03 | Lose out

Masa kini.

Hari ini seperti biasa bar di pusat kota sangat ramai. Mulai dari suara orang-orang yang berbincang mengenai petualangan mengesankan mereka, orang-orang yang kalah dari permainan kartu, hingga orang-orang yang berkelahi karena mabuk di siang hari. Shanks kali ini tidak memesan sake. Dia hanya memesan kopi dan sepiring kari. Orang-orang di sekitar cukup dibuat heran karena Bosnya tidak biasanya menolak minum sake.

"Bos, apa ada sesuatu yang terjadi?" tanya Hongou. Sebagai doktor di kru kapal, dia cukup dibuat curiga dengan tingkah kaptennya.

"Tidak." Shanks menyesap kopinya sejenak dan kembali menaruhnya di meja. Pria itu melirik Benn dan Yasoop yang kebetulan duduk di meja sampingnya. "Kalian melihatnya bukan?"

"..."

"Sarah."

Bagaikan sebuah mantra, sekejap semua kru kapal bajak laut Akagami yang memenuhi bar tersebut langsung terdiam. Mereka menatap Shanks dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Anak itu ... Akhirnya kembali." Shank tersenyum.

* * *

Sarah benar-benar tidak bisa berpikir jernih. Dia terus berputar-putar mengelilingi kamar dengan tangan yang diborgol sembari mengumpat kesialannya. Hampir 5 tahun ini tidak ada seorang pun yang tahu rahasia besarnya, terlebih mengenai tato yang terdapat di punggungnya. Sebab dia selalu menutupinya kepada siapapun orang-orang di sekitarnya, kecuali sahabat satu-satunya yang berada di Dressrosa.

Dia tidak mau bertemu dengan Shanks. Tidak sekarang dan tidak nanti. Haruskah dia terjun dari kapal dan nekat berenang hingga ke pulau terdekat. Tapi borgol di tangannya ini menahannya. Sarah menghentakkan tangannya dan kakinya untuk menyalurkan kekesalannya.

"Brengsek!"

Sarah menghela napas gusar. Dia menatap jendela kamar yang menampilkan lautan yang membentang. Jika tidak segera kabur dari kapal ini, maka dia akan bertemu dengan Shanks. Dia tidak mungkin membiarkan hal tersebut terjadi. Sebodoh apapun dia hidup selama 5 tahun terakhir, dia tidak akan lupa jika dia mengakhiri pertemuannya dengan mengancam tidak akan pernah kembali. Malah lebih buruknya tidak menganggap pria yang menyumbang sebagian gen nyanya itu sebagai ayah.

Pikir! pikir! pikir!

Krak!

Sarah dikejutkan oleh suara benda retak. Gadis itu menatap kedua pergelangan tangannya yang dilingkari borgol. Kedua borgol tersebut terdapat retakan di ujung-ujungnya. Melihatnya, sukses membuat sebuah ide gila muncul di kepalanya.

Sarah memang bukan lagi seorang petarung. Sekiranya begitu yang dia yakinkan. Apa yang dia lakukan selama ini, adalah untuk bertahan hidup. Dulu saat masih bersama ayahnya, dia diajari beberapa kemampuan dasar bela diri. Terutama mengenai Haki. Seingatnya, saat berusia 7 tahun Sarah secara tidak sadar mengaktifkan Haki penakluk kepada orang-orang disekitarnya. Maka dari itu, Shanks dulu pernah melatihnya untuk mengendalikan 3 jenis Haki (pengamat, senjata dan penakluk). Meskipun hanya dasarnya saja, tapi sayangnya Sarah keburu pergi meninggalkan Shanks dan bajak laut Akagami.

Sarah menarik napas dalam-dalam, memfokuskan aliran haki dalam tubuhnya untuk berpusat pada kedua tangannya. Berharap dengan begitu borgol tersebut bisa terlepas darinya.

Semoga berhasil!

Krak!

Sarah terpekik. Borgolnya berhasil terlepas. Buru-buru dia singkirkan borgol itu dan membereskan barang-barangnya yang barusan diacak-acak oleh Kid dan anak buahnya.

