04 | Rum with Sea Salt
Setibanya Shanks ke dermaga. Semua pasang mata menatap gadis yang berada dalam rengkuhan Shanks, sebagian ada yang bertanya-tanya siapa gadis itu sisanya hanya terdiam mengamati. Hongou langsung menghampiri mereka, dan memintanya untuk segera membawa Sarah ke ruangannya.
Benn ikut menghampiri. "Biar aku saja yang membawanya," tawarnya.
Namun Shanks menolak, pria itu tidak menghentikan langkahnya, dan terus menaiki tangga. "Tidak usah. Aku saja." katanya, membopong tubuh anaknya dengan tangannya yang hanya tersisa satu.
Benn dan yang lain tahu betul tatapan apa yang Shanks beri. Perpaduan antara bahagia, sedih, marah, dan rasa bersalah. Hongou yang mengikuti dari belakang membukakan pintu ruangan medis dan Shanks membaringkan tubuh Sarah di ranjang. Hongou langsung mengeluarkan peralatan medisnya dan segera membersihkan luka di pergelangan tangannya, tak lupa menghentikan pendarahan di salah satu tangannya.
"Dia baik-baik saja kan?" tanya Shanks.
Pria itu membetulkan rambut Sarah yang menghalangi wajahnya. Sebuah bekas luka jahitan menarik atensinya, itu luka yang sudah lama sekali. Tidak akan pernah hilang meskipun dimakan oleh waktu. Shanks tersenyum getir, mengusap pipi anaknya lalu kemudian menghela napas panjang.
"Dia baik-baik saja Bos, mungkin aku harus memberikannya infus sebab dia mengalami dehidrasi." Hongou menjelaskan. Lalu mengeluarkan peralatan infus dan memasangkan jarum tersebut pada salah satu tangan Sarah.
Shanks hanya diam memperhatikan.
"Apa yang akan kau lakukan setelah dia bangun, Bos?" Hongou bertanya. Dokter itu telah selesai melakukan pekerjaannya.
Shanks terlihat berpikir keras. Kemungkinan saat gadis itu bangun, pasti yang pertama dia lakukan adalah protes, meluapkan emosinya dan mungkin dia masih menyimpan dendam padanya hingga akhirnya dia bisa saja mengambil pisau milik Hongou dan menusuk dadanya saat itu juga.
"Mungkin memberikannya makan. Perutnya berbunyi saat ku gendong tadi." Shanks tersenyum. Sepertinya anaknya itu lebih baik makan terlebih dahulu lalu bebas mau melakukan apa saja. Sekalipun Shanks babak belur, dia siap terima.
Ruangan medis terbuka, Benn datang dan menarik kursi di samping Shanks. "Kapal kita sudah berlayar menuju pulau Stars. Mungkin itu tempat yang cocok untuk bersembunyi."
"Bersembunyi?" tanya Shanks. Pulau Stars berada di Calm Belt, berbatasan dengan wilayah North Blue.
"Rumor jika kau memiliki anak, yang sempat berkeliaran di pulau Vista telah tersebar. Beberapa bajak laut dan pemburu bayaran mulai mengejarnya."
Shanks mengusap wajahnya kasar. "Apakah mereka sudah tahu wajah Sarah?" tanyanya.
Benn berdeham. "Di Dressrosa, Sarah bekerja sebagai karyawan di toko buku. Malamnya dia menjadi barista. Setiap Minggu dia selalu mengisi waktunya sebagai instruktur senam di alun-alun. Jadi bisa dibilang, dia cukup dikenal di sana."
"... Itu agak merepotkan."
"Yeah. Belum lagi saat 3 tahun yang lalu, dia bekerja untuk seorang bandit, berlayar mengumpulkan hasil curian sebelum akhirnya ditemukan oleh Renezme, pemilik toko buku tempat sekarang dia bekerja." Benn melipat kedua tangannya di dada. "Bisa disimpulkan, sedikit banyak orang tahu wajah Sarah."
"Mungkin aku bisa bekerja sama dengan pemerintah soal ini. Sarah tidak boleh menjadi buronan."
Benn menarik salah satu alisnya. "Kukira kau senang anakmu menjadi buronan, mengingat kau begitu bahagia saat melihat Luffy selalu muncul di koran."
