• Daffodil yellow : a place to belong


    Beberapa minggu telah berlalu semenjak (name) menginjakkan kakinya ke dalam mansion Moriarty. Kurang lebih dia sudah terbiasa dengan semua hal yang terjadi di dalamnya.

    Sebagai contohnya, kapan hari Louis memarahi Moran lagi setelah seharian tidak mengerjakan satu tugas pun. Jujur saja (name) ingin menenangkan Louis, tapi kelihatannya dengan kehadiran (name) yang ada di sekeliling saja Louis langsung berhenti.

    Jadinya, Moran selalu mengikutinya kemanapun (name) pergi. Sesungguhnya agak merepotkan, apalagi nanti kalay ia disemprot ceramah oleh Louis yang jarang-jarang.

    Ah, tapi (name) dengar dari hasil menguping pagi ini kalau rumah miliknya sudah berhasil di dapatkan dan kemudian soal rencana mata-mata dan lain-lain.

   Kalau bisa dibilang dia agak sedih harus meninggalkan mansion ini, tapi mau bagaimana lagi.

   (Name) menghembuskan nafasnya, hari ini dia akan mengunjungi taman milik kediaman Moriarty untuk yang terakhir kalinya–atau mungkin tidak karena dia tidak yakin kapan dia akan pergi dari sini.

   Masalah yang ada disini adalah fakta bahwa Moran terus mengikutinya kemanapun ia pergi, dan itu sungguh mengganggu.

    Maka demi menikmati hari terakhirnya (mungkin) ia akan kabur dari untitan Moran dengan segala cara yang bisa ia lakukan.

    Hati (name) berdebar kencang. Kelihatannya 'kabur'dan 'menikmati hari terakhirnya' akan menjadi hal yang menyenangkan.

.
.

      Untuk kabur sendiri, caranya lumayan mudah. Ia tinggal pergi ke taman sebelum Moran sempat menemukan dirinya dan bersembunyi.

     Ada kemungkinan Moran akan mencari-cari dirinya, jadi setidaknya dia harus berdiam diri selama beberapa jam, atau setidaknya setelah Moran melewati kebun kaca milik kediaman Moriarty.

    Jam berlalu dengan cepat, tubuh mungil (name) langsung melesat keluar dari tempat persembunyiannya. Namun, yang ia dapati adalah Fred yang sedang memegang alat penyiram tananan dengan tatapan menggerikan.

   "A-anu Fred, aku minta maaf..." (Name) sedikit merunduk sebelum Fred memberikan alat penyiram miliknya yang membuat (name) kebingungan.

   "Tolong siram bunga yang ada di bagian sana, aku akan mengambil alat berkebun yang lain." Fred menunjuk ke arah barisan bunga Daffodil kuning yang dibalas anggukan oleh (name).

    Bersamaan dengan langkah (name) yang menuju ke arah barisan bunga Daffodil, Fred berbalik dan menuju ke arah gudang penyimpanan yang ada di pinggir kebun.

    'Tapi kalau dipikir-pikir ...' Sebuah suara muncul di dalam kepala (name) sementara tangannya menyiram bunga kuning yang tersusun apik di depannya,

    '... Aku jarang sekali berbicara dengan Fred. Ah, tapi aku memang tidak pernah melihatnya berbicara selain kepada William dan Louis sih.'

     'Pemuda di bersyal biru itu adalah yang paling misterius diantara seluruh anggota kediaman Moriarty.' Putus (name) di dalam hatinya.

    "Nona (name), anda menyiram bunganya terlalu banyak." (Name) refleks menoleh ke belakang, manik (e/c)nya terbelalak mendapati Fred yang sudah berdiri di tepat di belakangnya.

    "Eh, ah ... Maaf." Pemuda bersurai hitam itu menghembuskan nafasnya sebelum berjongkok tepat di sebelah (name) dengan sebuah gunting.

     Diantara keheningan yang tercipta di dalam sebuah kebun kaca, suara bilah gunting yang tengah beradu itu terdengar jelas. (Name) yang melihatnya tidak paham mengapa hanya dedaunan mati saja yang dipangkas, sementara daun yang terlihat layu dibiarkan begitu saja tanpa disentuh.

     "Kalau memotong dedaunan yang belum mati nanti pertumbuhan pada tahun selanjutnya akan terganggu, maka dari itu Fred hanya memotong daun-daun yang sudah mati." Suara itu muncul dari arah pintu masuk kebun yang sontak membuat Fred berdiri.

    "Tuan William ..." William tersenyum ke arah (name) dan berjalan mendekati dirinya dengan sebuah senyuman yang terukir di bibirnya.

    "Kalian sedang merawat kebun ya? Kerja bagus. Untuk (name), jarang-jarang aku melihatmu berada di kebun, pantas saja dari tadi Kolonel sibuk berjalan kesana kemari mencarimu." Sang pria beehenti tepat di depan deretan bunga dan memetik salah satunya sementara memejamkan mata miliknya.

    "Bunga Daffodil, artinya awalan yang baru atau kelahiran kembali. Kurasa dirimu pun begitu bukan? Di dalam kediaman ini kau memulai sebuah awalan di dunia yang berbeda dari sebelumnya dan kau pun akan perlahan-lahan lahir kembali, sama seperti makna dari bunga ini." William menyodorkan bunga yang baru di petiknya tadi ke arah (name),

    "Meski kau tidak berdiri maupun tinggal tepat di dalam kediaman ini, itu tidak akan merubah fakta bahwa kau adalah bagian dari keluarga ini. Tolong ingat itu baik-baik (name)." Perasaan hangat itu perlahan muncul bagai angin semilir yang perlahan mendekapnya, matanya terasa perih tapi ia masih bisa menahan dirinya untuk tidak meneteskan air matanya–setidaknya tidak di depan William dan Fred.

     Ia tidak mengira ia akan menemukan lagi tempat untuk dirinya dari dalam balutan hujan deras yang menerpa, apalagi setelah semua hal yang dialaminya beberapa bulan sebelum tiba di kediaman ini.

    (Name) menerima bunga yang disodorkan kepadanya dengan sebuah senyuman. Ia harap perasaan hangat ini akan selalu ada di dalam hatinya, tak peduli tentang kejadian apa nanti yang akan menimpanya.

.
.
.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top