Rupanya, yang diambil oleh bajak laut itu hanya Vivecard milik Shanks. Semuanya aman. Hanya tersisa kalungnya yang entah berada di mana. Sarah mencarinya di balik bantal dan selimut. Tidak ada. Di kolong ranjang dan meja pun tidak ada. Sarah mulai panik. Meskipun itu pemberian ayahnya, di kalung tersebut terdapat batu Ruby yang jika dijual akan mendapatkan harga yang sangat cukup untuk hidup 2 tahun secara foya-foya.

"Persetan dengan kalung itu!" Akhirnya dengan berat hati dia membiarkan kalung itu hilang entah kemana.

Sarah memakai tasnya dan menghampiri jendela seraya mengambil sebuah tongkat pukul yang ditemui di pojokan. Rencananya dia akan menghancurkan jendela tersebut, lalu melompat keluar menuju lautan. Dia bukan pemakan buah iblis. Dia sudah terlatih berenang dan menyelam di kedalaman puluhan meter. Harusnya, itu bukanlah ide yang buruk.

"Berencana kabur nona?"

Aksi Sarah terhenti saat tongkat yang dia pegang terasa berat dan susah untuk digerakkan. Kepalanya langsung menoleh ke asal suara, yang ternyata terdapat Kid berdiri di sana. Pria itu memiliki kemampuan telekinesis yang mampu menarik benda logam.

Sarah dibuat kesal. Dia melepaskan tongkat tersebut yang langsung berganti alih digenggam oleh Kid. Gadis itu berbalik badan.

"Dengar, aku benar-benar memohon kepadamu untuk biarkan aku pergi! Aku sudah tidak ada lagi hubungan dengan ayahku!" Susah payah bagi Sarah untuk menahan emosinya.

"Kau cukup keras kepala juga, ya?" Kid mengaktifkan kemampuannya lagi. Dia melayangkan banyak beda logam hingga bergerak mengepung dirinya.

Sarah melotot. Berusaha untuk tenang dan mengaktifkan kembali Haki senjatanya. Kid menyeringai saat Sarah mencoba untuk menghadang kepungan besi yang mengelilingi. Sebab apa yang dilakukan Sarah sia-sia. Gadis itu berakhir terpelanting ke dinding kamar hingga akhirnya berhasil diringkus oleh Kid.

Sarah dibawa keluar menuju dek kapal, 3 orang bawahannya langsung sigap menyeret tubuhnya dan mengikatnya di tiang layar. Sarah sedari tadi terus memberontak. Seluruh umpatan dia lontarkan kepada seluruh awak kapal terutama pada kapten bertubuh tinggi besar tersebut.

"Dasar muka jelek, rambut landak, tangan buntung! Ku kutuk kau akan sial setelah ini!" maki Sarah.

"Gadis bodoh sepertimu hanya bisa mengoceh rupanya! Sayang sekali Shanks sepertinya gagal membesarkanmu!" ujar Kid yang kemudian disusul oleh tawa bersama krunya.

Sarah terdiam. Menatap tajam pria itu. "Kau akan kalah."

Kid yang tadinya tertawa seketika berhenti, kru yang lainnya pun demikian. "Apa kau bilang?"

"Kau tidak akan mampu melawannya."

"..."

"Detik pertama kau melihatnya, detik berikutnya kau akan tumbang. Aku bersumpah!"

Kid menyeringai. "Aku sudah tau bagaimana dahsyatnya Haki seorang kapten Akagami maupun kru yang lain! Dan aku tidak akan kalah untuk kedua kalinya!"

Sarah mendengkus. Percaya atau tidak percaya. Kini gadis itu mengkhawatirkan dua hal. Dia takut bertemu ayahnya setelah sekian lama. Kemudian dia juga takut kapal ini akan hancur saat memasuki radius 50 meter dari pulau, yang artinya jika kapal ini hancur, tamat sudah riwayatnya.

* * *

Tepat pukul 5 sore, matahari yang tadinya berada di atas kepala, perlahan turun menuju garis cakrawala. Sudah berjam-jam Sarah berdiri dengan tubuh yang terikat. Perutnya terus menerus berbunyi minta makan, tenggorokannya pun terasa kering akibat belum minum sama sekali.

"Ayolah, setidaknya berikan aku minum!" pinta Sarah. Dia menatap salah satu kru kapal yang duduk di lantai sembari memegangi senapan.

"Tutup mulutmu!" ucapnya, tidak menggubris permohonan Sarah.

