Comeback°3
"Lii....telpon!!"
Teriakan Yori kembali terdengar membuat Ali berdecak.
"Apalagi sih?"
"Ini telpon dari Henny!"
"Ck!"
"Iniii......"
"Lo aja yang terima, kasih tau gue lagi berenang!"
Byurrr!
Ali menceburkan diri lagi kedalam air. Malas menerima telpon dari orang yang menyebabkan kekacauan. Menyebabkan semuanya berantakan. Meski rasa malas itu terlambat ia rasakan. Harusnya sejak awal tak memberikan ruang. Niatnya tak menghindari pertemanan dengan siapapun. Baik pria maupun wanita. Ia merasa tak perlu menjauhi meskipun statusnya sudah berkomitmen dengan seseorang. Karna ia sama sekali tak ada niat untuk tak setia dan tak menjaga hati.
"Kamu masih shooting?" Saat itu suara Prilly terdengar dingin dan Ali seketika merasa ada sinyal perang setelah itu.
"Masih nunggu satu scene lagi!"
"Nggak ngabarin aku?"
"Aku nggak sempat pegang hape."
"Selalu gitu, bilangnya jarang buka hape tapi bisa ya janjian sama orang biar datang ke lokasi!"
"Maksudnya?" Ali pura-pura tak paham, meski jantungnya seakan sudah berantakan degupnya.
"Tadi kamu dijenguk siapa?"
"Ohh ituuu..."
"Ya, siapa?"
"Emmhh..."
"Henny?"
"Mmhh ya, dia cuma bawain makanan!"
"Seneng dapat perhatian dari yang lain, mentang-mentang aku sibuk, nggak sempat bikinin kamu makanan apalagi nganterin dan nyamperin kamu kelokasi, gitu?"
"Bukan gituuu..."
Ali masih saja merasa dadanya nyeri saat duri dalam daging yang memicu keretakan hubungannya dengan Prily terbayang. Saat itu Henny, seorang presenter yang dikenal Ali saat suatu kali pernah menjadi host bincang-bincang di televisi dan Ali sebagai bintang tamunya menyebabkan mereka bertukar nomor handphone, datang ke lokasi shooting membawakan makanan yang diakui masakannya sendiri. Karna sering berkomunikasi melalui telpon walaupun cuma lewat obrolan singkat disebuah aplikasi, usut punya usut ternyata mamanya Henny adalah teman mama Ali waktu SMA. Kebetulan sekali. Hal itu membuat Henny mudah merapat tanpa disadari.
Sebenarnya tak ada maksud untuk tak setia. Dan kedatangan Heny kelokasi shooting filmnya saat itu juga secara tak terduga diketahui Prily entah dari siapa. Sepertinya memang ada yang sengaja membuat Ali tersudut dan seakan bersalah. Apalagi ternyata ada photo candid yang sengaja dikirimkan seseorang pada Prily yang membuat Prily cemburu buta.
"Ternyata diam-diam lo main hati!" tuduhan Prily meluncur begitu saja.
"Enggak sama sekali!"
"Enggak gimana? Nggak ada kabar, tiba-tiba oranglain yang ngasih tau aku, dan cerita apa yang terjadi dilokasi!"
"Apa yang terjadi?"
"Iya aku tahu aku sibuk sama seperti kamu, sampai kamu minta perhatian sama cewek lain!"
"Cuma berteman saja, nggak ada apa-apa!"
"Tapi aku nggak suka caranyaaa, kamu itu pacar aku, aku nggak rela ada yang mepet-mepet kekamu dan kamu nggak jaga jarakkk!"
"Tapi aku tu cumaa..."
"Kamu batesin aku deket sama yang lain, batesin penampilan aku harus gimana, tapi kamu sendiri nggak mau batesin gaul kamu, nggak batesin penampilan kamu, kamu kayak sengaja tebar pesona..."
"Pirrr..."
"Gue sebel sama lo!"
"Kamu tu terlalu mikirin macem-macem, padahal nggak seperti apa yang kamu pikir, Henny tu tau kalau aku sayang banget sama kam..."
"Ya udah kalau kamu nggak bisa jaga jarak sama cewek lain, kita putus!" Prily memotong ucapan Ali. Sedari tadi Ali sepertinya tak mau mengerti apa yang ia rasakan. Hampir saja ia membanting handphone kalau tak mendengar Ali langsung menjawab cepat setelah ucapannya berakhir.
"Jangan gitu si Pir, kamu kalau marah apa-apa putus, apa-apa putus, aku nggak sukaaa...."
"Ya kan kamu tauu aku begitu, aku nggak bisa kalau kamu diem aja dipepet orang!"
