Tapi baru beberapa meter memasuki hutan, Shanks tiba-tiba datang menghadangnya.
"Apa lagi sekarang?! Kau mau aku membersihkan Red Force? Atau kau mau aku membangun tenda? Aku tidak peduli! Aku bukan lagi bagian dari kalian! Aku bukan lagi anggota bajak laut Akagami! Berapa kali sih, aku harus bilang?! Kau bukan kaptenku bahkan kau bukan lagi Ay—"
Shanks buru-buru memotong kalimat Sarah dengan menyodorkan sebuah pisau buah. "Ayah lihat kau mengambil mangga, kau tidak bisa memakannya kalau tidak ada pisau."
"..."
"Tolong jangan katakan kalimat itu." Shanks meraih tangan Sarah dan menyerahkan pisau tersebut di tangannya. "Kau boleh membenciku, tapi jangan sampai tidak mengakuiku."
"..."
"Ayah tahu, kau masih marah. Ayah akan tunggu sampai amarahmu mereda. Kita akan berbicara 4 mata atas kesalahpahaman ini."
Sarah melengos, pergi meninggalkan Shanks begitu saja.
* * *
Sarah menaruh tas di bawah pohon kelapa di atas bukit pulau ini. Tidak ada penghuni di pulau selain beberapa hewan melata yang beberapa kali dia lewati. Sarah tidak takut, dia bisa menjinakkan hewan itu semudah menjinakkan Monster yang sudah menemaninya sejak dia kecil. Bahkan Sarah yakin usia monyet itu lebih tua dibandingkan dirinya.
Sarah duduk bersandar di batang kelapa. Menghirup udara segar yang dipenuhi oleh wangi hutan bercampur garam laut. Gadis itu mengeluarkan salah satu mangganya dan memotongnya dengan model kotak-kotak. Dia menyantapnya seraya menikmati laut biru di hadapannya. Setelah dia menghabiskan mangganya, dia akan memotret pemandangan ini baik-baik di kameranya.
Sarah berhenti mengunyah mangganya. Tiba-tiba teringat kalimat Shanks yang terlintas begitu saja di kepalanya.
'Kau boleh membenciku, tapi jangan sampai tidak mengakuiku!'
Sarah memejamkan matanya. Bibirnya berkedut, bersamaan dengan napasnya yang memendek, seakan-akan dia tengah menahan sesuatu. Emosi dan amarah yang telah terkumpul selama bertahun-tahun membuat dinding pertahanannya hancur lebur. Mata Sarah berair, isakan lirih keluar dari bibirnya. Gadis itu pun menangis setelah sekian lama. Sarah memegang kepalanya, menarik rambutnya kuat-kuat agar rasa emosinya bisa dia salurkan, air matanya terus mengalir bersamaan dengan kuatnya tarikan di rambutnya.
"Ibu ... Aku harus bagaimana?"
Hampir 5 menit Sarah menangis. Air matanya akhirnya surut. Dia mengusap wajah serta ingusnya dengan bajunya. Sebisa mungkin dia menghilangkan jejak tangisnya, meskipun dia tahu hidung merah serta matanya yang sembab tidak bisa membohongi orang-orang yang melihat. Sarah kembali memakan mangganya. Saat terdengar seseorang datang dari semak-semak di belakangnya. Sarah menoleh memastikan. Ternyata yang datang adalah Monster. Dia berseru senang saat mendapati keberadaannya.
Monyet itu menghampirinya dan memandang wajahnya. Tatapannya seakan-akan mengatakan; "Kau habis menangis?" tanyanya.
Sarah yang mengerti, langsung kembali mengusap mata dan hidungnya dengan kasar. "Tidak. Tadi kebetulan mataku kelilipan."
Monster menghela napas. Untuk mencairkan suasana, Sarah pun menawarkan mangga padanya yang langsung diterima olehnya.
"Ngomong-ngomong, bagaimana kabarmu semenjak aku pergi?" tanya gadis itu.
Monster menunjukkan jari jempolnya yang terbalik. "Buruk!"
"Kenapa?"
Monster menaruh mangganya dan berdiri, hendak memperagakan sesuatu. Namun Sarah buru menghentikannya dan mengeluarkan buku diary-nya.
"Dari pada kau lelah memperagakan, lebih baik kau menggambarnya saja langsung. Ini!" Sarah membuka halaman kosong di bukunya dan memberikan pena kepada monyet pintar itu.