Sarah mendesis. Karena kesal, dia terus menggerakkan tangannya, berupaya agar bisa melonggarkan ikatan tali tambang yang melilit tubuhnya. Mungkin di pergelangan tangannya sudah tercetak memar merah karena gesekan yang terlalu kuat.

Salah satu kru yang berada di setir kemudi berseru. Meneriakkan sesuatu setelah melihat ada apa di depan sana menggunakan teropong.

"KAPTEN! KITA HAMPIR SAMPAI!"

Tubuh Sarah yang sudah lemas, semakin lemas. Dia tidak tahu kenapa alasan dia begitu takut untuk bertemu Shanks. Padahal dia tidak memiliki alasan atau rasa bersalah, sebab dia meninggalkan ayahnya karena perbuatan pria itu yang tidak bisa dia maafkan. Dan seharusnya, Shanks lah yang segan untuk bertemu dengannya.

"Akagami!" Kid melompat ke dek kapal, tepat di hadapan Sarah. Dia berseru penuh ambisi dan amarah menatap pada satu titik yang merupakan tujuan mereka. Sarah tidak tau itu pulau apa, yang jelas ada kemungkinan itu wilayah kekuasaan Red Hair Pirate.

"Kau berteriak begitu, sedangkan kau juga berambut merah!" sindir Sarah.

Mendengarnya Kid sontak menoleh. "Aku tidak memintamu untuk berbicara!"

Sarah memutar kedua bola matanya. Dia sekarang tidak peduli lagi. Jika dia bertemu dengan Shanks, dia akan segera kabur lagi dan melupakan rasa gengsinya. Tapi jika Shanks beserta krunya tiba-tiba menyerang secara mendadak, dan kapal ini hancur, maka dia akan tenggelam. Jika tenggelam dalam kondisi terikat begini, maka dia akan mati.

Kesimpulannya, dia sudah siap mati!

Pria yang mengenakan topeng itu—Sarah tebak merupakan seorang wakil kapten—tertawa dengan sumbang. "Tidak ada pergerakan dari pulau tersebut. Apakah mereka tidak ada di sana?"

Kid menatap kartu Vivecard yang bergerak perlahan menuju arah pulau tersebut. "Vivecardnya mengarah ke sana. Mungkin mereka tidak menyadari kedatangan kita, hahaha!"

Sarah menghela napas lelah. Lebih baik dia berdoa semoga saja ada keajaiban datang kepadanya.

* * *

"Bos, mereka telah tiba." Hongou datang memberi kabar.

Shanks tersenyum. "Apa ... Dia baik-baik saja?"

Merasa paham siapa yang kaptennya maksud, Hongou langsung mengangguk. "Info yang Yasoop sampaikan, dia dijadikan sandera. Sepertinya identitasnya mulai terbongkar.

Shanks terkekeh. Dia bangkit dari duduknya dan berjalan keluar bar. Tak lama dari itu, terdengar suara gaduh di sekitar dermaga. Beberapa kelompok bajak laut pengikutnya mulai menyadari radar akan kedatangan bajak laut asing menuju pulau. Hal tersebut membuat mereka melayarkan kapal dan membuat barikade untuk menghalangi dermaga.

Shanks menghela napas. Tadinya dia ingin langsung melesat ke kapal asing tersebut dan menjemput anaknya yang sudah lama tidak pulang. Tapi ternyata keadaan justru malah menjadi rumit.

"Dengar bajak laut Kid! Kalian tidak akan kubiarkan untuk bertemu dengan ketua kami, Shanks Akagami!"

"Jika kalian masih bersikeras, langkahi dulu mayat kami!"

Mereka memberikan ancaman berupa meriam yang terus ditembakkan ke kapal Kid. Ombak yang terkena meriam membuat kapal menjadi tidak stabil. Kid yang masih di posisinya, dengan Killer di sampingnya menatap kesal.

"Apa-apaan ini! Mereka bukan bajak laut Akagami, kan?" Kid mengatakan hal tersebut seraya menatap Sarah. "Kau membohongi kami?!"

Sarah yang juga terkejut dengan kedatangan para bajak laut tersebut langsung menggeleng, membantah keras. "Itu Vivecard milik ayah—milik Shanks! Lagi pula, bukannya wajar jika kaisar laut memiliki banyak kroco!" elak Sarah.