"Kan kamu sendiri yang mau hubungan kita ini tak diekspose langsung, kan kamu sendiri yang mau kita nggak umbar-umbar!"
"Tapi nggak umbar-umbar bukan berarti kamu tutupi juga!"
"Henny tau kok aku punya kamu, dia tu cuma teman!"
"Teman yang ada waktunya buat masakin kamu dan nganterin kamu makanan, begitu??"
"Pirrrrr......"
Klik. Dan sambungan telponpun terputus. Setelahnya Prily tak juga mau mengangkat telpon, membuat Ali tak konsen dan harus profesional menyelesaikan scene terakhir dihari itu. Selama ini memang Prily sering begitu, apa-apa putus, apa-apa putus tapi ia bisa mengatasinya. Kali itupun Ali merasa harus menjinakkan Prily. Bagaimanapun caranya. Prily baginya adalah segalanya. Seseorang yang membuatnya hangat dan selalu membuat hari-harinya bersemangat.
Berawal dari kedekatan mereka selama satu projek disebuah sinetron. Mereka tak menganggap itu cinta lokasi. Karna mereka merajutnya diluar lokasi. Dilokasi tadinya hanya settingan untuk menarik minat penonton abg. Sementara diluar, mereka menghabiskan waktu bersama tanpa diekspose. Merekapun tak pernah mengikrarkan kalau hubungan mereka lebih dari kata 'Sahabat' dimedia secara langsung. Komitmen mereka berjalan diluar lokasi dan bagi mereka hubungan sesungguhnya bukan konsumsi publik.
"Kalau pacar suatu saat bila ada masalah itu bisa putus, tapi kalau sahabat tak akan pernah putus," Prily bahkan sudah sering mengatakannya pada pengemar yang bertanya bagaimana hubungannya dengan Ali. Kenapa memilih bersahabat saja tidak berpacaran?
"Belum mau pacaran, mau fokus dikarir dulu, nanti ta'arufan saja!"
Awalnya Alipun selalu mengatakan seperti itu. Memang fokusnya untuk mencari uang yang banyak. Menabung untuk masa depan, dimana suatu saat ia menyadari popularitas tak seterusnya bisa ia genggam. Dan pada akhirnya ia harus memiliki aset yang dapat menopang hidupnya. Apalagi ia seorang pria, yang akan bertanggung jawab pada keluarga. Istri, anak-anaknya dan orangtua.
Tetapi rasa berkata lain. Mungkin ucapannya tak bisa sepenuhnya ia pegang ketika terjerat mencintai Prily. Gadis yang ceria, ekspresif dan hangat yang dapat mengisi hatinya yang sempat kosong terlalu lama. Bahkan gadis itu mampu melelehkan kebekuannya pada sekitar, diawal projek bersamanya.
Ali yang tertutup pada sekitarnya, bahkan terkesan dingin diawal, dikalahkan sikap terbuka yang hangat Prily kala itu. Dan pada akhirnya mereka melejit bersama berawal dari keharusan membuat kisah kasih tak nyata, dimana sekarang lebih di kenal dengan sebutan settingan atau gimick.
Dan pada akhirnya mereka tak pernah mengekspose hubungan mereka. Terlalu banyak yang membicarakan, terlalu sempit rasanya dunia mereka. Yang pasti pada kenyataannya, Ali dan Prily adalah sepasang artis muda berusia 20 tahun yang sedang naik daun. Artis yang bersinar karna chemistry mereka disebuah sinetron. Dibalik itu hanya Ali dan Prily yang bisa merasakan kedekatan mereka lebih dari sahabat setelah beberapa waktu. Saling perhatian dan selalu bertemu dan kebetulan sama-sama single membuat jalan mereka semakin mulus. Tapi sepertinya alam berkata lain. Banyak yang berharap mereka punya hubungan special tetapi banyak juga yang ingin menghancurkan.
"Aliiiii............!"
"Apalagi?" Ali menaiki kolam renang dan berkata dengan nada malas mendengar panggilan Yori. Siapa lagi yang menelpon? Heny lagi. Heny yang menyebabkan kekacauan itu?
Ali merasakan dadanya panas. Teringat kali kedua Heny penyebab pertengkarannya dengan Prily. Kejadian sebelumnya saat Heny ke lokasi shooting dan membawakan makanan tak menyebabkan ia dan Prily benar-benar putus. Ali berhasil membujuknya saat itu. Ia segera datang kerumah Prily selepas shooting berakhir dengan membawakan bunga. Tengah malam buta, meski sebelumnya Prily terlihat cemberut saat ia datang tetapi pada akhirnya Ali bisa merengkuhnya kembali.