"Itu dua hal yang sangat berbeda!" jawab Shanks. Pria itu kembali mengusap wajahnya.
"Bernegosiasi dengan pemerintah tidak bisa menjamin apa-apa," ujar Benn.
Hongou yang sedari tadi menyimak, ikutan mengangguk. "Benn benar. Sejak penetapan kaisar laut baru, muncul anggota baru yang membangun suatu organisasi bernama Cross Guild. Mereka memberikan harga buronan kepada angkatan laut. Tapi bisa saja mereka menerima kepala seorang anak kaisar laut seperti Sarah."
"Cross Guild?"
"Badut itu. Bersama dengan rivalmu, si Mata Elang." Benn menambahkan.
Buggy dan Mihawk. Tidak. Mereka tidak akan mengincar Sarah. Mereka tahu siapa dia.
Shanks menggeleng. "Tidak mungkin. Baik Buggy maupun Hawkeye kenal siapa Sarah. Yang terpenting sekarang adalah memperbaiki hubungan ku dengan Sarah."
Benn dan Hongou hanya diam. Yang dikatakan Shanks ada benarnya juga. Sarah telah pergi meninggalkan Shanks dan bajak laut Akagami selama 5 tahun. Ini adalah momen penting yang dimiliki kaptennya untuk meluruskan kesalahpahaman mereka berdua.
"Kalian bisa pergi. Biarkan aku menemaninya di sini."
Benn dan Hongou pun pergi meninggalkan Shanks berdua dengan Sarah. Setelah pintu ditutup, Shanks kembali mengelus rambut gadis itu, sesekali mengusap pipinya yang terdapat memar.
"Maafkan Ayah, Sarah."
* * *
Terakhir yang Sarah ingat, Shanks datang dengan begitu dramatis. Meledakkan haki penakluknya dan Sarah pun terkena dampaknya. Lalu samar-samar dia merasa tubuhnya terlepas dari ikatan tali, dan dibopong oleh seseorang menuju dermaga pulau.
Samar-samar pula dia melihat orang-orang yang memperlihatkannya penuh rasa penasaran, dan saat itu juga seketika dia merasa déjà vu. Dia pernah berada di kondisi seperti ini saat masih kecil. Jatuh pingsan, terluka, dan dibopong oleh Shanks.
Ah, sial! Ternyata yang mengangkat tubuhnya itu Shanks. Haruskah dia memberontak sekarang? Menendang-nendang kakinya? Memukul punggungnya? Atau gigit saja pundak dan kupingnya agar terlepas darinya?
Tidak. Tidak. Aku tidak cukup kuat. Efek haki miliknya masih terasa di tubuhku.
Eh, tunggu. Itu Paman Hongou? Paman Benn?
"Biar aku saja yang membawanya." Samar-samar terdengar suara Benn.
"Tidak usah. Aku saja." Suara khas itu terdengar amat jelas di telinga meskipun kesadarannya sudah diambang batas. Itu suara Shanks. Suaranya masih sama namun terdengar sedikit lebih berat. Tunggu. Jangan kebawa perasaan, Sarah! Pria brengsek ini sudah melakukan kesalahan fatal pada masa lalu! Benar-benar tidak bisa dimaafkan!
"Tidur saja, tidak apa-apa. Kamu aman bersama Ayah." Pria itu bergumam, menepuk-nepuk pelan punggungnya, yang entah kenapa Sarah jadi semakin terlelap.
Wangi ini. Perpaduan alkohol dan aroma laut yang sudah lama tidak dia hirup, serta sedikit aroma musk yang membuat aroma tubuhnya begitu menenangkan, seperti perasaan hangat saat direngkuh oleh orang yang pertama kali dia lihat saat datang ke dunia ini.
Ayah.
Kenapa Ayah membuat aku membencimu?
Sarah tersentak kala merasakan ada seseorang yang memegang kepalanya. Dengan gerak refleks, gadis itu menahan tangan orang tersebut dan mendapati sosok Shanks yang duduk di samping ranjang tengah mengusap pucuk kepalanya.