Setelahnya Monster menggambar seorang pria dengan luka cakar di matanya yang terlihat sedih dan menangis, lalu di sampingnya terdapat tulisan 1 tahun.
Jadi, Shanks bersedih selama 1 tahun? Yang benar saja!
"Oke, aku paham. Terus gimana?"
Monster kembali menggambar. Kali ini dia gambar Shanks dengan tubuh stickman memegang pedang di sampingnya lalu tak jauh dari gambar tersebut terdapat sekumpulan orang-orang yang terlihat seperti musuh. Lalu Monster menggambar wajah Shanks dengan mahkota di kepalanya. Yang Sarah bisa tangkap, kurang lebih adalah; Shanks menghabiskan waktunya memperluas wilayah kekuasaannya. Dan mengharumkan gelarnya sebagai Yonko atau salah satu dari 4 kaisar laut termuda pada saat itu.
Sarah sendiri meninggalkannya setahun setelah pria itu berhasil mendapatkan gelar kaisar laut. Membuat kelompok bajak laut tersebut ditakuti dan Sarah semakin dikekang untuk tidak terlihat oleh angkatan laut, pemerintah, maupun media. Keberadaan Sarah benar-benar dijaga. Hanya orang-orang tertentu saja yang tahu jika Shanks memiliki seorang anak. Itu pun tidak sampai tahu bagaimana wajah anaknya. Perempuan kah, atau laki-laki. Informasinya benar-benar ditutup rapat.
Monster menepuk tangan Sarah. Menggerakkan gestur seakan-akan mengatakan; "Kenapa kamu pergi?"
Sarah terkekeh. Dia kembali menatap ke arah laut. Alasan dia pergi memang sulit dia jelaskan. Namun satu hal yang pasti, Sarah merasa bersalah. Karena kehadirannya, seseorang harus mati begitu tragis, sebab keberadaan Sarah di dunia ini adalah suatu kesalahan.
* * *
Sehabis menemui Sarah di hutan—yang berakhir cukup menyakiti hatinya—Shanks dibuat pusing oleh tingkah anaknya. Tidak, Shanks tidak kesal. Tapi Shanks bingung harus mulai dari mana untuk menjelaskan bahwa selama ini gadis itu sudah salah paham. Akhirnya, pria yang merupakan kaisar laut dengan bounty yang tinggi itu memutuskan untuk tidur siang sejenak sebelum acara makan siang dimulai.
Dalam tidurnya dia tidak bisa tenang. Ucapan kejam yang dilontarkan oleh Sarah terus menghantuinya. Shanks tidak mau naif. Dia lelah. Dia cukup lelah menanggung rasa bersalah ini. Dia lelah terus memikirkan nasib dan keadaan anaknya yang menghilang selama 5 tahun ke belakang. Dia juga lelah mempertahankan janjinya kepada seorang wanita pujaannya 19 tahun yang lalu. Dia lelah harus menahan kebencian yang diberikan oleh putri tercintanya.
Shanks memegang keningnya, menahan rasa sakit di kepalanya meskipun dia tengah tertidur.
Di antara banyak musuh yang membenci dirinya, Shanks paling tidak menerima kenyataan jika putrinya juga membencinya. Apa yang harus pria itu lakukan agar minimal anaknya mau mendengarkan dirinya?
Giselle, sepertinya aku akan gagal ...
Shanks tidak sadar di dalam tidurnya dia terus-menerus mengucapkan nama wanita itu. Wanita yang pernah ikut berlayar bersama dan mencuri hati sang kapten, lalu pergi ke tempat yang sangat jauh. Meninggalkan sang kapten dengan luka yang begitu besar serta tanggung jawab yang begitu berat. Tapi Shanks tidak pernah membenci wanita itu. Sampai kapanpun dia tidak akan pernah bisa membencinya. Shanks sudah pernah mencoba saat dia terkena baby blues dan nyaris hampir mau menjatuhkan seorang bayi berumur 9 bulan di laut lepas.
Tapi Shanks tetap bertahan. Menjaga peninggalan tersisa dari cintanya. Merawat dan membesarkannya dengan penuh kasih sayang. Orang-orang tidak akan percaya, di luar penampilannya yang sangat mengintimidasi dan siap untuk membunuh siapapun, Shanks tak jauh hanyalah seorang ayah yang ingin anaknya hidup aman dan bahagia di sisinya.
Aku harus melakukan apa lagi untuk membuatnya mendengarkanku, Giselle?
* * *
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top