• Caramel brown: A tea poured with delicate


   Aroma teh menyerbak ke seluruh penjuru kebun, seorang wanita tua dengan rambut putihnya berjalan merunduk sambil membawa nampan berisikan teh.

    "Hahaha, sudah lama sekali kita tidak berkumpul bersama seperti ini–walau yang tidak lengkap seluruhnya. Aku sudah membuat berbagai macam cemilan hari ini, silahkan dinikmati sepuasnya." Wanita itu berbicara dengan nada penuh kasih sayang yang diikuti dengan senyuman ketiga wanita yang duduk melingkari meja bundar.

      Namanya adalah Salonéz, penyihir makanan manis. Rasa kue yang dibuat olehnya? Tak perlu ditanyakan lagi adalah yang terbaik di dunia.

      "Nah, kalau begitu bagaimana kalau kita mulai pesta teh kita hari ini, bersulang!" Yang mengacungkan tangannya ke atas dengan tinggi adalah penyihir wanita dengan sebuah senyuman yang menawan bernama Olivia. Dengan gerakan yang bersamaan, keempat penyihir wanita yang berkumpu itu mengangkat cangkir teh milik mereka masing-masing dan menyesapnya.

      "Ah benar, kudengar tambang batu bintang sudah ditemukan, Alcyone apa tidak tertarik menambangnya? Aku dengar kilauannga secerah bintang di langit." Mata hijau itu menatap gadis berambut putih dengan seksama. Ia adalah wanita yang nantinya akan menjadi ibunda dari Rutile dan Mitile, Tiletta.

      "Sayangnya Tiletta, batu bintang yang kumiliki sudah terlalu banyak. Aku tidak tahu harus menghabiskannya kemana lagi." Alcyone menghembuskan nafasnya sembari mengambil sebuah kue berwarna cokelat karamel.

        "Kalau begitu apa aku boleh memesan perhiasan batu bintang itu darimu? Sebagai gantinya akan kuberikan seluruh sisa gulaku tahun ini padamu." Olivia tersenyum yang dibalas anggukan singkat dari Alcyone.

       "Oh, benar juga," Salonéz tiba-tiba saja menepukkan kedua tangannya, mencuri seluruh perhatian dari ketiga insan yang asyik menikmati teh masing-masing "bagaimana kalau mendengar cerita cinta masing-masing? Sudah lama aku tidak mendengar cerita tersebut dari mulut kalian."

      Ketiga insan tersebut terkekeh dan melirik ke dalam mata satu sama lain.

       "Tidak ada."

        "Ada."

        Alcyone langsung menoleh ke arah dua penyihir yang menyunggingkan sebuah senyum licik di bibirnya.

       "Aku memang tidak tertarik pada lelaki selain yang membuat jantungku berdebar lho~"

       "Tiletta! Bukannya kau bilang akan menikahi muridmu yang rambut merah itu?!" Alcyone berusaha menyeret Tiletta masuk ke dalam pembicaraan tapi Tiletta hanya tertawa.

        "Nggak ada tuh, aku kan cuma bilang kalau dia hanya calon saja." Tiletta menyeringai.

        Mau tak mau, dalam keadaan seperti ini Alcyone hanya bisa pasrah.

       "Baiklah, terserah kalian saja. Kisah cintaku juga tidak muluk-muluk karena orang yang kusuka tidak peka. Sekian." Alcyone menyesap habis tehnya diikuti dengan gerakan teko teh yang terbang menghampirinya dan kembali mengisi teh ke cangkir milik sang gadis.

     "Aduh aduh, kasihan sekali Alcyone kita ini, mungkin seharusnya sesekali kau meninggalkan pekerjaanmu untuk sementara kemudian bergabung bersamaku dan si kembar untuk bersenang-senang." Olivia menyeringai yang kemudian dibalas oleh tolakan dari Alcyone secara terang-terangan.

     "Tapi nona, bukankah lebih baik nona menyatakan perasaanmu secara terang-terangan? Aku yakin mereka tidak akan menolakmu dengan kasar." Salonéz berucap sembari menyesap tehnya sedikit demi sedikit.

      "Tidak, aku tidak akan mengungkapkan perasaanku." Alcyone menghembuskan nafasnya.

      Selain karena tidak ingin mendengar penolakan dari sang pujaan hatinya...

       "Aku tidak ingin kalau aku yang menyatakan perasaanku duluan."

       Wajah merah Alcyone sukses membuat ketiga penyihir wanita disampingnya terbengong-bengong.

       "Eh? Apa ini? Nona Alcyone malu-malu begini?" Suara Olivia memecah keheningan yang tercipta.

      "A-aku nggak malu kok!" Ketiga penyihir itu hanya bisa terkekeh melihar jawaban yang dilontarkan oleh Alcyone.

     "Sudahlah nona, tidak perlu disimpan lagi." Salonéz menepuk kepala Alcyone singkat.

     "Salonéz! Kukira kau ada di sisiku!" Wajah Alcyone semakin memerah dikarenakan rasa malunya yang perlahan mulai memuncak.

      Ketiga penyihir itu tertawa ringan sementara Alcyone menggembungkan pipinya kesal.

    Dasar, memang ada baiknya kalau tadi Alcyone tidak menceritakan perihal ini ke mereka bertiga. Pasti nanti ia akan kembali digoda oleh mereka dengan sepenuh hati.

.
.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top