Sarah tidak bisa bereaksi apa-apa saat melihat wajah pria itu. Tubuhnya sedikit lebih berisi, kulitnya semakin sawo matang dan garis rahangnya semakin tajam. 3 goresan luka di matanya masih terlihat jelas dengan sedikit kerutan di garis senyumnya yang tidak mengurangi aura wibawanya.
Sarah menghempaskan tangan Shanks dan membuang muka. Ini benar-benar gila. Mimpi apa dia? Tidak mungkin kan, Shanks berada di hadapannya? Harusnya Sarah mati tenggelam di laut.
"Sarah. Kamu tidak apa-apa?" Shanks bertanya, pria itu menyentuh pundaknya.
Sarah kembali tersentak, perlahan menoleh dan mengerjapkan matanya kala berpikir keras apakah ini mimpi atau atau nyata? Namun saat dia merasakan rasa perih di pergelangan tangannya serta kulit tangan Shanks yang menyentuh pundaknya, membuatnya membelalakkan mata dan bangkit dari posisi berbaringnya.
"Sarah!"
Sarah menangkis tangan pria itu. Dia menatap ke sekeliling dan berakhir menatap kedua pergelangan tangannya. "Sial sial sial!" umpatnya.
"Sarah tenang kamu sudah aman—"
"Jangan sentuh aku, bajingan!" teriak Sarah. Shanks langsung terdiam. Perasaannya terasa terguncang saat mendengar dan melihat apa yang dilontarkan oleh putrinya.
"Di mana aku?! Aku harus pergi!" Sarah menyibakkan selimut dan berusaha untuk turun dari ranjang, namun Shanks langsung menahannya.
"No—Please! Hongou bilang kamu tidak boleh banyak gerak!" ucap Shanks.
Merasa pria itu kembali menyentuhnya, Sarah langsung menepis tangannya dengan kasar! "Aku bilang jangan menyentuhku! Dasar pria sialan!"
"..."
"Keluar!" Sarah menatap tajam.
"Sarah, dengarkan Ayah dulu!"
"KELUAR ATAU AKU YANG KELUAR!!" Sarah langsung mengambil ancang dengan menurunkan kakinya. Tapi Shanks keburu berdiri dan kembali menahan tubuhnya.
"Baiklah! Ayah akan keluar!" ujarnya. Pria itu pun berdiri. Sebelum dia benar-benar keluar, Shanks menyodorkan semangkuk bubur hangat padanya. "Sembari menenangkan dirimu, makanlah. Kau pasti lapar."
Sarah menatap bubur tersebut dengan wajah yang tidak ramah, lalu tanpa berpikir panjang, mangkuk bubur itu dia tepis sehingga tumpah mengotori lantai. Shanks terdiam. Menatap nanar pada putrinya.
"Keluar! Aku benci melihatmu!"
Pria itu hanya bisa tersenyum pias, lalu berjongkok untuk mengambil mangkuk bubur tersebut. Setelahnya dia pergi meninggalkannya sendirian di sana. Saat dirinya benar-benar sendirian, Sarah memeluk lututnya. Menyembunyikan wajahnya dan entah bagaimana dia tiba-tiba menangis.
Dia bingung dengan kondisi ini. Dia harus apa?
Kreek ...
Terdengar suara pintu terbuka. Sarah yang masih memeluk lututnya, langsung mengusir orang tersebut.
"Sudah kubilang keluar! Dasar pria tua sialan!" ucap Sarah, gadis itu pun mendongak. Tetapi dia terkejut saat mendapati Benn di depan pintu. Ternyata yang datang bukan Shanks. "... Paman Benn?"
Benn masuk ke dalam ruangan. Pria itu membawa semangkuk bubur dan ember berisi air.
"Ayahmu bilang, kau menumpahkan buburmu."
Sarah menukik alisnya. "Berhenti mengatakannya, dia bukan lagi ayahku!"
Benn tidak menggubris perkataannya. Dia justru tetap menyodorkan mangkuk tersebut kepadanya. "Apapun masalahnya dengan Shanks, kau tidak mungkin menolak pemberianku. Makanlah. Kau butuh memulihkan energimu."
Sarah melirik ke arah bubur tersebut. Rasa lapar yang dia tahan saat di kapal Kid, langsung kembali terasa. Tiba-tiba saja dia langsung merasa bersalah dengan bubur yang dia tumpahkan barusan. Harusnya lebih baik dia tampar wajah Shanks ketimbang menumbalkan buburnya.