Killer memegang pundak Kid. "Tenang Kid, mereka hanya kroco, meskipun beberapa diantara mereka ada yang memiliki reputasi yang lumayan."

Kid mendecih. "Kroco atau bukan, aku tidak akan menahan diri!"

Sarah meringis, dia hampir menggigit lidahnya saat salah satu pergelangannya tangannya amat terasa perih. Menggesek tali pada tangannya sepertinya adalah ide yang buruk. Sebab dia merasa darah mulai mengalir di pergelangan tangannya.

"Tu—tunggu! Tolong bisakah kau lepaskan taliku dulu! Tanganku berdarah."

Permintaan Sarah tidak direspon sama sekali, Kid justru malah menyiapkan senjata di tangan kanannya yang mulai bercahaya. "Persetan dengan semuanya! Akan kuhancurkan kalian dengan Damme Punk milikku!" Serunya.

Di sisi lain, Shanks meminta semua kapal yang di dermaga untuk mundur melipir dan memerintahkan krunya untuk segera berlayar. Dia akan meladeni tantangan Kid dengan hati-hati, sebab Sarah masih berada di kapal tersebut. Salah pergerakan, nyawa anaknya bisa dalam bahaya.

"Kudengar mereka baru saja kembali dari Wano. Mereka tidak dalam keadaan terluka, bukan?" Shanks menaiki tangga menuju kapalnya seraya membaca berkas-berkas mengenai informasi tentang bajak laut Kid.

"Tidak. Menurutku mereka baik-baik saja," jawab Yasoop.

"Kondisi Sarah bagaimana? Dia terluka?"

"Sedikit. Dia terikat cukup kuat di tiang layar—well, yeah tangannya berdarah."

Shanks menutup lembaran kertas di tangannya. Dia menoleh ke arah kapal tersebut yang masih berjarak 300 meter. Sebuah cahaya berwarna ungu terlihat di ujung sana, bersamaan dengan kapal-kapal di sekitarnya yang mulai tertarik menuju kapal bajak laut Kid.

Telekinesis rupanya.

Shanks memicingkan matanya. Haki pengamatnya aktif dan dalam hitungan beberapa detik, pria itu berhasil mendapatkan informasi mengenai masa depan beberapa menit ke depan.

"Kerusakannya terlalu fatal!" gumam Shanks. "Arahkan kemudi ke arah kanan! Dorry dan Borgy jaga bagian belakang!"

"Siap, Bos!"

Shanks mengaktifkan Haki penakluk, ombak di sekitar seketika bergetar, kapal yang ditarik oleh kemampuan telekinesis tersebut berhenti bergerak, dan saat itu juga, Shanks melesat bagai cahaya dengan pedang yang diacungkan. Aliran haki mengalir berpusat pada pedang nya dan saat pria itu melayang di atas kapal Kid, matanya menangkap sosok Sarah yang mendongak menatapnya.

Dia harus hati-hati. Pria itu tiba-tiba berhenti, mendarat di atas kapal tersebut. Menatap gadis berusia 18 tahun itu lekat-lekat. Wajahnya terdapat banyak luka ringan, disertai perban di kepala. Pandangan Shanks turun ke arah pergelangan tangannya yang meneteskan darah.

"Sepertinya kalian memperlakukannya dengan kurang baik," ujar Shanks dingin.

Haki penakluknya kembali aktif. Membuat semua orang di kapal tersebut terdiam tidak berkutik dan beberapa ada yang langsung pingsan. Kid maupun Killer tidak bisa bergerak saat Shanks mengambil ancang-ancang dan menebas pedangnya yang dipenuhi haki hingga bagian tengah kapal tersebut hancur terbakar.

Setelah melancarkan serangannya, Shanks berbalik, memutus ikatan tali yang melilit tubuh Sarah. Sontak tubuh gadis itu tumbang, dengan sigap Shanks menangkap anaknya dan membopongnya.

"Kapten!! Bertahanlah, Kapten!" seru kru kapal yang berhasil bangkit. Mereka ketakutan saat Shanks menatap mereka serta dua orang paling penting di kapal tersebut tumbang tak sadarkan diri dengan penuh luka di tubuhnya.

"Terima kasih telah membawa pulang anakku."

Selepas Shanks mengatakan barusan, dia melesat meninggalkan kapal menuju dermaga.

* * *

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top