"Cuma kamu yang ada disini!" Ali menepuk dadanya dengan tangan Prily yang ada dalam genggamannya.
"Akting!" Prily menarik tangannya dari genggaman Ali.
"Enggak, katanya kamu cinta sama aku? Masa membedakan akting dan sungguh-sungguh nggak bisa?"
"Pokoknya aku nggak mau kamu terlalu melayani chatt dia!"
"Enggak, cuma jawab doang kalau dia nanya sedang apa."
"Nggak usah dijawab!!"
"Nanti dikira sombong, kan temen cewek juga nggak harus dijauhi!"
"Ck!!"
"Eh iya iya, jangan ngambek dong, aku akan berusaha, aku pasti berusaha membatasi!"
Ali menarik tangan Prily yang sudah mulai terlihat malas dan berdiri sebelum ia meninggalkannya.
"Males dengar janji kamu!"
"Trus mau dengar apa?"
"Kamu tu harus bikin aku ngerasa aman tanpa perasaan nggak tenang, aku jauh dari kamu juga bukannya apa, aku sibuk, aku kerja, sama seperti kamu, harusnya kamu nggak ada waktu ngelayanin oranglain!"
"Iya, iyaa......"
Saat itu Ali berhasil membuat Prily duduk dan merapat lagi padanya. Merengkuh bahu dan menenggelamkan kepala Prily dalam pelukannya.
"Janji ya!" Prily menatap Ali dengan dagu terangkat.
"Janji....."
Dan Ali menyentuh kepala gadisnya kala itu dengan telapak tangan lalu mendaratkan bibirnya kesana.
Tapi janji tinggal janji. Sikap terbuka yang tak seharusnya, masih saja berlanjut. Memang bukan cuma dengan Henny. Sama siapa saja Ali begitu. Menurutnya ingin berbuat baik tak harus dibatasi. Dan pada akhirnya karna terlalu baik, ada mahluk sejenis devil menggerogoti mereka dari sisi manapun yang ia bisa. Mahluk yang berhasil merusak ketenangan. Dia...
"Li, kata Prily disuruh naik!"
Pikiran Ali tentang masa berat yang ia lewati karna hubungannya dan Prily digerogoti disegala arah membuyar. Apalagi Yori menyebut nama Prily.
"Ck, ini pasti cuma akal-akalan lo aja, ya kan?" Ali berdecak curiga.
"Yaelah, nihh lihat chattnya ke gue, kalau nggak percaya...."
Suruh dia udahan, udah malam dingin tau....
Ali melirik layar handphone Yori. Dan ia menarik sudut bibirnya sedikit.
"Percaya-kan lo sama gue?"
"Emangnya lo chatt dia atau gimana?"
"Dia kok yang chatt gue, nih lihatt...!"
Kenapa sih lama banget tu orang, nggak takut masuk angin apa?
Nggat tau, bandel, nggak ada yang mau dia dengerin kecuali lo!
Suruh dia udahan, udah malam dingin tau....
Dengan wajah sok dingin Ali mengambil handuk ditangan Yori dan menggosok rambut basahnya lalu menutup punggungnya sambil melangkah menuju kamarnya sebelum melirik kekamar Prily. Dan disana terlihat horden yang cepat-cepat ditutup karna pengintip sebenarnya merasa tertangkap basah sedang mengintipnya. Ali menarik sudut bibirnya lagi. Tubuhnya yang dingin dikalahkan dadanya yang menghangat. Hangat itu terasa, hanya ketika ia merasa ternyata Prily masih punya perhatian.
Mengiringi langkah Ali, Yori tersenyum tertahan. Meski harus berbohong tapi kebohongannya kali ini baik bagi Ali. Jangan sampai ia sakit karna tak mau berhenti berendam. Ia tidak berbohong memang itu chatt dari Prilly tapi ia menghapus sebagian chatt yang ia kirimkan pada Prily. Bukan Prily yang chatt duluan tapi dirinya.
Pirrr, tolongin guee
Apa??
Bujukin Ali biar udahan, nanti dia sakit
Bodo'
Gue nggak tau ya kalau dia sakit nanti shoot ditunda trus shooting nggak selesai-selesai
Kenapa sih lama banget tu orang, nggak takut masuk angin apa?
Nggat tau, bandel, nggak ada yang mau dia dengerin kecuali lo!
Suruh dia udahan, udah malam dingin tau....
Hoho. Gue pinterkan? Yori terkikik sendiri dibelakang Ali.
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Banjarmasin, 7 Oktober 2017
Biarkan cerita ini berjalan seperti maunya saya. Disimak saja ya, jangan menuntut, nikmati aja, ya, ya, ya? Makasihhh...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top