Sarah pun akhirnya luluh. Menerima mangkuk tersebut dan menyantapnya. Benn tersenyum tipis. Pria itu berjongkok untuk membersihkan lantai akibat tumpahan bubur. Sarah agak tersedak saat melihat apa yang Benn lakukan.
"Paman kau tidak perlu melakukannya. Biar aku saja, itu ulahku!"
Benn menggeleng. "Tidak usah khawatir. Habiskan saja makananmu. Kau harus segera pulih."
Setelah selesai membersihkan lantai, Benn mengelap tangannya ke bajunya asal, dan duduk di kursi yang sebelumnya diduduki oleh Shanks. "Well, bagaimana kabarmu?" tanya Benn.
Mendengar Benn bertanya tentang kabarnya, Sarah membuang muka menatap bubur putih yang mengepulkan asap.
"Kau baik-baik saja, kan? Ayahmu—maksudku Shanks dan yang lain sangat mengkhawatirkanmu."
Sarah tidak langsung menjawab. Dia memilih untuk kembali menyuapkan sesendok bubur ke mulutnya, dan menghela napas sejenak. "Kalian tidak usah mengkhawatirkan ku. Aku baik-baik saja selama ini."
"Sarah—"
"Aku tidak seharusnya berada di sini. Aku seharusnya berada di Dressrosa." Sarah mengaduk buburnya dan menatap Benn. "Kalau saja pria bodoh di bar itu tidak menumpahkan air ke punggungku, mungkin aku sudah sampai di Dressrosa!"
"Punggung? Maksudmu?"
Sarah mendesah kesal. "Kemejaku berwarna putih, sehingga tembus pandang saat basah! Kau mau tahu apa yang paling apesnya lagi? Mereka langsung dapat melihat tato di punggungku."
"..."
"Out of nowhere, mereka langsung menuduhku kelompok bajak laut Akagami. Padahal ini hanya tato!"
Benn diam mengamati. Lalu dia kembali bertanya. "Lalu bagaimana dia bisa menculik mu? Kau tidak diapa-apakan olehnya, kan?" tanya Benn.
Sarah menggeleng. "Pria aneh yang bernama Kid itu langsung menuduhku anak Akagami dikarenakan wajahku yang mirip! Padahal sudah jelas aku tidak ada miripnya dengan pria itu!"
Benn tersenyum. Dia tidak berkomentar apa-apa, sebab dia tidak begitu berekspektasi Sarah begitu ekspresif saat berbicara. Mungkin Shanks yang berada di luar ruangan, bisa cukup senang mendengarnya.
"Oh iya! Kau melihat tas ku?" Sarah tiba-tiba mengganti topik pembicaraan. Dia teringat dengan tasnya yang berisi barang-barang berharga. Terutama kamera. Dia membeli kamera itu dengan uang hasil kerja kerasnya. Di tasnya pun juga terdapat buku diary yang—kalaupun itu hilang, dia akan merasa rugi sebab diary itu berisikan hal penting yang tercatat segala kejadian di hidupnya. "Dalam tas itu ada kamera dan buku diary ku! Apa jangan-jangan masih tertinggal di kapal Kid?!" Sarah mulai panik.
Benn tersenyum simpul, dia berdiri dan mengambil sesuatu di lemari. Sebuah tas coklat yang terdapat banyak hiasan gantungan.
"Bagaimana kau menemukannya?!" tanya Sarah. Dia langsung menarik tas tersebut dan mengecek isinya. Beberapa detik kemudian dia menghela napas lega. Semuanya aman.
"Beruntung Shanks sempat mengambilnya saat membawamu dari kapal Kid."
Mendengar nama Shanks disebutkan, apalagi dijelaskan kalau ternyata pria itu yang menyelamatkan dirinya dan tasnya, membuat Sarah kembali diam. Gadis itu kembali sibuk menghabiskan buburnya.
Melihat reaksi Sarah yang sedikit kecewa, Benn mencoba untuk bertanya. "Kau masih membencinya?"
Sarah mendongak. Tatapan yang diberikan olehnya sangat sulit untuk dimengerti. "Jangan bertanya tentang itu padaku."
* * *
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top